PAIKEM atau PAINO GEMBROT SEKSI

Mungkin gak asing atau aneh lagi bila suatu ketika ada orang yang nyebut-nyebut nih kata. Walau gak selalu disebut secara berbarengan, namun gak bisa dipungkiri apalagi pungkanan, kata-kata ini emang lagi naik pamor. Kenapa naik pamor ? abis akhir-akhir ini makin banyak aja orang, komunitas, bahkan sampai acara di TV ikutan gosipin keberadaan, fungsi, dan perkembangan nih kata-kata ke depan.

Penasarankan kata-kata apa sih yang sering diobrolin akhir-akhir ini ??? Pasti gak lah ya... kan abis ini juga bakalan ditulis.... hihiihi... cuapek deh.... 

Memang teknologi, media, dan pembelajaran adalah kata-kata yang gak pernah basi buat diobrolin. Kenapa gak pernah basi ? ya... pastinya karena sering diangetin dong.... , sering diangetin disini maksudnya selalu saja ada komponen baru yang menambah kecantikan atau fungsinya.

Awalnya, teknologi hadir adalah untuk mempermudah kehidupan manusia walaupun sekarang fungsinya jauh bergeser menjadi ajang untuk peningkatan prestise atau status sosial dan media adalah segala hal yang dapat membawa pesan dari pengirim ke penerima. Sedangkan pembelajaran adalah kondisi yang diciptakan seorang pendidik agar peserta didiknya dapat belajar secara kondusif dan menyenangkan.

Sekarang apa jadinya bila teknologi dan media dileburkan atau disinergikan dalam sebuah aktivitas pembelajaran ????

PAIKEM atau PAINO GEMBROT SEKSI  itu jawabannnya (tau maksud dari jawaban ini ???)

Rentetan kata tersebut adalah mnemonik atau singkatan dari "Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan atau Pembelajaran Aktif Inovatif Gembira Berbobot Serius Kudu Santai Iye" (kata terakhir adalah penambahan istilah dari saya sendiri... hehehe).

Dengan adanya teknologi (baik hardware atau software), budaya belajar (red. caranya) dan aktivitas pembelajaran jadi berbeda. Yang membuatnya berbeda dengan pembelajaran tanpa teknologi atau konvensional adalah keberadaan media yang merangkai pembelajaran tersebut.

Media yang digunakan menjadi lebih luas dan tidak lagi terbatas hanya pada guru atau pendidik saja, tapi segala hal yang dapat mengantarkan atau memuat pesan pembelajaran bisa disebut sebagai media pembelajaran. Karena pada tahap ini, pengajaran sudah beralih menjadi pembelajaran. Dari teacher oriented bergeser ke student oriented.

Dengan demikian, sudah bisa dipastikan dalam era informatisasi ini, pandangan atau teori belajar yang digunakan adalah teori belajar konstruktivistik dan humanistik. Dimana teori belajar konstruktivistik beranggapan bahwa belajar adalah hasil konstruksi antara pemahaman yang telah dimiliki peserta didik sebelumnya dengan pengetahuan terkait yang baru diperolehnya. Dan humanistik adalah teori belajar yang menganut bagaimana memanusiakan manusia dalam belajar. Jadi pendekatan yang digunakan adalah eklektik (bebas), yang penting psikologis peserta didik nyaman dalam belajar. 

Secara eksplisit, bisa ditarik kesimpulan bahwa aktivitas pembelajaran akan lebih menyenangkan bila mendapat sentuhan teknologi dan media dalam aktivitas pelaksanaannya. Namun, hal tersebut terkait juga dengan budaya, sedangkan budaya yang mengakar sangat sulit untuk diubah, misalnya bisa berubahpun sangat membutuhkan waktu yang relatif lama. Karena hal ini terkait juga dengan tipe-tipe orang dalam mengadopsi teknologi, yaitu :

• Inovator, adalah orang/kelompok yang tanpa pikir panjang langsung mengadopsi teknologi baru
• Early Adopters, adalah orang/kelompok yang termasuk pertama kali mengadopsi teknologi baru, namun bedanya dengan inovator adalah orang atau kelompok ini telah mampu berpikir cerdas untuk menggali lebih jauh tentang apa manfaat dan keterbatasan dari teknologi baru tersebut. Biasanya hasil dari reviewnya digunakan sebagai rekomendasi bagi orang lain sebelum mengadopsi teknologi baru tersebut.
• Early Majority, adalah bukan orang yang terakhir dan juga yang pertama dalam mengadopsi teknologi. Kelompok ini banyak sekali pertimbangan sebelum mengadopsi teknologi tersebut.
• Late Majority, adalah kelompok yang paling lama mengadopsi teknologi baru. Biasanya kelompok ini baru mau mengadopsi teknologi baru kalau teknologi tersebut sudah banyak yang menggunakan. Bahkan, untuk menggunakan teknologi yang baru kelompok ini harus dipaksa terlebih dahulu.
• Loggards, adalah kelompok yang tidak mau tersentuh teknologi baru sama sekali (masih tradisional atau konvensional). Yang menjadi penyebabnya adalah karena terikat tradisi atau phobia/parno terhadap teknologi

Jadi bisa dikatakan, walaupun disana-sini banyak yang sudah mengembar-gemborkan enaknya pembelajaran berbasis media dan teknologi, namun tidak dibarengi dengan kesiapan dari peserta didik maupun guru, pembelajaran berbasis media dan teknologi takkan pernah terwujud.

Tapi bukan berarti dengan adanya teknologi dan media, peran guru termarginalkan. Malahan peran guru menjadi luas, karena tugas guru bukan hanya sekedar cuap-cuap di kelas tapi ia juga dituntut untuk mampu berpikir kreatif bagaimana caranya menciptakan lingkungan belajar yang dapat membuat peserta didiknya belajar secara nyaman.

Jadi kalau mau ditarik garis lurus, benang merah, ataupun kesimpulannya adalah teknologi dan media dapat mempermudah sekaligus mengefektifkan proses pembelajaran, tapi bukan berarti pendidikan konvensional terreplace begitu saja. Teknologi dan media adalah komplemen dalam pembelajaran. Dan satu hal yang tidak bisa tergantikan dari pendidikan konvensional adalah hubungan sosial antara peserta didik dan pendidik. Berbeda dengan pembelajaran berbasis teknologi dan media yang cenderung membentuk peserta didik menjadi soliter (bukan mainan kartu lho... ) atau individualis...

Bijaksanalah dalam menggunakan teknologi dan media dalam pembelajaran itu kuncinya, jangan sampai kita ("Loe aja kali gue nggak"  ) menggunakannya hanya sekedar sebagai bentuk kelatahan akan sebuah teknologi...

 

::Bahan untuk diskusi dapat di download di attachment berikut::

Attachment: rincian tugas.doc
Attachment: ti1.rar
Attachment: t12.rar