Selasa, 27 Mei 2008

Penyusunan Kerangka Teoritis

Setelah masalah berhasil dirumuskan dengan baik maka langkah kedua dalam metode ilmiah adalah mengajukan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan. Seperti diketahui dalam memecahkan berbagai persoalan terdapat bermacam cara yang dapat ditempuh yaitu cara ilmiah dan nono ilmiah. Tentu saja dalam kegiatan penelitian ilmiah maka cara yang dipakai dalam memecahkan masalah adalah cara ilmiah.

Seperti diketahui pada hakikatnya metode ilmiah yang dapat disimpulkan dalam dua langkah utama, yaitu pengajuan hipotesis yang merupakan kerangka teoritis yang secara deduktif dijalin dari pengetahuan yang dapat diandalkan, dan kedua, pengumpulan data secara empiris untuk menguji apakah kenyataan yang sebenarnya mendukung atau menolak hipotesis tersebut. Agar sebuah kerangka teoritis dapat meyakinkan maka argumentasi yang dapat dibangun harus dapat memenuhi beberapa syarat. Pertama, teori-teori yang dipergunakan dalam membangun kerangka berpikir harus merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup perkembangan-perkembangan terbaru. Dalam sebuah disiplin keilmuan kadang-kadang terdapat lebih dari satu pendekatan  yang tercermin dalam berbagai teori dalam mendekati persoalan yang sama. Lingkup yang menyeluruh dalam mencakup perkembangan terbaru dalam suatu disiplin keilmuan biasanya disebut dengan the state of the art dari disiplin tersebut. Untuk bisa menyusun kerangka teoritis yang meyakinkan maka pertama-tama seorang ilmuwan diminta untuk mendemonstrasikan pengetahuannya mengenai the state of the art dari disiplin keilmuan yang akan dipergunakan sebagai basis analisis dalam pengajuan hipotesisnya.

Seperti yang disebutkan terdahulu maka berdasarkan pengetahuan tentang the state of the art tersebut kita harus memilih teori-teori mana saja yang akan dipergunakan dalam analisis kita. Pemilihan itu harus didasarkan pada argumentasi yang meyakinkan tentang mengapa kita melakukan pemilihan tersebut. Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar dari bagi argumentasi kita dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan kita. Kerangka pemikiran yang berupa penjelasan sementara ini merupakan argumentasi kita dalam merumuskan hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan.

Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesema ilmuwan adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Sering kita melihat dalam tesis atau disertasi bahwa banyak sekali kajian pustaka yang berbentuk teori namun sayangnya teori-teori ini hanya bersifat pajangan belaka. Teori-teori ini sama sekali tidak dipergunakan sebagai premis dalam kerangka berpikir secara logis melainkan diletakkan begitu secara sporadis.

Ilmu mensyaratkan bahwa pengetahuan ilmiah yang harus bersifat konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya. Sekiranya hipotesis yang kita ajukan ternyata keudian didukung fakta maka hipotesis yang  merupakan jawaban sementara lalu secara sah dterima sebagai pengetahuan ilmiah. Agar pengetahuan ilmiah ini bersifat konsisten dengan pengetahuan-pengetahuan ilmiah sebelumnya maka hal ini harus tercermin strurktur logika berpikir dalam menarik kesimpulan. Untuk itu harus dipenuhi dua persyaratan, yakni pertama, mempergunakan premis-premis yang bernar dan kedua, mempergunakan cara penarikan kesimpulan yang sah. Pada hakikatnya kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis didasarkan kepada argumentasi berpikir deduktif dengan mempergunakan pengetahuan ilmiah, sebagai premis-premis dasarnya.

Mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai premis dasar dalam kerangka argumentasi akan menjamin dua hal. Pertama, karena kebenaran pernyataan ilmiah telah teruji lewat proses keilmuan maka kita akan merasa yakin bahwa kesimpulan yang ditari merupakan jawaban yang terandalkan. Kedua, dengan mempergunakan pernyataan yang secara sah diakui sebagai pengetahuan ilmiah maka pengetahuan baru yang akan ditarik secara deduktif akan bersifat konsisten dengan tubuh pengetahuan yang telah disusun. Dalam menyusun kerangka pemikiran yang menghasilkan hipotesis, kita harus mengembangkan argumentasi untuk member penjelasan sementara tentang masalah yang dihadapi. Berpikir artinya kita menyusun kerangka berpikir kita sendiri secara sistemik dan analitik dengan mempergunakan khasanah teori Ilmiah secara selektif  berdasarkan premis-premis ilmiah yang dipilih secara selektif untuk membanguk kerangka berpikir maka mulailah kita menyusun argementasi secara sistematik dan analitik. Tugas ilmuwan yang pertama adalah meyakinkan secara deduktif dalam argumentasi yang dibangun diatas premis-premis ilmiah. Berargumentasi artinya secara aktif menjelaskan mengapa sesuatu itu mempunyai karakteristik tertentu. Untuk membangun suatu kerangka pemikiran yang bersifat sistematik dan analitik maka sering kita dituntut adanya perumusan-perumusan pemikiran dasar yang berupa postulat, asumsi atau prinsip. Disamping premis-premis sebagaimana kita telah sebutkan di atas maka dalam kerangka teoritis kita juga akan melakukan pengkajian terhadap penelitian-penelitian yang relevan  yang telah dilakukan oleh para peneliti lainnya. Hal ini dilakukan pertama-tama disebabkan oleh sifat ilmu yang pengembangannya secara kumulatif. Demikian juga penelitian mutakhir, mungkin merupakan pengetahuan teoritis baru atau revisi terhadap teori lama, yang dapat kita pergunakan sebagai premis dalam penyusunan kerangka pemikiran maupun dalam kegiatan analisis yang lain, umpamanya saja dalam dalam pembahasan mengenai kesimpulan analisis data. Disamping itu mungkin juga salah satu dari kesimpulan penelitian yang telah dilakukan, atau sintesis dari beberapa penelitian kita dalam mencoba melakukan pengulangan, revisi, modifikasi, dan sebagainya. Pada hakikatnya the state of the art dari sebuah cabang keilmuan mencakup baik perkembangan teori maupun penelitian yang telah dilakukan. Kerangka teoritis suatu penelitian dimulai dengan mengidentifikasi dan mengkaji berbagai teori yang relevan serta diakhiri dengan pengajuan hipotesis. Akhir dari sebuah pengkajian kerangka teoritis ini adalah perumusan hipotesis harus merupakan pangkal dan tujuan dari seluruh analisis. Hal ini harus tercermin tidak hanya dalam sruktur logika berpikir melainkan juga dalam struktur penulisan. Dimulai dengan penyataan pembukaan mengenai tujuan analisis yang kemudian melebar dengan melakukan berbagai inventarisasi dari berbagai teori yang relevan. Setelah itu mempergunakan premis-premis yang terdapat dalam kumpulan teori tersebut dalam penarikan kesimpulan di mana proses kembali mengecil secara konvergen sekitar perumasan hipotesis yang diatandai dengan kata “diduga” yang merupakan klimaks dari seluruh upaya kita dalam membangun kerangka teoritis yang mendukung hipotesis.

Secara ringkas kerangka teoritis dan pengajuan hipotesis dapat disusun sebagai berikut  :

1.      Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan dalam analisis

2.      Pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan

3.      Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis dengan mempergunakan premis-premis sebagai tercantum pada nomor 1 dan 2 dengan menyatakan secara tersurat postulat, asumsi dan prinsip yang dipergunakan ( sekiranya diperlukan )

4.      Perumusan hipotesis

 

4 komentar:

  1. dalam hipotesis, penting nggak sih netapin tujuan ketercapaian yang ingin dicapai dalam penelitian? makasih mba,,

    BalasHapus
  2. Menurut saya dalam hipotesis tidak ada penetapan ketercapaian, karena hipotesis hanya perkiraan kita tentang masalah yang diangkat yang perlu diuji kebenarannya.

    Bila ada penetapan ketercapaian tujuan [dalam hipotesis], dikhawatirkan akan menambah pendekatan dalam penelitian, yaitu manipulatif ;D [selain kuantitatif dan kualitatif]

    Jika ternyata hasil interpretasi berbeda dengan hipotesis, maka yang perlu di cek adalah kajian teori, konstruksi soal, responden, dan saat tabulasi data.

    Jadi, sekali lagi sejauh ini yang saya tau tidak penetapan ketercapaian tujuab untuk sebuah ketercapaian hipotesis [Ha atau Ho]

    Ya gitu deh mba... lebihnya tolong dikembaliin kurangnya tolong ditambahkan... hehehehe

    BalasHapus
  3. dalam penelitian, apakah pembuatan hipotesis harus didasarkan pada kerangka pemikiran?

    BalasHapus
  4. mba klau,,menyusun kerangka berfikir harus menggunakan diagram sebagai gambaran hubungan antara variable x dengan variable y na engga??makasih

    BalasHapus

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas