Menggenapkan dien, mungkin itu respon yang pertama kali keluar dari setiap mulut orang yang akan menikah, jika ditanya “tujuan kamu menikah sebenarnya untuk apa sih ?” Walaupun sebenarnya banyak alasan yang membingkai kata menikah, tetapi tetap saja kata tersebut yang populer untuk diucapkan. Mengapa menggenapkan ? Apakah selama ini dien kita masih ganjil ? Sayapun juga tak tahu, yang jelas dengan menikah seseorang seperti membeli sebuah ladang ibadah baru.
Membeli ladang ibadah ? Berarti menikah tidak bedanya dengan aktivitas jual beli dong ? Iya menurut saya seperti itu, kalau tidak percaya coba ulik dan sintesakan saja analogi tersebut. Pastinya nanti sedikit banyaknya akan menimbulkan sebersit ketersetujuan terhadap hal yang saya analogikan.
Aktivitas jual beli bukanlah hal yang aneh atau asing di telinga kita, karena sejak dahulu kala manusia sudah melakukannya, walaupun tentu saja cara yang digunakannya untuk berdagangpun berbeda. Namun pada prinsipnya, aktivitas jual beli itu sama, yaitu pasti ada barang, penjual, pembeli, alat tukar, dan yang tidak kalah penting adalah adanya akad.
Bila kita lihat prinsip aktivitas jual beli di atas memang sangatlah sederhana. Padahal kalau mau dicerna kembali, sebenarnya aktivitas jual beli tidak sesederhana yang dikira. Karena sebelum sebuah barang pindah tangan, ada berbagai proses yang mengiringinya. Dalam proses tersebutlah yang nantinya menentukan apakah barang yang ditaksir dapat berpindah tangan.
Bila berbicara tentang sebuah proses, pastinya kita membicarakan secara runut mulai dari input sampai output. Dalam hal ini, kita memulainya dari alasan yang melatarbelakangi kita dalam melakukan sebuah aktivitas jual beli. pastinya dia sudah memiliki niat dan keinginan untuk menambah sesuatu. Dan disini tinggal dibagi lagi apakah orang tersebut berniaga hanya sekedar ingin ataukah memang suatu kebutuhan. Walaupun kelihatannya sederhana, namun sebenarnya hal tersebut dapat menimbulkan image yang berbeda. Mengapa ? Pada orang yang berniaga hanya karena berlandaskan ingin, biasanya tujuan yang dia miliki mentah dan terkesan tidak serius, dan tidak menutup kemungkinan keinginan yang menguap keluar itu adalah hasil dari hasrat dan emosi sesaat saja. Sebaliknya, jika orang berniaga memang karena adanya kebutuhan yang mendesak ia akan mengusahakannya dengan keseriusan hati.
Aktivitas jual beli sejatinya terjadi apabila ada dua pihak yaitu penjual dan pembeli. Setiap penjual berhak mengiklankan yang terbaik dari produknya, walaupun tidak juga menyembunyikan hal-hal yang bobrok dari produknya dan mempunyai kewajiban berikhlas-ikhlas ria apabila produknya disisihkan, disingkirkan, atau kalau tega dibuang begitu saja oleh calon peminatnya alias calon pembeli . Sebaliknya, setiap pembeli berhak memilih dan memilah, membolak dan membalik produk yang akan dibelinya. Disamping itu, kewajiban dari seorang pembeli adalah membayar, menggunakannya, memberikan arti, dan mengistimewakan apa yang akan dia beli.
Setelah pembeli dan penjual setuju untuk bertransaksi, pastinya ada sesuatu yang dapat ditenteng pulang oleh si pembeli. Nah sekarang, baru kita tahu seberapa besar tabiat si pembeli dalam memperlakukan apa yang telah dia beli. Kalau yang dia beli sayuran atau bahan makanan, maka ia akan meramu dan meraciknya hingga sayuran itu lebih berguna dan lebih bernilai istimewa bagi dirinya lebih-lebih untuk orang lain. Bila yang dibelinya hiasan, ia akan menaruhnya dan merawatnya, hingga pancaran yang dibawa oleh barang tersebut tidak meredup, tapi sebaliknya malah memancarkan sinar yang membuatnya lebih terlihat istimewa.
Dengan mengistimewakan barang yang tadinya biasa saja, telah menambah selling point atau nilai plus pada benda atau sesuatu yang dibelinya. Karena, sesuatu tersebut akhirnya akan menarik jutaan pasang mata untuk menoleh kepadanya. Yang akhirnya bukan hanya si pembeli saja yang merasakan manfaat atau keistimewaan barang tersebut. Kalau berupa makanan ia akan mengenyangkan, bila berupa air ia akan melegakan, dan bila berupa barang atau hiasan ia akan menceriakan dan mengistimewakan. Dan bila semua hal tersebut dijalankan, maka akan tercipta link-link positif akibat dari olahan barang yang telah dibeli tadi. Dan terkoneksian link tersebut akhirnya dapat tercipta simbiosis mutualisme bagi kehidupan dan penghidupannya.
Alat tukar bisa dikatakan sebagai bentuk tanda jadi bagi sebuah proses transaksi jual beli. Dengan alat tukar dapat memudahkan seorang pembeli mengambil alih barang atau benda yang ada di tangan si penjual. Jadi bisa dikatakan tanpa adanya alat tukar proses jual beli tidak akan terwujud, kecuali si penjual secara sukarela dan ikhlas mau mengangsurkan barangnya pada si calon pembeli tersebut.
Dan dari kesemua unsur yang sudah diungkapkan di atas akadlah yang mendominasi sekaligus yang mensyahkan aktivitas “pemindahan barang”. Hanya dengan satu kata seperti persetujuan harga atau kata “iya” atau “jadi” dari kedua belah pihak, maka legal sudah aktivitas antara si penjual dan si pembeli. Akad yang terucap antara kedua belah pihak sesungguhnya membutuhkan kelapangan dan keikhlasan terhadap kekurangan dan kelebihan barang yang telah ditawarnya. Lapang dan ikhlas akan kekurangan bagi si pembeli apabila ia tidak mendapatkan persis seperti yang dia inginkan. kelapangan dan keikhlasan bagi si penjual apabila ia harus mengurut dada apabila saat transaksi ia tidak mendapat harga yang pantas seperti yang dia inginkan. Jadi, kalau mau diambil intisarinya bahwa akad yang telah terucap dan terkata adalah sebuah proses kompleks yang menggunakan logika dan rasa sekaligus.
Nah sekarang, apa hubungannya proses aktivitas jual beli dengan menikah?
... to be continued
(lagi nyari penyelesaiannya, karena dari dulu kagak selesai-selesai. Apa Karena belum melewati proses tersebut ya ??? ;D)
wah....bersambung...
BalasHapusoce deh ditungggu sambungannya....
hmm...so swit... Ampe cape bacanya.. Nunggu undangan dr ukht deh...
BalasHapusnah ntu die mba masalahnya.... kagak nemu2 sambungannya.... ;D
BalasHapusmaap deh kalo dah bikin capek... padahal niatnya kepingin bikin cepek.... hehehe
BalasHapusUndangan rapat mau ????? hihihihi