.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Selasa, 27 Mei 2008

Ibu Bangga padamu Anandaku...*

Ananda...

Ku baca tulisanmu di dalam gelap
dengan seadanya barang dan fasilitas seperti saat aku mengasuhmu dari pertama kau masih benih hingga seperti sekarang ini

 

Ananda...

Pantaskah ibu menerima segala doa dan janji suci darimu ?
Padahal kau hanya mendapatkan sedikit dari apa yang ibu pernah usahakan untukmu

Ananda...

Dari dulu hingga sekarang, kalau kau mau tahu tak pernah sedikitpun terlintas dalam benak ibu selain mengharap engkau menjadi seorang yang bisa menyejukkan dan menjadi penerang bagi orang2 disekelilingmu dengan berlandaskan Quran dan Sunnah tentunya

Ananda...

Apa yang harus ibu katakan padamu
Ibu malu, terharu, sekaligus bangga padamu
Ternyata kau masih mau meninggikan derajat ibu, setelah hanya berondongan keterbatasan yang sanggup kuberikan padamu

Ananda...

Tanpa kau minta, tanpa kau berjanji, dan tanpa kau menulis surat cinta ini
Ibu selalu membuka restu dan ridhoku guna melihat kau berhasil menyongsong segala ridhoNya
Tapi, pantaskah ibumu membuka celah ridhoNya ??

Anandaku...

Benar-benar aku tak kuat lagi menahan deraian air mata ini, saat kau bilang ingin gadaikan dirimu dijalanNya hanya untuk mempersembahkan 70 safa'at untukku
Anandaku, betapa mulianya dirimu...

Anandaku...

Sekarang Ibu tersenyum saat membaca akan kau hantarkan seseorang wanita terbaik yang akan kau daulat menjadi istrimu
Ibu tidak terpikir kau sudah sejauh itu merancang hati ibu untuk bahagia
Karena dimata ibu, kau tetap anak manja yang masih suka minta disuapi saat makan (ternyata... di luar sana kau begitu dewasanya ya anakku;D)

Anandaku...

Ibu sangat bahagia membaca rentetan katamu yang terakhir(dengan tidak mengecilkan janji sucimu sebelumnya)
Ibu mendukung untuk segera kau hadirkan wanita yang telah dipilihkan ALLAH untukmu 
Karena ibu sudah tidak sabar untuk mendengar panggilan eyang dari mulut2 kecil buah hatimu

Anandaku...

Itu saja sudah cukup membuat ibu bahagia

note :

Ibarat the flash, sedetik setelah membaca "tulisan teman sekaligus saudaraku", aku benar-benar tak kuasa buat memberikan jawaban atas tulisannya.

Karena, aku langsung teringat akan perbincangan dengan Mamehku beberapa waktu lampau saat kami sedang menyusuri malam berduaan...

Ternyata, pertanyaan dan janji manisku itu dipatahkan begitu saja dengan kalimat "melihat kamu bahagia dan segera nikah aja ibu dah seneng kok. Ibu gak minta apa-apa"

MasyaAllah... dengan jawaban beliau itu, semakin saja membuatku tak mampu buat membalas dan memberikan yang terbaik untuk beliau...

Dan saat kumenuliskan jawaban atas "tulisannya", air mataku benar-benar menitik. Karena sekonyong-konyong segala kebadungan, kengeyelan, dan kereseanku pada beliau berputar dipelupuk mataku...

Ya Allah dengan apa kuharus membalasnya ??? jika selalu saja beliau membalikkan apa yang kuberi padanya dengan nilai yang lebih besar dan begitu manis di jiwa dan ku yakin ku begini salah satunya adalah dari doa tulus beliau. Lalu doaku yang mana yang bisa membuatnya lebih bahagia ???

"Ndong, Kep, Bul, Mey, Mamey, Meh, Mameh, Ibu... apapun panggilan yang biasa kudaratkan ditelingamu. Engkaulah satu-satunya wanita yang mampu dan sabar untuk selalu menjerumuskanku menjadi wanita sejati"

Terima Kasih... I always Love You...

* Coretan ini merupakan Jawaban dari postingan Sofyan : "Ratapan anak untuk makhluk yang paling Keramat "Ibu" (pernah diposting dalam bulletin board FS, ceritanya saya pengen kayak "Indonesia Menggugat"nya Bung Karno... saling smash lewat media). Selain itu, coretan ini lahir juga karena kebiasaan buruk saya yang suka iseng dan gak boleh lihat umpan yang agak melambung dikit... langsung aja dismash balik... (bulu tangkis kali ah...) hehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas