.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Jumat, 28 Maret 2008

Gawang Tidak Pernah Menunggu Bola

Sedih, tawa, ceria, dan tangis merupakan nuansa yang sering mengharumi sisi kemanusiaan kita. Semua rasa tersebut bisa saling menyilang dan menempati ruang-ruang hati kita semau-maunya. Kadang air mata keluar  untuk membahasakan sebuah bahagia  dan terkadang gelakan tawa keluar untuk mengenkripsi sebuah kemirisan hidup akan kealpaan diri.

Karenanya  logika sempit kita sebagai manusia terkadang ikutan menjadi buntu saat harus dipaksa menginstrumentasi segala rasa yang datang secara sporadis.  Bodohnya, kadang  kita sering langsung berlari dan meringkuk di bawah rentetan kata “saya hanya manusia” sebagai bentuk legalitas saat dengan suksesnya terbujur kaku ditelikung semua rasa tadi. Tapi anehnya, terkadang software kenekadan yang ada di diri bisa ujug-ujug keluar sebagai jawara buat menyelesaikan semua keruwetan rasa yang hinggap di jendela hati kita.  Bingungkan ???

Padahal semua rasa tidak akan pernah berasa apa-apa kalau tidak pernah diselipi nilai apa-apa. Dan sebuah nilaipun tidak akan pernah tertancap dalam, bila setelahnya langsung tersaput oleh sebuah hempasan.  Hempasan yang hanya memperkuat ringkih jiwa dan pembluran perjuangan atas penancapan nilai yang bermakna.  Sayang dan teramat sangat mubazir  bila semuanya  harus diakhiri, dilucuti, ataupun ditelanjangi lagi, lagi, dan lagi dalam kubangan kata “saya hanya manusia”.

Bola ada di tangan kita dan kitalah pemainnya. Buat apa susah-susah menggiring bola sampai depan gawang, bila sesampainya disana kita malah mementahkannya kembali dengan membuangnya ke langit. Gawang tidak akan pernah mencari pemain untuk menggolkan bola kedalamnya, tapi pemainlah yang harus mendaratkannya ke mulut gawang, walaupun karenanya dia harus berpeluh, berkeringat, bahkan bertaruh nyawa sekalipun. 

Karena sejatinya… gawang takkan pernah mungkin tertembus bila sang pemain hanya sekedar menjugling bola di tempat sambil sesekali bergumam “kapan ya bisa masukin nih bola ????”

Ya ALLAH… kumohon jangan jadikan air mata ini keluar percuma dan memburamkan mata kami. Tapi, jadikanlah air mata ini sebagai pondasi untuk menguatkan hati dan langkah kami untuk dapat selalu melenggang sesuai dengan titahMu.

Kumohon dengan sangat Ya ALLAH…

::Kado untuk Hati dan Kepalaku Saat Menanti  Shubuh_4.09AM::

 

4 komentar:

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas