Skor... ing

Rasanya gak ada deh yang belum pernah dengar ama kata yang jadi judul dalam tulisan ini. Yah… paling nggak kata-kata ntu pernah didenger pas mau nanyain hasil akhir dari sebuah pertandingan (walaupun kata skornya nggak dikasih buntut bernama “ing”)

Walaupun keliatan simple dalam tulisan dan penyebutannya , tapi sumpah nih kata-kata nantinya bakalan agak-agak bikin pusing, pening, kuning, kucing (hihihi…). Apalagi kalo angka-angka yang ada bejibun banyaknya. Kalo mau dan boleh dipersonifikasiin, rasanya tuh angka-angka pada menatap kita penuh harap untuk minta diitung. Dan sebaliknya kita kalo dah ngeliat angka tadi pingin banget untuk langsung bilang “ogah ah….” atau… “maap ya mas/mba nggak dulu masih ada tuh, besok-besok aja ya” (hehehe… jadi inget waktu nolak sales nggak sih)

Tapi, walaupun begitu sebagai orang yang berjiwa “ksatria bajaj orange” kita kudu ngadepin nih materi sampai titik darah penambahan… (ampe perlu transfusi soalnya… na’udzubillah…) dan kita harus bikin dia nunduk, selayaknya kalo kita nunduk saat ngelewatin portal komplek… (soalnya kalo nggak nunduk, ntar kejeduk lagi…)

Hmmm… jadi gini aja deh biar gak berpanjang kata… buruan aja ya kita selesaiin secara adat nih materi…

Pada dasarnya atau hakikatnya penskoran adalah suatu proses pengubahan jawaban instrumen menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item dalam instrumen (Djaali & Muljono, 2004). Bila dipaskan dalam konteks tes hasil belajar, maka skoring disini adalah  memberi angka berdasarkan jawaban-jawaban siswa terhadap tes yang diberikan. Dalam proses menskor,  mau ngggak mau  kita bakal berhadapan dengan banyak butir soal dari banyak responden, maka untuk memudahkannya biasanya digunakan alat bantu sebagai berikut (Arikunto, 2003) : (1) kunci jawaban, yaitu deretan jawaban yang kita persiapkan untuk pertanyaan atau soal-soal yang kita buat, (2) kunci skoring, yaitu alat yang digunakan untuk mempercepat pekerjaan skoring, dan (3) pedoman penilaian, yaitu alat untuk membantu menentukan angka.

Penskoringan untuk tes subyektif dan tes obyektif agak sedikit berbeda sentuhannya. Yang membedakannya adalah kalau dalam tes bentuk uraian dan sejenisnya, masing-masing butir tidak hanya dapat dijawab benar atau salah penuh, tetapi juga dapat dijawab setengah benar atau seperempat benar. Sedangkan tes bentuk objektif dan sejenisnya adalah tes yang setiap butirnya hanya dapat dijawab benar penuh atau salah penuh.

 Tahan nafas sebentar, nyengir, abis ntu dilanjutin dengan senyum ye, karena… eh karena abis ini kita bakal nemuin yang namanya rumus….

Rumus biasanya digunakan untuk tes objektif, dalam hal ini akan ditampilkan bagaimana menghitung skor dari tes benar salah dan pilihan ganda.

 

Benar Salah

Dalam menentukan angka (skor) untuk tes bentuk ini, dapat digunakan 2 (dua) cara yaitu :

Tanpa hukuman/penalti, adalah apabila banyaknya angka yang diperoleh siswa sebanyak jawaban yang cocok dengan kunci.

S = R - W

Dimana :

S : Skor                                                

R : Right (jumlah  benar)              

W : Wrong  (jumlah salah)

 

Dengan hukuman/penalti, hal ini digunakan apabila diragukan adanya unsur tebakan.

S = T - 2W

Dimana :

T : Jumlah soal dalam tes

 

Pilihan Ganda

Sama halnya dengan cara menskor tes benar salah, tes pilihan gandapun demikan. Dalam menskor tes yang tanpa penalti, kita langsung aja menjumlahkan soal-soal yang dijawab benar oleh siswa, sedangkan untuk menskor yang dengan penalti adalah sebagai berikut :

 

S = R - W
          (n - 1)

Dimana :

S              : Skor

R             : Right

W            : Wrong

N             : banyaknya pilihan jawaban

 

Untuk bentuk tes yang lain biasanya dilihat dari bobotnya, apakah soal tersebut menguras pemikiran siswa secara habis-habisan atau tidak. Dalam hal ini, bentuk tes essay skoringnya adalah dengan membuat pedoman penskoran berupa skoring rubrics.

Dari beberapa hal yang telah dijabarkan di atas, ternyata skoring cuma gitu doang ya… dan rasanya dengan berkutat didalamnya gak akan menjadikan kita sebagai kucing ;D

 

Akhirnya tulisan ini ditutup dengan sebuah pantun dadakan….

Makan jambu batu sambil nangkring

Wooy… siapa yang mau bantuin gue skoring

 

Sumber Bacaan :

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara, 2003.

Djaali dan Pudji Muljono. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta : PPS UNJ, 2004.

Surapranata, Sumarna. Panduan Penulisan Tes Tertulis : Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005.