Selasa, 13 Mei 2008

Izinkan Kupersembahkan Surga untuk Bunda...

Bunda…

Aku tahu aku bukanlah Muhammad Fathi Farhat

Akupun kecut ’tuk memanggul senjata

Akupun gentar ‘tuk masuk ke medan perang

Namun bunda jauh di palung hatiku... 

Ku ingin seperti Muhammad Fathi Farhat

Yang mampu mempersembahkan surga untuk bundanya

Seperti yang dia tulis dan katakan saat berpamitan untuk berjihad...

 

Kata-kata itulah yang memenuhi relung-relung hatiku saat kumenyaksikan berpamitannya Muhammad Fathi Farhat sebelum berangkat ke medan laga.  17 tahun bukanlah kisaran angka yang besar untuk mengusung sebuah tekad besar, tapi bukan berarti pula angka yang sedikit untuk mewujudkan sebuah “ghiroh“. Namun, saat kulihat pendaran dimatanya, ada satu keyakinan besar yang menyala disana. Dia berangkat ke medan perang bukan sekedar nekad atau “gaya-gayaan“ agar mendapat predikat as-syahid muda. Tetapi, as-syahid berangkat karena keyakinannya pada Allah. Keyakinannya akan sebuah surga yang menanti dirinya dan keyakinannya agar dapat mempersembahkan surga untuk bunda tercinta.

 

Saat itu pula tak terasa air mataku mengalir sebagai tanda kekerdilan hati dan jiwaku. Ku tengok jauh ke dalam diriku, rasanya tiada hal terindah yang dapat kuhaturkan untuk bundaku tersayang. Rasanya sampai detik ini kuhanya bisa menggores dan menyayat hatinya. Iri rasanya hati ini, yang kubisa ujarkan dalam hati sejurus kemudian adalah...

 

Bunda…

Aku tahu aku bukanlah Muhammad Fathi Farhat

Akupun kecut ’tuk memanggul senjata

Akupun gentar ‘tuk masuk ke medan perang

Namun bunda... aku coba berjihad dari sisi yang lain

Agar ku juga dapat mempersembahkan surga untukmu

Yaitu dengan cara menjadi seorang istri yang baik 

Yang selalu mematuhi nasehat suaminya

Seperti halnya cerita seorang istri yang taat pada perintah suaminya pada zaman Rasulullah

Saat itu Rosulullah berkata : “tersenyumlah engkau sesungguhnya putrimu telah menyumbangkan surga untukmu, karena ketaatan pada suaminya” (begitu kira-kira intinya)

 

Ya Allah, diakhir guratan tulisanku izinkan dan ridhoilah aku, agar kudapat mempersembahkan surga untuk bundaku. Karena kuyakin semua ini takkan pernah terwujud tanpa izin dan ridho darimu…

 

*After temu kader “Gading Sport”

2 komentar:

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas