Cutter Makan Jari Saya

Beginilah konsekuensi bagi orang yang sok-sokan pengen kayak macgyver (mudah-mudahan tulisannya bener ). Jempol dan telunjuk kanan plus jari manis kiri harus rela terluka karena sabetan cutter.

Cerita selengkapnya...

Semua kejadian itu bermula dari copotnya antena tipi dari cangkang pusatnya pada hari Jumat malam. Akibatnya sudah bisa ditebak kan ??? Seps, bener banget... hampir semua channel yang ada berhasil dikudeta sama semut-semut elektronik bahkan sampai blank segala. Blue screen dadakan. Berhubung kejadiannya malam hari, akhirnya saya kuat-kuatin juga deh mantengin tipi dengan gambar yang bisa dibilang tidak normal lagi itu.

Alhamdulillah besoknya (sabtu 120409) saya nongkrong di rumah seharian. Biar keliatan sibuk bin rajin oleh nyonya rumah , mau gak mau saya susun jadwallah kira-kira hari itu mau ngapain aja. Diawali dengan nonton tipi bentaran, "ngisi bensin", beresin kamar, bersihin kipas angin, bersihin kamar mandi, ngaso, baca buku sambil dengerin musik, dan terakhir sekitar jam 4an baru deh benerin kabel antena tipi yang lepas. Terus mandinya kapan ??? hush... mandi itu salah satu aib, jadi sudah mandi atau belum nggak boleh ada yang tau... hehehe

Sebenernya gampang buat benerin kabel antena tipi, tapi jadi agak susah dan riweuh kalo kabel yang dari pusat dah susah buat ditarik karena terlalu keras tertanam. Yang terjulur keluar hanya sekitar 5 - 10 cm-an (antena tipi di rumah itu dibuat paralel dengan antena luar dan terhubung dengan soket (kalo gak salah ini namanya) yang nempel di tembok). Sebelum sampai tahap ngebenerin tuh kabel, saya harus ngegeser rak buku dulu karena posisi colokan tuh kabel emang di belakang tuh rak. Semua peralatan seperti obeng, gunting, cutter, dan sendal (yang ini buat dipake) dah siap tempur.

Dengan keringat yang terus meluncur saya terus ngobrak-abrik tuh antena yang nempel di tembok. Kabel dipotong dikit-dikit biar tembaga yang di dalamnya gak ikut kepotong. Berhubung ruang geraknya terbatas (karena kabelnya pendek tadi), akhirnya banyak jari yang terluka. Pertama jari manis tangan kanan saya, kulitnya harus sedikit terkelupas karena sering beradunya dengan bibir lubang tempat kabel itu berada. Singkat cerita sudah berhasil. Saatnya penyambungan. Entah karena semangat yang terlalu membara atau karena tipisnya tembaga akhirnya tembaga itu putus yang membuat saya harus mengulang proses tadi dari awal kembali. Jadilah saat ngerjain itu saya cekikikan sendiri. Mencekikiki kebodohan sendiri tepatnya. Bayangin aja saat kabel yang sudah seiprit tadi aja dah susah, apalagi sekarang ???

Di fase kedua inilah giliran jari tangan kiri saya yang terluka. Lebih parah malahan. Sayatan yang di jari telunjuk sih gak seberapa, tapi sayatan yang di jempol. Wuaduh... sampai sedikit membelah kuku juga. Apalagi ketambahan ada serat-serat kabel yang ikutan nuncep. Jadilah jempol saya mengeluarkan darah yang lumayan. Untung gak ada yang minta buat cap jempol darah... hehehe

Diantara keperihan itu saya tetap kekeuh untuk melanjutkan kerjaan saya. Kabel dah berhasil disayat tapi karena begitu pendeknya, tuh kabel tak sanggup membelit dan menjangkau jarak soket. Akhirnya lagi, saya harus nyari-nyari kabel buat nyambung kabel yang seiprit tadi. Kabel mediator inipun perlu dipotong dan disayat juga. Terakhir tinggal menghubungkan dengan soketnya, diputer dengan obeng sedikit,  nancepin soket ke tembok. Selesailah sudah pekerjaan.

Sekarang tinggal test drive. Semua channel diputer-puter untuk melihat kualitas gambarnya. Alhamdulillah lumayan cerah, walaupun tidak seperti sedia kala. Yah... karena kualitas kabel yang seiprit itu tadi kayaknya, jadi gak bisa megang dengan kuat.

Sejurus kemudian saya ke bawah untuk minta tolong ibu buat beliin hansaplast (numpang iklan). Karena keributan minta tolong itulah, mas Uguck yang kebetulan baru pulang menghampiri saya di kamar dan langsung bertanya berhubung ngeliat adeknya lagi ngos-ngosan sambil niup-niupin jari yang berdarah. "kenape loe nyong ?" -- "kena cutter" -- "emang abis ngapain" -- "tuh abis benerin antena" -- "lagu loe... dah bisa ??" -- "emansipasi tau, katanya yang bisa dikerjain sendiri harus dikerjain sendiri... tuh liat aja" -- "bagus..." . Setelah mindah-mindahin channel untuk mastiin tingkat keberhasilan kerjaan saya, akhirnya beliau ngegeser rak buku yang kebetulan belum saya kembalikan ke tempat sebelumnya.

Whoaahh... jadilah sampai detik ini, nih kedua jari masih terplester dengan manisnya. Berhubung perih banget kalau mesti kena air (biasa sekalipun) plus nyut-nyutan juga, terutama untuk jempol yang tersayat lebih dari satu kali dan lumayan dalam pula sayatannya... Tapi semua itu terbayar sudah dengan kembali bisa dinikmatinya tuh tipi dengan nyaman. Alhamdulillah...

=====================================

Pesan moral yang coba saya repih adalah (berhubung sebelum benerin tuh antena saya lagi baca nih buku) :

"Setiap apa yang dikerjakan oleh manusia, bagaimanapun bentuk dan tujuannya, harus punya basis emosi yang bersumber dari hati dan jiwa agar bisa mengantarkannya kepada tujuan yang diharapkan dan direncanakan. Jika manusia tidak memiliki landasan penting tersebut, maka segala usaha yang dicurahkannya akan hilang percuma dan berakibat kepada kekecewaan dan kegagalan. Pelakunya hanya akan menuai kelelahan seperti orang mengejar fatamorgana.

Sebab, dengan mengerti apa yang dicari, kewajiban tidak dirasa sebagai beban. Dengan memahami tujuan dengan segala konsekuensinya, segala yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan akan diperhatikan. Bahkan segala kesulitan yang timbul tidak akan membuatnya terkejut. Karena, Rasulullah saw bersabda, "Surga itu dikepung dengan perkara yang tidak menyenangkan" Surga adalah tujuan tertinggi yang menjadi tujuan akhir manusia. Sedangkan perkara yang tidak menyenangkan itu adalah jerih payah manusia yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan akhir itu.

...Langkah pertama menuju tujuan yang telah digariskan untuk dirinya, terlebih dahulu dia harus percaya dengan tujuan itu. Juga percaya dengan kemampuan dirinya untuk merealisasikannya dengan kehendak dan izin ALLAH. Jika tidak, sampai kapanpun, jangan diharapkan tujuannya bisa tercapai. Sebab, keyakinan terhadap kedua perkara itu menjadi syarat utama untuk mendorong manusia bekerja keras..." (Sumber : Ats-Tsawabit Wal-Mutaghayyirat_Jum'ah Amin)