.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Selasa, 27 Mei 2008

Setetes Audit Diri [Memoar of Me]

Malam yang kulalui saat ini rasanya tidak berbeda dengan malam-malam hari kemarin. Tetap  gelap, berbintang, dan sepi. Waktu yang kulalui saat inipun tak berubah sama sekali, ia tetap berkisar dari putaran angka 1 sampai dengan angka 12. Rasa yang kunikmati saat inipun tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Kadang terasa hambar, manis, asam, asin, bahkan pahit. Aroma yang kubaui saat inipun tetap tidak berubah, kadang wangi, harum, anyir, hingga bau yang tidak sedap. Langkah yang kutapaki saat inipun juga tetap sama, terkadang maju, bergeser, diam, bahkan mundur. Rupa yang kukacaipun tidak signifikan berubah, kadang tersenyum, tertawa, cemberut, melamun, bahkan menangis. Cita yang kuimpikanpun rasanya juga tidak berubah, tetap ingin maju, lebih baik, dan lebih menyayangi orang-orang yang kukasihi. Dan siang yang kupandangipun tidak berubah sama sekali, kadang cerah, panas, redup, bahkan hujan.

 

Bila ku kalkulasi hal-hal di atas, rasanya bosan juga mengais hari dan waktu hanya dengan hal yang itu-itu saja. Dan bodohnya lagi ku tak berasa hal positif apa yang telah aku lakukan disepanjang usiaku. Yang mengakibatkan tanpa terasa pula tahu-tahu kusudah dibenturkan lagi dengan suatu fenomena klasik, yaitu perubahan tahun.

 

Walaupun perubahan tahun hanya sebuah rutinitas alam yang akan terus hadir sampai batas keberadaannya, namun secara tidak langsung dia telah mengingatkanku untuk sejenak mengaudit diri. Seberapa besarkah saldo pengalaman dan ibadahku, surplus ataukah malah defisit ? Entahlah aku sendiri juga bingung bagaimana caranya mengaudit diri………..

 

Sekali lagi akhir dan awal tahun adalah sebuah batas dari rentetan hari, minggu, dan bulan yang dibuat manusia. Tapi sesungguhnya itu adalah salah satu hal kecil yang dapat mengingatkan kita bahwa segala sesuatu ada batasnya dan pasti ada akhirnya.

 

2005 ke 2006, kalau dilihat dari gugusan angka yang berderet, rasanya hanya terpaut satu angka saja dalam digit satuan. Secara matematis mungkin bernilai kecil dan mungkin akan tak ada artinya jika terjadi pembulatan satuan ke puluhan. Namun bila dijabarkan dalam rentang waktu atau masa, angka satu disini equivalen dengan segudang, sekontainer, dan mungkin sampai bilangan imajiner. Betapa dahsyatnya 1 !!!

 

Suatu kebenaran atau bahkan kebetulan jadinya bila pengalaman yang kita seret dan raup selama setahun ini bisa dimasukkan ke dalam kategori imajiner. Mengapa imajiner ? karena pengalaman yang kita lalui selama setahun ini memang tidak terbatas bahkan tidak terdefinisikan, selayaknya bagai semua bilangan dibagi dengan angka nol. Tapi bagaimana bisa mengeneralisasikan sebuah teori kebetulan itu, padahal setiap kepala mempunyai jalan, cara, dan pola tersendiri dalam mengais, meraup, dan menyeret pengalaman untuk dikumpulkan di tepian tahun. Nah, disinilah sebenarnya letak pembenaran dan pembetulan dari teori tersebut. Karena pada dasarnya sebuah teori tidak berdiri sendiri, pasti ada teori penyerta untuk menguatkan teori sebelumnya. Makanya diperlukan teori relativitas sebagai pendampingnya. Dengan artian hasil penilaian dari sesuatu dapat berbeda tergantung dari dan dengan apa dia dibandingkan. Bahasa kerennya adalah kasuistik sekali gitu loh……. Tapi jika dikalibrasi kembali antara keduanya, apakah bijaksana membandingkan sesuatu yang memang sudah jelas beda perbandingannya. Apakah valid dan reliabel hasil yang didapat ?

 

Jadi gampangnya setiap orang pasti beda dan penilaian sebesar apa yang didapat dalam kurun waktu tertentu tidak dapat dilihat dari satu sisi saja, apalagi cuma mengandalkan pandangan picik manusia yang sudah mempunyai nilai sebelum dia memegang berkas penilaian. Dan sebaik-baik penilaian adalah Dia Sang Pemberi Soal, tugas kita hanyalah berusaha menjawab sebaik-baiknya semua soal yang disodorkan kehadapan kita. Karena “Jangan bilang dirimu beriman, kalau kamu belum merasa diuji” dan “Takkan berubah keadaan sesuatu kaum, jika mereka tidak mau merubahnya sendiri” !!!

 

2005 ke 2006, merupakan sebuah pergeseran tahun biasa selayaknya pergeseran 2004 ke 2005, 2003 ke 2004 dan sebagainya. Itu kalau mau dilihat dari segi biasanya, tapi kalau kita mau lebih melongok dari segi luar biasa atau istimewanya maka yang kita dapati seharusnya adalah bertambah rasa kagum kita kepada Sang Pembuat dan Pemilik Waktu. Betapa tidak, hanya dengan bergulir satu detik ke depan saja kita sudah dapat berganti kalender, yang menandakan bergantinya tahun. MasyaAllah…Subhanallah…Allahu Akbar…

 

Tidak habis rasanya bibir ini mencelotehkan apa yang telah kualami disepanjang tahun ini. Akan pegal rasanya jika kucoba uraikan dalam kata apa yang kurasakan sejauh ini. Namun yang pasti dan perlu dicatat, tak ada satu hal sia-sia yang Dia telah berikan padaku. Semua rasa, asa, dan kuasaNya telah menjadi pupuk untuk menyuburkan jiwaku, menjadi air untuk menyegarkan ragaku, dan juga sekaligus sebagai obat untuk menyembuhkan segala lukaku. Semua aral telah mengajarkanku untuk dapat lebih tawakal, segala rintang telah menasihatiku untuk dapat merasa lebih menerima, dan seluruh rasa bahagia telah menuntunku untuk dapat merasa lebih berguna. Luapan tawa sepanjang tahun telah menemaniku dikala kutak tahu lagi bagaimana caranya menyikapi pilu. Deraian air mata sepanjang hari telah mengingatkanku untuk selalu berpikir bahwa tidak selamanya kebahagiaan harus disikapi dengan tawa. Karena tangis dan tawa tidak lebih dari sekedar symbol perasaan manusia agar ia dapat dipahami orang lain, yang mengakibatkan perubahan perlakuan orang lain sesuai dengan symbol yang  kita tampakkan. Naïf rasanya, bila kita tak tahu untuk apa sebenarnya kita menangis dan tertawa ???

 

Tangisan yang terhempas dari jiwa manusia sesungguhnya salah satu bukti dari kekerdilan manusia itu sendiri (lebih-lebih bila dihadapkan pada suatu masalah). Dikala jiwa ini tidak tahu harus berbuat apa dan ketika jiwa merasa nelangsa. Yang membuat secara tidak terencana dan terduga tangisan itu sudah meleleh deras dari kedua bola mata kita. Dan inilah yang sering menghinggapi malam-malamku di kuartal ketiga tahun 2005.

 

Sekarang harus kusapu sedih dan tangisku, kubenahi riang dan tawaku, kupadatkan iman dijiwaku, kusegarkan raga dan nafasku untuk kemudian kutempatkan sesuai posisi dan porsinya, sehingga terjabarkan dalam resolusi tahun ini. Karena sebagai manusia ku tak tahu apakah masih sempat ku kembali menuangkan audit diri lagi di tahun depan.

 

Seperti pembiasaan-pembiasaan yang telah berlalu, yang kumohonkan hanyalah ridhoilah aku agar dapat memberikan yang terbaik dan sempatkanlah aku agar dapat membahagiakan orang-orang yang kukasihi dan sayangi. Dan berikanlah mereka usia dan rezeki yang berkah, karena kebahagiaan mereka jauh lebih membahagiakan aku daripada ku harus memikul kebahagiaanku sendiri. Dan izinkanlah aku untuk dapat menyemai ladang-ladang ibadah baru, yang didalamnya tumbuh pohon-pohon yang dapat memberkahi sekelilingnya. Dan juga izinkanlahku pula untuk dapat menjadi wanita seutuhnya.

 

Terakhir dipenghujung goresan hatiku ini, mungkin ku hanya dapat cantumkan selarik bahkan sebait kata sebagai pengingat lara, rasa, dan asa. Sesungguhnya kutak menyesali segala tangisan dan tawa yang tumpah dan berhamburan disepanjang jalan tahun 2005 ini. Karena kuyakin ini adalah cara yang Allah berikan kepadaku agar aku mau lebih berpikir, menelaah, dan memahami hakikat dari sebuah perjalanan dan perjuangan hidup. Dan tak ada satu orangpun bahkan diri kita sendiri yang mengetahui batas dari perjalanan dan perjuangan kita, walaupun untuk sedetik kemudian. Yang ku tahu dan orang lain tahu hanyalah batas dari kisaran hari yang harus selesai di dalam sebuah kurun waktu yang dinamakan tahun. Kalau sudah begini apakah pantas aku meminta kemudahan padaNya, jikalau dibalik kesusahan atau kesulitan yang mendera terdapat kunci-kunci yang dapat kupergunakan untuk membuka “pintu-pintu rahasiaNya”? Hanya Allahlah yang tahu seberapa kuatkah aku untuk dapat mencari dan memutar kunci-kunci itu………….

1 komentar:

  1. Audit internal ini saya lakukan saat perpindahan 2005 ke 2006... sebenarnya panjang lagi memoar yang tercipta, tapi... ini aja dulu kali ye... ;D

    BalasHapus

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas