.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Kamis, 01 Mei 2008

Amunisi Masa Depan

Gak gampang emang buat masuk ke dalam dunia fana yang udah penuh dengan intrik dan kepentingan. Kala orang kebanyakan memandang dan menilai seseorang hanya melalui corong hukum "praduga bersalah". Maksudnya apa yang dia lihat secara on the spot langsung bisa menjadi sintesa dari berbagai premis yang ada. Nah, kalau gak kuat-kuat menopang diri sendiri dalam menghadapinya, maka pastinya  kita sendiri yang bakalan hancur (walaupun sebenarnya kita emang gak salah dengan hal yang disintesakan itu).

Agar bisa tetap eksis dan terus bisa bermain cantik diberbagai lini, maka kita harus mempersenjatai diri kita dengan berbagai amunisi. Biar nantinya kita bisa memenangkan permainan yang ada di dalam dunia ini, yah paling nggak kita gak bakal kalah duluan sebelum bertarung. Karena "kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir"

Amunisi yang saya maksudkan disini terkait juga dengan label kita sebagai manusia 3D. Secara sosok kita memang hanya terdiri dari sekumpulan tulang dibalut kulit dengan digelayuti oleh berbagai organ.Tapi secara langkah dan dimensi, manusia dapat mengangkang lebih lebar, buktinya hanya dengan satuan waktu saja ada 3 predikat yang bisa tersemat padanya, yaitu sebagai makhluk pribadi, mitra keluarga (bukan rumah sakit lho... ), dan anggota masyarakat. Dengan demikian, paling nggak ada 3 amunisi juga yang perlu kita dandani dalam diri manusia ini dan berikut penjabarannya...

Sebagai Pribadi
Bukan hanya barang dagang aja yang perlu brand image, tapi manusia juga perlu mempunyai yang namanya personal brand image. Bagaimana kita mengelola diri secara pribadi agar keluaran yang dihasilkan dapat menentramkan hati dan menyejukkan jiwa orang-orang di sekitar. Karena itu, dibutuhkan pribadi yang cerdas, dinamis, optimis, dan moralis. Ini bukan hal yang muluk-muluk dan khayalan belaka, hanya dibutuhkan sedikit kemauan, kesiapan, motivasi dan usaha saja untuk mewujudkan itu semua. Dan sinergi dari semua partikel tersebut dapat selalu digunakan untuk memperbaharui niat kita, agar nantinya bisa menjadi pribadi yang telah disebutkan sebelumnya. Jadi intinya kita perlu mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang how to sale my self ??? (secara positif dan untuk hal yang positif)

Sebagai Mitra Keluarga
Keluarga adalah media pembibitan awal bagi setiap makhluk-makhluk pribadi, tapi bukan berarti pula ada alasan untuk tidak menjadi baik kala kita ditakdirkan bermula hidup dari lingkungan yang kurang baik, no excuse for that !!! Sebagai mitra keluarga kita dituntut untuk bisa menjadi romantis, santun, dan juga optimis. Romantis saat kita berhadapan dengan pasangan kita (bagi yang sudah menikah tentunya... ehem... ehem.. jadi kepengen ), santun saat kita berhadapan dengan orang yang usianya di atas kita, dan mampu memberikan angin optimis kala keluarga kita sedang dipermainkan badai kehidupan. Bila ketiga hal itu bisa terwujud, hanya kata kematangan diri saja yang bisa melabel itu semua. Karena orang yang matang, adalah yang tahu bagaimana memposisikan dirinya dimana dia berada dan dibutuhkan. Ingat manusia punya saklar yang bisa dikendalikan on - offnya secara otomatis (lewat proses pembiasaan terlebih dahulu tentunya).

Sebagai Anggota Masyarakat
Predikat anggota identik dengan miskin ide, sempit kreatifitas, dan tunggu perintah. Tapi satu yang tidak boleh kelupaan, yaitu jiwa pelayan. Dalam konteks yang pas, jiwa melayani ini perlu dikobarkan agar jiwa pemberontak yang ada di diri kita bisa sedikit dieliminir. Tidak belagu, songong, dan apalah lagi sebutannya dikala kita sudah mendapat predikat prestise di masyarakat. Dan tentunya dalam melakukan pelayanan tadi, perlu disertai dengan karakter tulus dan bertanggung jawab. Karena bila kedua hal tersebut gak ada di dalam diri, yang ada nantinya kita melayani dengan sekenanya, sambil ngegerundel, plus wajah kecut bin cembetut. Kalau gini hilanglah sudah konsumen yang akan kita jadikan target pelayanan, dan berarti pula hilang sudah kesempatan kita untuk mengumpulkan token-token kebaikan.

Inti dari pendandanan amunisi tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah agar kita bisa menjadi makhluk-makhluk yang lebih bermanfaat bagi diri, keluarga, dan masyarakat. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Bila semua hal itu diusahakan sebaik mungkin, tidak mustahil rasanya jika kalimat ini terkalungkan pada keberadaan sosok kita di muka bumi ini...

"Kedatangan Kita Selalu Dinantikan dan Kepergian kita Akan Selalu Dirindukan" 

4 komentar:

  1. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lainnya, TFS ya

    BalasHapus
  2. Hmmm semua "title" diatas... bisa bikin kita jadi kebingunan dan "ketayalan" untuk meraih
    Tapi... bila kita bisa ikhlas... semua title diatas akan datang sendiri dan menempel.... sepanjang masa.. Insya Allah

    Hmmm Makasi ya..bole disini ikut nimbrug...
    gantian ya... klik ke http://maaini.wordpress.com

    BalasHapus
  3. iya mas sama2.... saling sharing ya... biar kita semua jadi semakin bermanfaat (paling nggak buat diri sendiri)... ;)

    BalasHapus
  4. nggeh mba, sami2 ...
    Iya... InsyaALLAH, walaupun kita harus ketayalan (pinjam bahasane mba), bedidilan, dan jejingkarakan dulu untuk memperolehnya... ;D

    BalasHapus

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas