Minggu, 22 Maret 2009

Romantisme di Saat Kampanye

Apa yang tersisa dari sebuah pagelaran kampanye selain keriuhan suasana ???  Setujukah kamu bila saya menyebutkan bahwa selalu ada romantisme yang tidak sengaja terbangun dalam sebuah kampanye ? Romantisme yang terbangun dari sepasang insan manusia.

Setuju atau tidak setuju hanyalah sebuah pendapat yang sah-sah saja untuk disuarakan, dengan catatan pendapat itu disertai dengan alasan yang logis, baik, dan benar. Bukan apologetik

Bila pertanyaan di atas dipertanyakan ke saya, maka akan saya jawab dengan kata SETUJU. Sebuah jawaban sebagai bentuk penegasan bahwa memang ada romantisme yang terbangun di saat kampanye. Mengapa saya menjawab demikian ??? Apakah saya mengada-ngada ??? Tidak sama sekali, karena saya telah menyaksikannya secara langsung dengan kedua mata saya (plus dibantu dengan kaca mata yang saya kenakan).

Romantisme Itu

Siang itu udara sangat terik. Namun, ternyata panasnya udara tidak menyurutkan langkah-langkah kami untuk menghadiri silaturahmi ini. Keringat yang mengucur tidak membuat kami kendur. Dahaga yang membelit leher pun tidak menjadikan semangat kami ikut melumer. Semua seakan hanyut dalam keriuhan siang itu. Seakan panas dan dahaga yang melanda berkurang sengatannya oleh payung-payung ukhuwah yang ikut merekah.

Diantara hiruk pikuk acara, tidak sampai dua langkah dari tempat saya berdiri kejadian itu berlangsung. Sepasang insan melakukan romantisme di sana. Saya tidak melarangnya apalagi sampai memarahinya. Tetapi sebaliknya, saya malah menikmatinya sambil tertegun, merinding, dan sekali tersebut juga subhanallah dari bibir saya yang mulai aus karena gesekan cuaca...

Sepasang insan, laki dan perempuan, berdiri berhimpitan di bawah sebuah payung yang sudah sangat pudar warnanya. Tidak berapa lama kejadian itu berubah, karena ternyata sang perempuan rupa-rupanya sudah mulai merasakan lelah untuk berdiri. Dengan sigap sang lelaki mengeluarkan sapu tangan dari sakunya. Tidak jauh dari tempatnya berpijak, dihamparkanlah sapu tangan tersebut. Kemudian, dia alasi sapu tangan tersebut dengan secarik kertas. Setelah dirasa beres, lelaki tersebut mempersilahkan perempuannya untuk segera duduk di atas bidang yang telah ia persiapkan sebelumnya. Perempuan itu pun menurut saja. Lelaki itu tidak hanya diam. Dia membantu perempuannya untuk duduk dan dia pun tetap berdiri dengan sambil memayungi sang perempuan.

Subhanallah... betapa indah pemandangan itu di mata saya. Dan keindahan itu menjadi sangat tereksponensialkan sensasinya di hati saya, kala pelakunya sudah berusia paruh baya. Kalau boleh saya taksir usia mereka sudah di atas 60 tahunan. Bagaimana saya tidak takjub dan merinding dibuatnya ??? Langsung terbersit dipikiran saya saat itu "Bagaimana cara mereka agar dapat memupuk dan mempertahankan keromantisan sampai di usia senjanya ?"

Subhanallah... 

Romantisme Ini

Saya tarik angan saya kembali sampai pada tataran real se-real-realnya. Saya lepaskan pertanyaan yang sempat menggantung di kepala. Dilepaskan begitu saja di hati dan tidak dilontarkan ke udara, karena entah mengapa (walaupun jaraknya dekat) saya kehilangan semangat untuk menanyakannya ke pasutri tersebut. Betapa indahnya romantisme yang lahir dari sebuah ikatan suci. Betapa cinta dan sayang bisa menjadi pengobat untuk menghilangkan ketidaknyamanan suasana dan rasa. Betapa sesungguhnya cinta dan sayang akan terus tertambat indah di langit dan tak lekang oleh waktu, bila kita selalu menyandarkannya di bawah cinta kita kepada Sang Maha Pemilik Cinta.

Dan romantisme ini akan terus melantun seiring dengan terpahatnya lirik lagu Padi berikut...

"Indah betapa indah
jika kita terbuai dalam alunan cinta
sedapat mungkin terciptakan rasa
keinginan saling memiliki

Namun bila itu semua
dapat terwujud dalam satu ikatan cinta
tak semudah seperti yang pernah terbayang
menyatukan perasaan kita...

Tetaplah menjadi bintang di langit
agar cinta kita akan abadi
Biarlah sinarmu tetap menerangi alam ini
agar menjadi saksi cinta kita berdua..."

Akankah saya seperti mereka ??? Semoga...

Lapangan WIKA, 20 Maret 2009

8 komentar:

  1. Jangan khawatir, cinta itu bisa dipupuk mba.. Seperti lagu "cangkul, cangkul, cangkul yang dalam.." *hehe, ga nyambung yaa!

    BalasHapus
  2. oooo gtu ya ai... iya dah ntar dipraktekin... nyanyinya... hehehe

    BalasHapus
  3. romantis bisa diciptakan dimana aja dan kapan aja mbak...apalagi pas kondisi bokek, wah bener2 sedap dah

    BalasHapus
  4. iya mas... karena klo lagi bokek kita kan makannya jadi sepiring berdua atau bahkan sepiring rame2 dengan anak2 juga... hehehe

    BalasHapus
  5. suatu saat, suatu kelak nanti,, kita pun akan merasakannya.amin
    ^_^_^. doakan ya moga senin dpt izin,klo tdk ya,,, gigit jari aja deh,,

    BalasHapus
  6. amin ya rabbal'alamin...

    Izinnya dari sekarang aja, biar boleh. Kalo gak boleh juga, ajak aja sekantor sekalian biar jadi izin berjama'ah... hehehe

    Btw, jari siape yang digigit ??? ;D

    *mudah2an diizinan ya dan mudah2an kite bisa ketemu. Saya jualan teh botol di sana... hahaha

    BalasHapus

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas