Minggu, 24 Februari 2008

Sekali Prinsip, Teteup Prinsip....

Kayaknya kata-kata prinsip sering diumbar bila kita ingin menjalin suatu hubungan (ceile...). Pastinya, ini dilakukan biar terjadi kesamaan keyakinan antara pihak-pihak yang terkait tersebut. Begitu juga halnya dalam melaksanakan evaluasi. Berhubung subjek dan objek evaluasinya tidak selalu sama, maka sudah sepatutnya kalau dari awal perlu diyakinin bahwa yang namanya evaluasi ya harus dan kayak begitu ujung-ujungnya (red. prinsip dasar pembuatan instrumen hasil belajarnya) ... 
  1. Hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.
  2. Harus menggambarkan/merepresentatifkan bahan-bahan pelajaran yang telah diajarkan. Biasanya guru memilih materi mana yang paling nonjok dan bisa menggambarkan kemampuan siswa terhadap materi yang lain. Karena kalo gak diginiin, bisa-bisa ujiannya makan waktu sehari semalam . Pemilihan materi yang dijadikan bahan uji dapat tergambar dalam blueprint atau kisi-kisi tes yang dibuat oleh guru.
  3. Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan
  4. Pembuatannya harus disesuaikan dengan tujuan tes, apakah untuk placement, formatif, diagnostik, atau sumatif test ?
  5. Harus valid (tepat sasaran) dan reliabel (ajeg/hasil cenderung stabil bila diteskan kepada siswa yang sama)
  6. Digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru.
Bila keenam prinsip di atas bisa dijalankan dengan baik, maka kemungkinan besar akan menghasilkan instrumen yang baik pula, karena Instrumen yang baik bisa menjaring informasi sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Muara dari itu semua adalah dapat mengeluarkan keputusan yang sesuai dengan evidence (fakta) sesungguhnya (program evaluasi yang baik).

Tapi, setelah baca nih tulisan jangan berkesimpulan kayak gini ya :

"Makan nasi bareng hansip
Evaluasi... kagak prinsip..."


1 komentar:

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas