.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Selasa, 30 Juni 2009

Peta Kompetensi (Analisis Pembelajaran)*

Oleh: S.F. Lussy Dwiutami Wahyuni


sumber gambar: seputarpendidikan003.blogspot
PENDAHULUAN
Tidak sedikit orang yang mengatakan bahwa mengajar itu mudah. Hanya bermodalkan materi dan bisa “bicara” di kelas, selesai perkara. Namun, apakah hanya sesederhana itu? pastinya tidak, karena banyak langkah yang harus dilalui agar pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih berkualitas dan tidak menjadi sekedar menggugurkan kewajiban saja.

Untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas baik, paling tidak ada 3 tahapan yang harus dicermati, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bila dianalisa lebih lanjut, maka dari ketiga tahapan ini sesungguhnya yang memegang peranan besar dalam mencetak keberhasilan adalah pada tahap perencanaan. Mengapa demikian ? karena pada tahap ini kita bagai membuat peta sebuah perjalanan. Semakin baik dan rinci kita membuatnya, maka akan semakin jelas kemana arah dan tujuan yang akan kita capai. Pernyataan ini sejalan dengan pepatah yang mengatakan “Jika kita gagal untuk merencanakan, kita merencanakan untuk gagal”.
Analisis pembelajaran adalah satu dari beberapa langkah yang harus direncanakan dan dipersiapkan secara matang sebelum kita mentransfer sebuah ilmu kepada siswa. Perlu direncanakan dan dipersiapkan secara matang, karena pada analisis pembelajaran ini terjadi proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematik (Atwi Suparman, 2001 : 89). Kegiatan ini dimaksudkan agar tergambar susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Baik jumlah maupun susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa perilaku yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara efektif dan efisien. Namun kenyataannya, tidak sedikit dari pengembang pembelajaran (termasuk pengajar) melewati tahapan ini. Kebanyakan dari mereka dari TIU langsung melompat ke penulisan TIK, tes, atau isi pelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran yang dihasilkan menjadi tidak sistematik.
Pembelajaran yang dirancang secara melompat atau tidak sistematik ini akan berimplikasi sebagai berikut:
1.      Daftar TIK yang telah disusun tidak konsisten dengan TIUnya. Daftar TIK tersebut mungkin tidak lengkap atau berlebihan. Disamping itu, kemampuan yang ada dalam setiap TIK belum tentu mengacu kepada kemampuan yang terdapat dalam TIU.
2.      Materi tes tidak terperinci karena hanya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bersifat umum atau akhir. Kemajuan siswa di tengah proses belajar tidak dapat diukur dengan teliti sehingga pengajar tidak dapat diukur dengan teliti sehingga pengajar tidak dapat memberikan pengajaran remedial yang tepat bagi siswa yang sebenarnya masih ketinggalan atau pemberian bahan pengayaan bagi siswa yang telah lebih dahulu maju.
3.      Urutan isi pelajaran kurang sistematik
4.      Titik berangkat materi pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan awal siswa
5.      Cara penyajiannya tidak sesuai dengan karakteristik siswa
Beranjak dari fakta-fakta yang telah diuraikan di atas, maka perlu disampaikan tentang apa dan bagaimana memetakan sebuah kompetensi atau menganalisis sebuah pembelajaran agar pembelajaran yang dilaksanakan menjadi lebih terarah, sistematik, dan berkualitas.


PEMBAHASAN
Tak kenal maka tak sayang, pepatah inilah yang sering digaung-gaungkan saat pertama kali kita ingin menyelami suatu hal yang masih relatif baru. Kenyataannya memanglah demikian, karena sulit rasanya untuk menumbuhkan rasa sayang kalau mengenalnyapun kita tidak. Sama halnya saat kita ingin memetakan sebuah kompetensi ataupun menganalisis pembelajaran. Rasanya akan tumbuh rasa malas untuk melakukannya kalau kita sendiri belum tahu apa dan bagaimanakah dia. Untuk itu, setelah ini akan dibahas mengenai pengertian, posisi analisis pembelajaran dan sistem pembelajaran, struktur perilaku, langkah-langkah melakukan analisis pembelajaran, dan contoh analisis pembelajaran.


Pengertian
Analisis instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematik.  Penjabaran tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan susunan yang jelas mengenai kedudukan perilaku khusus manakah yang perlu dilakukan terlebih dahulu dari perilaku yang lain. Banyak alasan yang membuat kita mendahulukan perilaku khusus yang satu dengan perilaku khusus lainnya, diantaranya karena alasan-alasan sebagai berikut: kedudukannya sebagai perilaku prasyarat, perilaku yang menurut urutan gerakan fisik berlangsung terlebih dahulu, perilaku yang menurut proses psikologis muncul lebih dahulu, atau secara kronologis terjadi lebih awal.
Jadi bisa dikatakan, dengan melakukan analisis pembelajaran, kita akan mendapatkan gambaran tentang susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Atau dengan perkataan lain, melalui tahap perilaku-perilaku khusus tertentu siswa akan mencapai perilaku umum. Perilaku khusus yang telah tersusun secara sistematik menuju perilaku umum itu laksana jalan yang singkat yang harus dilalui siswa untuk mencapai tujuannya dengan baik.


Posisi Analisis Pembelajaran dalam Sistem Pembelajaran
Sistem adalah benda, peristiwa, kejadian, atau cara yang terorganisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang lebih kecil dan seluruh bagian tersebut secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi ini menunjukkan bahwa suatu benda atau peristiwa baru dapat disebut sistem bila memenuhi empat kriteria secara sekaligus, yaitu: pertama, dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil; kedua, setiap bagian mempunyai fungsi tersendiri; ketiga, seluruh bagian itu melakukan fungsi secara bersama; keempat, fungsi bersama yang dilakukannya mempunyai suatu tujuan tertentu.
Dari pengertian sistem di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah salah satu contoh dari sistem dan analisis pembelajaran adalah salah satu komponen pembangun sistem tersebut. Dengan demikian, dimanakah posisi analisis pembelajaran dalam sistem pembelajaran? Berikut gambarannya.


Bila disederhanakan, sesungguhnya sistem pembelajaran di atas hanya terdiri dari tiga tahapan yang tergambar sebagai berikut:
Mengidentifikasi
Mengembangkan
Mengevaluasi
Merevisi
 





Bagan 2. Bagan Sederhana Pendekatan Sistem

Mengapa bagan 1 (ada di dalam attachment) bisa disederhanakan menjadi bagan 2 ? karena bagan 1 merupakan uraian dari komponen-komponen utama yang terdapat dalam bagan 2. Lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
1.      Tahap mengidentifikasi yang terdapat dalam bagan sederhana telah diuraikan menjadi tiga langkah, yaitu: mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan umum, melakukan analisis instruksional, serta mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa.
2.      Tahap mengembangkan telah diuraikan menjadi empat langkah, yaitu: menulis tujuan pembelajaran, menulis tes acuan patokan, menyusun strategi pembelajaran, dan mengembangkan bahan pembelajaran.
3.      Tahap mengevaluasi dan merevisi dinyatakan dalam mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif yang termasuk didalamnya kegiatan merevisi.
Dengan demikian, sudah jelas dimanakah posisi analisis pembelajaran dalam sebuah sistem pembelajaran, yaitu pada tahap identifikasi atau perencanaan.


Struktur Perilaku
Perubahan perilaku adalah salah satu tujuan dari sebuah pembelajaran. Dari belum tahu menjadi tahu, dari sudah tahu menjadi lebih tahu, dan dari yang tadinya berperilaku negatif berubah menjadi berperilaku positif. Lalu, apa sebenarnya perilaku itu? Leonard F. Polhaupessy dalam sebuah buku yang berjudul Perilaku Manusia (dalam www.infoskripsi.com) menguraikan bahwa perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Bila kedua kalimat di atas dihubungkan maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa hasil dari sebuah pembelajaran harus bisa diukur perubahan perilakunya berdasarkan parameter tertentu.
Seperti sudah dipaparkan pada point sebelumnya, bahwa menganalisis pembelajaran adalah kegiatan menguraikan atau menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus. Bila perilaku umum diuraikan menjadi perilaku khusus akan terdapat empat macam susunan, yaitu hierarkikal, prosedural, pengelompokan (cluster), dan kombinasi.

1.      Struktur hierarkikal
Struktur perilaku yang hierarkikal adalah kedudukan dan perilaku yang menunjukkan bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai perilaku yang lain. Sebagai contoh: siswa tidak bisa menerapkan perilaku menghitung perkalian kalau belum bisa menerapkan perilaku menghitung penjumlahan. Secara sederhana struktur hierarkikal dapat digambarkan sebagai berikut:
Menerapkan menghitung penjumlahan
Menerapkan menghitung perkalian
 




Bagan 3. Contoh Struktur Hierarkikal

2.      Struktur prosedural
Struktur perilaku prosedural adalah kedudukan beberapa perilaku yang menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang menjadi perilaku prasyarat untuk yang lain. Walaupun kedua perilaku khusus itu harus dilakukan berurutan untuk dapat melakukan suatu perilaku umum, tetapi setiap perilaku itu dapat dipelajari secara terpisah. Sebagai contoh: dalam melakukan perilaku umum lari cepat terdapat sedikitnya tiga perilaku khusus yang terstruktur secara prosedural.


Start
Lari
Melintasi garis finish
 


Bagan 4. Contoh Struktur Prosedural

Ketiga perilaku khusus tersebut harus dilakukan secara berurutan untuk dapat melakukan perilaku lari cepat dengan baik. Tetapi setiap perilaku khusus itu dapat dipelajari secara terpisah. Untuk belajar lari cepat dengan teknik yang baik tidak harus dapat melakukan start terlebih dahulu. Demikian pula untuk mempelajari garis finish dengan baik dan melintasi garis finish. Melakukan start bukanlah perilaku prasyarat untuk perilaku lari. Demikian pula perilaku lari bukanlah prasyarat untuk mempelajari cara melintasi garis finish. Tidak ada perilaku khusus yang menjadi prasyarat untuk mempelajari perilaku khusus yang lain. Ketiga perilaku khusus tersebut di atas merupakan suatu seri gerakan yang ditampilkan secara berurutan oleh seorang pelari cepat, tetapi tidak tersusun secara hierarkikal. Susunan ketiganya disebut prosedural.

3.      Struktur pengelompokan (cluster)
Disamping perilaku-perilaku khusus yang dapay diurut sebagai hierarkikal dan prosedural, terdapat perilaku-perilaku khusus yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dan yang lain, walaupun semuanya berhubungan. Dalam keadaan seperti itu, garis penghubung antar perilaku khusus yang satu dan yang lain tidak diperlukan. Sebagai contoh: perilaku untuk menunjukkan batas-batas propinsi di Pulau Jawa.

Menunjukkan batas propinsi di Pulau Jawa
Menunjukkan batas Propinsi Jawa Barat
Menunjukkan batas Propinsi Jawa Tengah
Menunjukkan batas Propinsi Jawa Timur
 





Bagan 5. Contoh Struktur Pengelompokkan (Cluster)

Menunjukkan batas propinsi yang satu dan propinsi yang lain tidak terkait secara hierarkikal dan tidak pula secara prosedural. Seseorang dapat mulai menunjukkan batas propinsi dari Jawa Barat sampai Jawa Timur, atau sebaliknya. Bahkan dapat dapat pula dimulai dari propinsi yang berada di bagian tengah.

4.      Struktur kombinasi
Suatu perilaku umum bila diuraikan menjadi perilaku khusus sebagian tersebar akan terstruktur secara kombinasi antara struktur hierarkikal, prosedural, dan pengelompokkan. Sebagian dari perilaku khusus yang terdapat di dalam ruang lingkup perilaku umum itu mempersyaratkan perilaku khusus yang lain. Selebihnya merupakan urutan penampilan perilaku khusus dan umum. Sebagai contoh: perilaku umum melakukan lari cepat dapat diuraikan dalam perilaku khusus sebagai berikut:
Start
Lari
Melintasi garis finish
Merangkai start, lari, dan melintasi garis finish
Menjelaskan teknik start
Menjelaskan teknik lari
Menjelaskan teknik melintasi garis finish
 








Bagan 6. Contoh Struktur Kombinasi

Perilaku umum melakukan lari cepat terbentuk dengan cara merangkaikan perilaku start, lari, dan melintasi garis finish. Perilaku merangkaikan tersebut hanya dapat dilakukan bila ketiga perilaku start, lari, dan melintasi garis finish telah dikuasai seluruhnya. Dengan demikian, merangkaikan start, lari, dan melintasi garis finish membutuhkan prasyarat untuk melakukan setiap gerakan tersebut satu persatu. Mana yang lebih dahulu harus dilakukan diantara ketiga gerakan tersebut? Terserah, setiap orang dapat memilih salah satu diantaranya.

Langkah-langkah Melakukan Analisis Pembelajaran
Berikut adalah langkah-langkah yang bisa digunakan dalam menganalisis pembelajaran:
1.      Menuliskan perilaku umum yang telah anda tulis dalam TIU untuk mata pelajaran yang sedang anda kembangkan.
2.      Menulis setiap perilaku khusus yang menurut anda menjadi bagian dari perilaku umum tersebut. Jumlah perilaku khusus untuk setiap perilaku umum berkisar antara 5 – 10 buah. Bila sangat diperlukan, anda masih mungkin menambahnya lebih banyak.
3.      Menyusun perilaku khusus tersebut ke dalam suatu daftar urutan yang logis dimulai dari perilaku umum, perilaku khusus yang paling “dekat” hubungannya dengan perilaku umum diteruskan “mundur” sampai perilaku yang paling jauh dari perilaku umum.
4.      Menambah perilaku khusus tersebut atau mengurangi jika perlu. Tanamkan dalam pikiran anda bahwa anda harus berusaha melengkapi daftar perilaku khusus itu.
5.      Menulis setiap perilaku khusus tersebut dalam suatu lembar kartu atau kertas ukuran 3 x 5 cm.
6.      Menyusun kartu tersebut di atas meja atau lantai dengan menempatkannya dalam struktur hierarkikal, prosedural, atau pengelompokkan, menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu yang lain. Letakkan kartu tersebut sejajar atau horizontal untuk perilaku-perilaku yang mempunyai struktur prosedural dan pengelompokkan serta letakkan secara vertikal untuk perilaku-perilaku yang hierarkikal. Dalam proses ini anda seolah-olah sedang bermain kartu dengan cara mencocokkan letak suatu kartu di antara kartu yang lain. Hal itu akan mengasyikkan, mungkin memakan waktu berjam-jam.
7.      Jika perlu, tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap perlu atau kurangi bila dianggap lebih. Sampai batas ini anda harus yakin betul bahwa tidak ada perilaku khusus yang masih ketinggalan atau kelebihan serta susunannya menurut struktur hierarkikal, prosedural, pengelompokan, atau kombinasi.
8.      Menggambar letak perilaku-perilaku tersebut dalam bentuk kotak-kotak di atas kertas lebar sesuai dengan letak kartu yang telah anda susun. Hubungkan kotak-kotak yang telah anda gambar tersebut dengan garis-garis vertikal dan horizontal untuk menyatakan hubungannya yang hierarkikal, prosedural, atau pengelompokkan.
9.      Meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan yang lain atau perilaku-perilaku khusus yang berada di bawah perilaku umum yang berbeda.
10.  Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimulai dari yang terjauh sampai ke yang terdekat dengan perilaku umum. Pemberian nomor urut ini akan menunjukkan urutan perilaku tersebut bila diajarkan kepada mahasiswa. Ada hal yang perlu diperhatikan dalam member nomor tersebut. Pertama, pemberian nomor urut perilaku-perilaku khusus yang terstruktur hierarkikal harus dilakukan dari bawah ke atas. Kedua, pemberian nomor urut perilaku-perilaku khusus yang terstruktur prosedural dapat berlainan dari urutan penampilan perilaku-perilaku khusus tersebut dalam pekerjaan. Urutan perilaku-perilaku khusus tersebut dilakukan dari yang lebih sederhana ke yang lebih kompleks atau sulit dan kemiripan atau kaitan gerakan yang satu dan yang lain. Ketiga, pemberian nomor urut perilaku-perilaku khusus yang terstruktur pengelompokkan dilakukan dengan cara yang sama dengan prosedural.
11.  Mengkonsultasikan atau mendiskusikan bagan yang telah anda susun dengan teman sejawat untuk mendapatkan masukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam diskusi tersebut adalah:
  1. Lengkap tidaknya perilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap perilaku umum
  2. Logis tidaknya urutan dari perilaku-perilaku khusus menuju perilaku umum
  3. Stuktur hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hierarkikal, prosedural, pengelompokkan, atau kombinasi)
Setiap perilaku yang ditulis masih dapat diperinci lagi menjadi perilaku yang lebih kecil atau halus lagi tergantung kepada keinginan pengembang pembelajaran, sampai batas mana ia akan berhenti. Dalam praktik melakukan analisis pembelajaran bagi kebutuhan mata pelajaran anda, satu perilaku umum dapat diuraikan menjadi 5 sampai 10 perilaku khusus. Bila anda menghendakinya, setiap perilaku khusus itu masih mungkin dijabarkan lagi. Bila lebih cermat dan lebih rajin melakukan kegiatan analisis tersebut, anda akan lebih mudah melakukan langkah-langkah pengembangan instruksional selanjutnya. Pekerjaan menganalisis tersebut sangat menantang, tetapi tidak terlalu sulit sepanjang anda dapat menyediakan waktu itu. Pekerjaan tersebut banyak menuntut penggunaan logika. Disinilah salah satu letak penggunaan akal sehat dalam proses pengembangan instruksional.

Contoh Analisis Pembelajaran
Mata pelajaran           : Bahasa Indonesia
Kelas                            : SD kelas 4
Standar Kompetensi    : Siswa mampu melanjutkan cerita narasi

MELANJUTKAN CERITA NARASI
MEMBANGUN UNSUR UTAMA CERITA
MENJELASKAN TENTANG PENGERTIAN CERITA NARASI
MENJELASKAN TENTANG JENIS CERITA NARASI
MENJELASKAN TENTANG JENIS CERITA NARASI  FIKSI
MENJELASKAN TENTANG JENIS CERITA NARASI  NONFIKSI
MENJELASKAN PENGERTIAN
PENOKOHAN
KEJADIAN
LATAR RUANG/WAKTU
MEMBUAT PENOKOHAN
MEMBUAT KEJADIAN
MEMBUAT LATAR RUANG/WAKTU
 




















Bagan 7. Contoh Peta Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
PENUTUP
Pembelajaran adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa komponen (subsistem) yang membangunnya dan analisis pembelajaran merupakan satu dari sekian banyak komponen yang ada. Analisis pembelajaran memiliki peranan yang strategis dalam hal membuat pembelajaran menjadi lebih sistematis, terarah, dan jelas arah tujuannya. Dikatakan demikian, karena dalam analisis pembelajaran kita akan melakukan pemetaan kompetensi, mulai dari penguraian perilaku umum menjadi perilaku khusus, dari yang “dekat” sampai dengan yang “jauh” dari penguasaan siswa. Jadi dengan kata lain, semakin cermat kita melakukan analisis pembelajaran, akan semakin mudahlah kita dalam melakukan langkah-langkah pengembangan pembelajaran selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. Konsep Perilaku: Pengertian Perilaku, Bentuk Perilaku dan Domain Perilaku. http://www.infoskripsi.com/Free-Resource/Konsep-Perilaku-Pengertian-Perilaku-Bentuk-Perilaku-dan-Domain-Perilaku.html. Diakses 15 Juni 2009 pada 10.59 pm.

Harjanto. (2008). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Suparman, Atwi. (1997). Desain Instruksional. Jakarta: Depdikbud.



*Disampaikan pada Program Pengabdian Masyarakat "Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran" di Yayasan PKP Jakarta Islamic School, 29-30 Juni 2009

Slide dan materi lengkapnya bisa dilongok ke attachmentnya ya dan selamat merasakan sensasinya...

Attachment: Ciracas.zip

6 komentar:

  1. wah, bermanfaat sekali! alhamdulillah.. thanks mbak for sharing infonya. salam kenal ;)

    BalasHapus
  2. alhamdulillah jika coretan yg secuil ini bernilai manfaat buat mba. Iya mba sami2 dan salam kenal kembali :)

    BalasHapus
  3. terima kasih mbak udh share & sangat membantu

    BalasHapus
  4. Do you need Personal Loan?
    Business Cash Loan?
    Unsecured Loan
    Fast and Simple Loan?
    Quick Application Process?
    Approvals within 4 Hours?
    No Hidden Fees Loan?
    Funding in less than 72hrs
    Get unsecured working capital?
    Email us: fastloanoffer34@gmail.com
    Whats-app us on +918929509036

    BalasHapus

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas