Lemasnya tugas atau amal dapat diidentikkan dengan istilah yang sering dikenal dengan futur. Karena identik itulah, makanya futur bukanlah suatu hal yang baru untuk didengar, tetapi bukan berarti pula futur dapat menjadi hal yang dilumrahkan.
Beranjak dari hal tersebut, maka setelah ini akan sedikit diulas berbagai hal yang berdekatan dengan futur, mulai dari definisi hingga bahaya yang diakibatkan oleh futur.
A. DEFINISI FUTUR
Menurut lughat (bahasa), futur adalah putus setelah bersambung atau tenang setelah bergerak, malas, lambat, pelan, setelah rajin dan bersungguh-sungguh.
Adapun menurut istilah, futur adalah satu penyakit yang menimpa sebahagian aktivis, menimpa secara praktikal (dalam bentuk perbuatan). Tingkatan yang terendah adalah berupa kemalasan, menunda-nunda atau berlambat-lambat dan puncaknya adalah
terputus atau berhenti sama sekali. Firman Allah SWT :
"Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi dan malaikat-malaikat yang ada di sisi-Nya, mereka tidak mempunyai alasan apa untuk beribadah kepada-Nya dan tidak pula merasa letih. Mereka sentiasa bertasbih malam dan siang tiada henti-henti" (Al-Anbiya' : 19-20)
Rasulullah s.a.w bersabda dalam sebuah hadits :
“Sesungguhnya bagi setiap amalan adalah masa-masa rajin dan tiap-tiap masa rajin ada futur. Namun barangsiapa yang futurnya menjurus kepada sunnahku, maka sesungguhnya ia telah memperoleh petunjuk. Barangsiapa pula yang futurnya menjurus kepada selain sunnahku, maka ia telah tersesat.” (Riwayat Al-Bazzar)
Cerita sahabat pada zaman rasulullah terdapat seorang sahabat yang pernah mengalami futur dimana pada saat itu ketika Rasulullah menyerukan perang kepada seluruh kaum muslimin, hampir seluruh kaum muslimin langsung menyambut seruan itu kecuali orang-orang munafik dan orang-orang yang berhalangan tanpa alasan termasuk Ka’ab bin Malik. Akibat tindakan Ka’ab bin Malik tersebut Allah mengujinya dengan cara Rasulullah memerintahkan kepada sahabat yang lain untuk memencilkannya dan menyuruh isterinya untuk tidak menegurnya selama 50 hari. Namun dengan keistiqomahan beliau kemudian Allah mengampuni dengan menurunkan Surat At-Taubah ayat 118 :
“dan terdapat tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi menjadi sempit bagi mereka padahal bumi itu luas, dan jiwa mereka pun telah (terasa) sempit oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari siksa Allah, melainkan kepada-Nya. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubat mereka. Sesungguhnya Allah lah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang".
B. CIRI-CIRI FUTUR
1. Apabila melakukan maksiat dan dosa berulang kali. Terlalu sering melakukan kesalahan menjadikan seseorang itu merasakan kesalahan sebagai suatu kebiasaan, sehingga pada suatu ketika individu itu semakin sukar meninggalkan kesalahan tersebut. Hasil daripada kebiasaan tersebut pula akhirnya menyebabkan hilangnya rasa bersalah ketika melakukan kesalahan atau dosa. Akibatnya, seseorang menjadi semakin berani melakukan dosa dan kesalahan yang berikutnya. Anas RA pernah berkata:
“Demi Allah, niscaya kamu melakukan suatu dosa yang kamu anggap dosa itu lebih tipis dari rambut. Sedangkan kami dahulu menganggap perbuatan tersebut termasuk dalam `maubiqat' (dosa besar).”
Rasulullah SAW bersabda:
"Setiap umatku akan dimaafkan kecuali orang yang (berani) melakukan dosa secara terang-terangan. " (HK. Bukhari)
2. Apabila merasakan kekerasan dan kebekuan hati. Kekerasan hati laksana batu keras yang tak dapat diubah atau dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di sekitarnya serta sukar menerima teguran dan nasihat.
3. Apabila diri merasakan kesukaran untuk tekun dalam beribadah. Seperti sukar untuk khusyuk dalam solat, ketika berzikir, membaca al-Qur'an dan berdoa.
4. Apabila timbul rasa malas melakukan amal ketaatan dan ibadah. Atau merasa cenderung untuk meremehkan amalan dan ibadahnya. Contohnya enggan atau meremehkan kehadiran solat berjamaah atau menunaikan solat di awal waktu. Ketika dia menunaikan amal ibadah, ia hanya merupakan aktivitas yang kosong dari roh. Allah SWT menyifatkan orang munafiq dalam firman Nya:
`Dan apabila mereka berdiri untuk solat, mereka berdiri dengan malas. "
(QS. anNisaa' : 142).
5. Apabila perasaan cepat dilanda gelisah. Malah dada begitu terasa menyesak laksana orang yang sedang menghadapi masalah berat yang menghimpit, sedangkan masalah yang dihadapi hanyalah masalah yang remeh saja. Juga rasa tidak tabah dan `pucat lesi' ketika menghadapi musibah atau cobaan.
6. Apabila suasana jiwa yang tak tersentuh dengan kandungan ayat suci al¬Qur'an. Timbulnya sikap malas untuk mendengar dan menyemak al-Qur'an, apalagi membacanya.
7. Apabila lalai atau malu mengamalkan zikir. Dengan alasan zikir adalah suatu yang sukar malah merasakannya sebagai amalan yang berat. Firman Allah SWT:
"Dan, mereka tidak menyebut-Allah kecuali hanya sedikit sekali."
(QS. an-Nisaa:142)
8. Apabila berkurangnya rasa marah atau hati tidak terusik tatkala melihat kemungkaran atau perlanggaran peraturan dan hukum yang diharamkan Allah SWT. Berkurangnya rasa cinta atau lenyap sama sekali kecintaan terhadap perbuatan ma'ruf dan keta'atan. Atau dengan kata lain, segala permasalahan di anggap sama, sehingga tak terbersit dalam hati untuk melarang kemungkaran atau menganjurkan kebaikan.
9. Apabila menilai sesuatu hanya dari segi dosa atau tidak saja, sehingga tidak melihat dari sudut perbuatan yang makruh. Kebanyakan orang apabila ingin melakukan perbuatan, ia bertanya adakah perbuatan tersebut dosa atau tidak? Ini merupakan sesuatu yang baik. Namun yang lebih baik adalah bertanya dcngan "Adakah perkara tersebut haram atau makruh ?" karena perkara yang makruh akan menyeret seseorang kepada perkara syubhat. Sedangkan Rasulullah SAW pernah bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim :
"Barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, berarti ia berada dalam yang haram”
10. Apabila kurang memberi perhatian terhadap urusan atau hal ihwal umat Islam. Tidak pernah atau tidak mau mendoakan saudara seIslam mereka apalagi mengeluarkan infaq (sumbangan/ perbelanjaan) untuk mereka. Perasaannya begitu dingin dan 'beku', ketika menyaksikan permasalahan umat Islam yang sedang dikuasai musuh, ditindas, dizalimi, disiksa dan sebagainya. Malah merasa bersyukur dan gembira karena tidak tertimpa musibah tersebut. Secara jelas Rasulullah SAW telah bersabda antara lain
"Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya apa yang ia cintai buat dirinya"
Dalam Haditsnya yang lain Rasulullah bersabda :
" Seorang muslim adalah saudara muslim, tidak boleh menzalimi dan tidak boleh membiarkannya tidak menolongnya. Barangsiapa yang memerhatikan keperluan saudaranya maka Allah memerhatikan keperluannya. Barangsiapa melepaskan kesusahan saudaranya, maka Allah akan melepakan kesusahannya di hari Kiamat.. ... "
11. Apabila cenderung memperbanyakkan perdebatan dan menjauhi urusan amal. Perdebatan yang berlebihan atau berbantah-bantah yang terlalu kerap ditambah pula tanpa hujah yang benar dan tepat, atau tanpa pengetahuan dan dalil yang jelas justru menjadikan hati menjadi keras dan beku. Malah yang lebih menakutkan hal tersebut dapat memunculkan benih-benih perpecahan.
12. Apabila terlalu meperhatikan urusan dunia daripada urusan akhirat. Keadaan terlalu memerhatikan urusan dunia hingga berlebih-lebihan dalam memerhatikan diri sendiri, baik dalam masalah makan, minum, pakaian, kenderaan, tempat tinggal dan sebagainya.
13. Apabila menghindar atau memisahkan diri dari persahabatan/lingkungan dengan orang-orang baik. Muncul rasa tidak enak apabila berada di dalam suasana dan lingkungan orang-orang yang berjuang di jalan Allah.
C. PENYEBAB FUTUR
Berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkan futur :
1. Melakukan amalan agama secara berlebihan, melampaui atau memaksa diri. Banyak aktivis dakwah begitu bersemangat pada mulanya untuk melakukan pelbagai perkara sehingga tidak memerhatikan aturan alam, anjuran Islam dan kemampuan diri. Akhirnya ia menjadi lemah, jenuh dan bosan sebagaimana yang dinyatakan oleh hadits di atas. Maka sebab itulah Rasulullah s.a.w menganjurkan dalam sabdanya:
“Tidaklah seseorang memberatkan diri dalam beragama, melainkan ia akan dikalahkan olehnya.” (Riwayat Al-Bukhari)
Dalam haditsnya yang lain Rasulullah menganjurkan :
“Lakukanlah amal sesuai dengan kemampuanmu karena sesungguhnya Allah tidak merasa bosan sehingga kamu sendiri merasa bosan. Sesungguhnya amalan yang paling disukai oleh Allah ialah yang dilakukan secara rutin walau pun sedikit.”
(Riwayat Al-Bukhari & Muslim)
2. Suka berlebih-lebih dalam perkara yang mubah. Satu contoh ialah berlebihan dalam makan. Walaupun makan adalah satu keharusan, tetapi apabila seseorang itu berlebihan, maka ia akan memberi kesan kepada tubuh dan rohaninya. Badannya menjadi gemuk dan berat untuk aktif yang menjadikannya rasa malas.
3. Suka bersendiri dan berjauhan dari jamaah. Apabila seorang aktivis suka bersendiri, maka dia telah hilang satu benteng pertahanan dari syaitan karena Rasulullah s.a.w bersabda :
”bahwa syaitan itu lebih dekat kepada seorang dari kepada dua orang dan lebih dekat kepada dua orang dari kepada tiga orang”
4. Kurang mengingati mati dan akhirat. Antara faktor pendorong kuat dalam amal dakwah ialah hasrat mendapat pahala, rasa rindu dengan syurga, takut akan dosa dan siksa neraka. Kesemua ini berkaitan dengan mengingati akhirat. Oleh itu, apabila mengingati akhirat berkurang, ia akan diganti dengan ingatan kepada benda-benda lain.
5. Lengah dengan syubhat dan dosa. Manusia akan pasti melakukan khilaf dan dosa, tetapi ia tidak boleh mempunyai sikap toleransi dengan dosa atau bertoleransi setelah melakukannya karena dosa akan membina titik hitam.
6. Membataskan aktivitas pada aspek tertentu sahaja. Antara puncak rasa jemu ialah tiada variasi.
7. Melupakan sunnah alam. Futur berlaku juga apabila seseorang itu dalam melakukan amal dakwahnya tanpa mengikuti aturan alam, seperti mau satu perubahan yang segera dan cepat, tidak realistik dengan harapannya, sehingga apabila usahanya selalu gagal, ia menjadi putus asa. Rasulullah s.a.w bersabda:
“Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak atasmu, dirimu mempunyai hak atasmu, keluargamu juga mempunyai hak atasmu. Oleh itu, berikan setiap yang punya hak, akan haknya.” (Riwayat Al-Bukhari)
8. Tidak ada persiapan menghadapi rintangan di jalan dakwah. Jalan dakwah sentiasa dipenuhi oleh ujian. Seseorang yang tidak bersedia atau mempunyai persiapan akan pasti ditewaskan oleh ujian ini.
9. Lebih banyak bercampur dengan teman-teman. Rasulullah s.a.w bersabda yang :
“Seseorang itu mengikut agama temannya karena itu hendaklah kamu melihat orang yang kamu jadikan teman.” (Riwayat Abu Daud)
10. Bekerja untuk dakwah tanpa bersistem. Apabila seseorang bekerja tanpa ikut sistem dan perancangan yang baik, maka akan melelahkan dan kurang mendapat hasil yang baik. Ini pastinya akan menjejas semangat dan komitmennya.
D. CARA MENGHADAPI FUTUR
1. Membaca dan merenung kandungan al-Qur'an
"Dan Kami turunkan al - Qur'an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmatkepada orang-orang yang beriman" (QS al-Isra:82)
Ada dua perkara yang dianjurkan oleh Ibnul Qayyim untuk mengatasi kemalasan
yang muncul dari kekerasan hati.
a. alihkan hatirnu dari dunia, lalu tempatkan ia di akhirat
b. hadapkan seluruh hatimu pada pengertian-pengertian al-Qur'an, memikirkan dan memahami apa yang dimaksudkan dan mengapa ia diturunkan serta amati semua ayat-ayatNya. Jika suatu ayat diturunkan untuk mengobat hati, maka dengan izin Allah hati itu pun akan sembuh.
2. Merasakan keagungan Allah. Firman Allah:
"Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. " (QS ar-Rahman: 29)
3. Mendalami ilmu syar'i . Maksudnya ialah ilmu yang mampu menimbulkan rasa takut kepada Allah dan menambah beratnya timbangan iman. Dengan mengetahui ilmu-ilmu syari'at, seseorang akan mengetahui apa yang terjadi sesudah mati, kehidupan di alam kubur, ketakutan dahsyat di padang mahsyar, nikmat yang dikecapi di syurga, azab pedih di neraka, hikmah syari'at, masalah halal dan haram, perjalanan hidup para anbiya' dan pelbagai perkara yang tak terhitung manfaatnya. Allah SWT berfirman:
`Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS az-Zumar:9).
4. Mencari lingkungan yang soleh. Keadaan seseorang banyak ditentukan oleh lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang baik akan meningkatkan keimanan. Di sanalah seseorang akan mendapat teguran dan bimbingan tatkala melakukan kesalahan. Di sana pula dirasakan suasana berlomba dalam melakukan ketaatan, zikrullah, turunnya rahmat dan datangnya ketenteraman hati. Demikianlah mekanisme yang hidup pada zaman para salafushalih. Mereka gemar dan sentiasa bersemangat ketika bertemu dengan saudaranya mengadakan pertemuan-pertemuan untuk majlis zikrullah, sehingga iman mereka terus bertambah. Muadz bin Jabbal RA pernah berkata kepada seorang laki-laki: "Duduklah bersama kami untuk beriman sejenak (untuk memperbaharui iman)”
5. Memperbanyakkan amal soleh. Amal soleh mampu memberikan pengaruh yang amat ketara terhadap hati dan jiwa manusia. Namun terdapat beberapa perkara yang perlu diperhatikan untuk melakukannya, antara lain :
a. berusahalah sesegera mungkin melaksanakannya. Allah SWT berfirman:
"Bersegeralah kamu kepada ampunan Rabbmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. "
(QS Ali Imran: 33).
- berusaha melakukan amal soleh secara berterusan. Dalam sebuah hadis Qudsi, Rasulullah SAW berkata tentang Rabbnya:
"Hamba-Ku sentiasa bertaqarrub kepadaKu dengan mengerjakan amalan nafilah (sunat) sehinggaAku mencintainya. " Kalimat "ma yazalu" yang dinyatakan dalam hadis diatas menunjukkan pengertian secara berterusan.
- menjaga berterusannya amalan tersebut hingga tidak menimbulkan rasa bosan. Caranya adalah dengan bersikap variatif dalam melaksanakan ibadah, menjaga keseimbangan dan tidak terlalu berlebihan. Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya dien itu adalah mudah, dan tidaklah dien itu dikeraskan oleh seseorang melainkan justeru ia akan dikalahkan, maka berbuatlah yang lurus dan sederhana. "
- mengulang amalan yang tertinggal dan yang terlupa. Sikap ini penting bagi memastikan kita sentiasa mengikat diri dengan amal soleh. Rasulullah SAW bersabda:
`Barangsiapa yang tertidur hingga ketinggalan bacaan wiridnya dan sebahagian malam atau sebahagian bacaan wirid, lalu ia membacanya lagi antara solat subuh dan solat Zuhur, maka ditetapkan baginya seakan-akan dia membacanya pada malam itu. "
(HR, an-Nasa i).
- menumbuhkan perasaan pengharapan agar segala amal yang dilakukan diterima, dan khawatir amalannya ditolak oleh Allah SWT. Pengharapan initentulah disertai dengan usaha dalam amal-amal soleh.
6. Tumbuhkan rasa takut su'ul khatimah (kesudahan yang buruk)
Takut kepada su'ul khatimah akan mendorong seorang muslim untuk taat dan memperbaharui iman di dalam dada. Pernah terjadi pada zaman Rasulullah SAW seorang laki-laki dari pasukan kaum muslimin yang melakukan serangan demikian hebat. Namun, tatkala masalah tersebut diberitahu kepada Rasulullah, beliau bersabda:
"Dia benar-benar menjadi penghuni neraka..... Mengapa pula ya, Rasulullah?". jawapannya ditemui kemudian. Ternyata ketika berada di medan peperangan tersebut, ia menderita luka parah dan menanti ajal yang tak kunjung tiba. Akhirnya, kesabarannya hilang dan orang tersebut mengambil pedang untuk membunuh dirinya sendiri.
7. Banyak mengingati Mati. Mengingati mati juga akan membentengi seseorang dari durhaka kepada Allah, manakala hati yang keras boleh berubah menjadi lunak. Tidaklah seseorang itu mengingati mati tatkala dia dilanda kehidupan yang sempit melainkan akan membuatnya menjadi lapang. Diantara cara yang paling penting untuk mengingatkan mati adalah dengan sering menziarahi kubur. Rasulullah bersabda :
"Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah, sekarang ziarahilah kubur kerana itu boleh melunakkan hati, membuat mata menangis, mengingatkan hari akhirat dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor." (HR. Hakim)
8. Kepatuhan dan berlepas diri. Artinya saling tolong-menolong dan patuh terhadap sesama mukmin serta memusuhi dan berlepas diri dari orang-orang kafir. Hati yang bergantung dan terpaut pada musuh-musuh Allah, akan menjadi lemah. Keimanannya akan menurun dan mencair. Sebaliknya, bila kepatuhan dimurnikan dan hanya kepada Allah SWT maka ia akan menghidupkan keimanan dan semangat dalam hati.
9. Memuhasabah jiwa tatkala datang kelemahan. Menurut Ibnu al- Qayyim, hati itu memiliki dua sikap: menerima dan menolak. Manfaatkanlah dua situasi itu. Ketika hati cenderung menerima, perbanyaklah amal soleh dan ibadah sunnah. Laksanakanlah ibadah sebanyak mungkin pada waktu siang dan malam. Dan pada ketika hati sedang menolak (futur), ikatlah hati dengan melakukan amal-amal wajib. Berinteraksilah dengan hati dalam keadaan lemah-lembut sehingga sampai saatnya ia cenderung untuk menerima kembali.
Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seorang sahabat: "Wahai Rasulullah,apa pendapat anda bila aku merasakan lemah dalam melakukan suatu amal? "Rasul menjawab: "Peliharalah keburukanmu dari manusia karena itu adalah sedekah bagi dirimu."
10. Menelaah kisah teladan salafussoleh. Sikap dan keteladanan salafussoleh termasuk para ulama dan mujahidin hingga zaman kini akan menumbuhkan rasa hina dalam diri hingga menyuntikkan semangat baru dalam jiwa seseorang untuk menjadikan para salafussoleh sebagai qudwah.
E. BAHAYA FUTUR
Walau pun futur adalah sesuatu yang lumrah berlaku dalam diri manusia tetapi ia mestilah diurus, sebagaimana yang diajarkan oleh hadits diatas dengan memalingkan perasaan itu kepada sesuatu yang sejajar dengan sunnah. Jika tidak ia akan
mengakibatkan kesan buruk. Antara kesan buruk itu ialah :
1. Pengabaian kepada amanah.
Futur menyebabkan seorang aktivis dakwah bermalas dalam menunaikan tugas dakwahnya. Ini terkadang menyebabkan tugas terbengkalai sehingga mengganggu keseluruhan projek yang hendak dilaksanakan. Apapun pengabaian kepada kewajiban adalah pelanggaran amanah yang akan dipertanggungjawabkan oleh Allah Taala.
2. Gugur dari jalan dakwah.
Sekiranya futur tidak ditangani atau dibiarkan tanpa dirawat, ia akan menjadi satu tabiat dan lama-kelamaan dapat semakin menjauhkan diri dari amal dakwah. Apabila seorang gugur dari jalan dakwah, maka ia telah hilang banyak kebaikan dari
usaha dakwah.
3. Mengakhiri kehidupan dalam keadaan yang futur.
Apabila seseorang itu berlama-lama dalam keadaan futur sehingga menjadi kebiasaannya. Yang paling ditakuti, jika Allah Taala mengambil nyawanya sedangkan dia dalam keadaan futur, sedangkan Allah Taala menghisab amal manusia berdasarkan akhir hayatnya. Maka sebab itulah, Rasulullah mengajarkan umatnya agar sentiasa berdoa dengan doa :
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepadaMu dari kesusahan dan kesedihan, aku berlindung kepadaMu dari penyakit lemah dan malas...”
(Riwayat Abu Daud)
Di dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya seorang hamba itu ada yang melakukan amalan ahli neraka padahal ia termasuk ahli syurga, dan ada pula yang mengamalkan amalan ahli syurga padahal ia termasuk ahli neraka. Sesungguhnya amal itu tergantung pada kesudahannya.” (Riwayat Al-Bukhari)
SUMBER :
Nuh, Sayid Muhammad. ”Penyakit ummat islam-kaedah & cara pengubatan”. http://refleksis.blogspot.com/2004/10/futur-jamai-dan-kejayaan-islam.html. Diakses 16 Maret 2007 pada 10.09 PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas