.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Kamis, 20 November 2008

Bangga Bila Bisa Menjahit Emblem Pertemanan ini...

Bertemu dan berpisah adalah sedikit dari sekian banyak fenomena yang tak bisa dihindarkan perwujudannya di dunia ini. Siapa akan bertemu siapa atau siapa akan meninggalkan siapa adalah sebuah misteri. Tidak pernah tahu. Bahkan karena terlalu misterinya, kita tidak bisa menerka pada detik ke berapa kita akan bertemu siapa, seperti apa dia, dan akan berujung cerita seperti apa ? Semua buram sampai detik tersebut kita lewati, hingga membuahkan gambar, kita sudah bertemu siapa saja, seperti apa saja karakternya, dan akan mengukir kisah seperti apa ?

Akankah nantinya mereka yang kita temui akan permanen di hati ataukah hanya sekedar intermezzo saja ? Semua akan tetap buram kejadiannya, bila tidak ada interaksi...

Berbagi kisah adalah medium yang biasa digunakan untuk menghilangkan keburaman itu. Semakin banyak berbagi kisah, semakin intens berinteraksi, semakin sering berolah fikir, biasanya akan semakin banyak printan sketsa jiwa yang kita dapat. Namun, bukan berarti kuantitas yang kita dapat akan berbanding lurus dengan kualitas yang kita dapat. Dalam artian, seringnya kita berinteraksi dengan seseorang tidak menjadikan kita dapat langsung paham tentang seseorang tersebut. Apalagi bila berinteraksinya hanya freelance saja atau dalam situasi yang aman-aman saja. Tidak ada friksi, atau apapun itu bentuknya. Mengapa demikian ??? karena biasanya karakter asli seseorang akan keluar, bila dihadapkan pada situasi dan kondisi "tidak normal". Kalau hal inipun sudah kejadian, bukan berarti pula menjadikan kita bebas menjatuhkan cap kepada orang yang kita ajak bergumul dalam sebuah kendaraan bernama interaksi tadi. Karena masih ada teori lain yang mengiringinya, bahwa manusia bisa berubah...

Perubahan disini bisa ke arah negatif atau sebaliknya, tergantung stimulus apa yang sering digesekkan pada saat interaksi tersebut. Stimulus positif sejatinya akan mendapat respons positif, stimulus negatif akan mendapat respons negatif, atau bahkan persilangan dari kedua pasang stimulus respons lazim ini. Semua tergantung ke pribadi masing-masing dan mau mewujudkan atmosfer interaksi seperti apa.

Stimulus respons inilah yang kemudian bisa mempengaruhi akan dibawa kemana cerita pertemuan kita dengan seseorang. Hanya sekedar kenal, teman, kawan, sahabat, atau bahkan pendamping hidup. Semua tergantung tingkat kepadatan "klik" yang sudah teracc secara tidak langsung oleh sikon dan pihak-pihak yang berinteraksi. Kalaupun akhirnya klik itu tak tergenggam kuat bahkan lepas dari sebuah interaksi, biasanya itu adalah salah satu bentuk penegasan akan sebuah sikap.


Sampai kapanpun manusia tidak akan pernah sempurna. Dengan demikian, kalimat manusia tidaklah sempurna masih bisa dipakai, walaupun hanya untuk sekedar melayangkan apologi. Tetapi, memang itu realitasnya.

Berteman, berkawan, bersahabat, bersaudara adalah sebuah keindahan yang berhasil terbesut dari sebuah interaksi. Banyak detik yang sudah terlewati untuk coba menebali garis pertemuan tersebut. Tidak sedikit kisah yang digali dan diumbar hanya untuk mencoba belajar menerawang, bagaimana kita harus bersikap dengan orang lain. Ribuan sakit, tangis, canda, tawa, suka, dan duka tak terasa sudah melebur jadi satu dalam sebuah obrolan. Jutaan aroma rasa sudah menumpuk dan mampu beradaptasi dengan tumpukan rasa sebelumnya.

Akankah kita mensteril itu semua ? haruskah melakukannya ? mampukah merealisasikannya ?

Apapun itu jawabannya, menyandang gelar sebagai teman, kawan, sahabat, dan bahkan saudara adalah suatu hal yang indah. Sebuah emblem yang tidak bisa dibeli dengan apapun. Menyandangkan itu semua di hati adalah sebuah kehormatan tertinggi. Karenanya, bangga rasanya saat bisa dan diberi kesempatan untuk dapat menjahit sebuah emblem pertemanan.

Bila demikian kejadiannya, akankah ku akan melepasnya ? dan bisa berbanggakah bila kumelepas itu semua ? Jawabannya : Tidak...

Terakhir, pertemanan, perkawanan, persahabatan, dan persaudaraan, adalah guratan cerita yang begitu indah dalam kehidupan. Jadi, rasanya tidak akan ada secuil niatan untuk melepaskannya. Walaupun emblem pertemanan yang tersemat ini awalnya hanya sekedar  souvenir pertemuan yang berhasil didapatkan dari sebuah ketidaksengajaan kondisi.

Wallahu'alam...


*Maafkan jika ku tak sempurna dan tidak akan pernah sempurna sebagai teman, kawan, sahabat, saudara, atau apapun nama dan cap yang tertempel pada diriku...

2 komentar:

  1. Smg emblem itu akan slalu tersemat indah di hati kita :)

    BalasHapus
  2. Amin ya rabbal'alamin... Semoga dek... biar emblem yang nempel makin banyak ya... trus emblem itu terus meningkat kualitasnya dan juga bisa mengualitaskan... semoga lagi...


    :)

    BalasHapus

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas