Jumat, 02 Mei 2008

Hari Mendidik Nasional

Miris hati ini, kala melihat berita masih banyak anak yang tidak bersekolah dan masih ada sekolah yang didalamnya tidak ada anak-anak karena memang bangunan sekolah tersebut sudah tak layak untuk hunian belajar.

Apa jadinya anak-anak Indonesia nanti, jika pabrikan tempat mereka "dibentuk" saja sudah banyak yang tidak layak huni. Rasa was-was karena takut kerubuhan atap, kurangnya cahaya untuk belajar, dan udara yang susah buat keluar masuk karena ruang untuk bergeraknya sudah banyak dijejali manusia...

Miris... kala di Jakarta masih ada saja pendapatan guru yang masih di bawah UMR ? mungkinkah mereka sanggup menyekolahkan anak-anaknya ?? Saya sempat sedih kala ada seorang guru mengungkapkan kalimat berikut : "Saya bangga bisa mengantarkan murid-murid saya sampai perguruan tinggi, tapi saya juga sedih saat mengingat sanggupkah saya menyekolahkan anak-anak saya sampai perguruan tinggi ?"

Di atas fenomena itu, ternyata masih ada saja yang mengkomersilkan pendidikan (mending kalau hasilnya buat subsidi silang, kalau nggak ???) Semua serba proyek... yang penting duit abis selesai... abis perkara... saya aja kadang ampe miris sendiri... harus gimana buat ngubah ini semua... mungkin bermula dari hal yang kecil dan diri sendiri  

Sudah saatnya menyibak tabir kelam pendidikan dengan bervisi mendidik secara nasional, baik secara moral maupun mental... mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang, dan akhirnya merambah untuk memulai mendidik secara nasional.... Biar PP No. 19 tahun 2005 dapat terwujud, yaitu pewujudan kompetensi di lini pedagogik, kperibadian, profesional, dan sosial.

Selamat Hari Pendidikan Nasional

2 komentar:

  1. Kebiasaan dari jaman Orba, hari-hari besar hanya seremonial dan hampa makna. Terima kasih ya sudah mengingatkan

    BalasHapus
  2. Iya mas sama2... saya juga sering kelupaan kok, untungnya masih ada media yang setia ngegembar-gemborin tanggal 2 Mei itu termasuk hari apa... hihihihi

    BalasHapus

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas