Damai sebatas Angan...

Dunia ini terus kuputari tanpa henti
Ahh... Sepertinya salah
Justru dunialah yang memutariku
Ku tetap di sini sampai detik ini
Tangan teknologilah yang mendilatasi dimensi fisikku

Pandanganku melebar
Pikiranku menyebar
Pendengaranku menebar
Tapi tetap saja ku masih di sini... beku...

Coba mengkamuflase kobaran rasa dalam kotak multimedia
Nanar...
Hanya berbalas pancaran radiasi akhirnya...
Saling mengagitasi, tanpa propaganda...
Dan tetap saja ku masih di sini... hampir mati...

Ingin kubanting ini semua
Ingin kululuhlantakkan semua ini
Ingin kulumerkan itu semua
Ingin ku mix ulang semua itu

Biar semua terwujud indah
Biar semua warna gosong yang tertempel raib sudah
Biar semua menjadi harum
Biar semua jadi cling kembali
Biar semua terbiarkan seperti sedia kala
Tanpa lagi ada rasa hambar dan semu menghamba
Namun, lagi-lagi kutetap saja di sini... buyar...

Pandanganku mengawang
Hanya desisan ini yang berhasil keluar dari goncangan lidahku
Apalah dayaku:
Aku tidak bisa bermain sendiri
Aku bukan penganut megalomania
Dan aku juga tidak mau teralienisasi rasa
Aku butuh partner untuk mengkonstruk ini semua

Lelah terlenguh dari jiwaku...
Hahhh... Rasanya bagai menulis di atas air
Semua hilang tanpa bekas
Pendaran unhakiki
Padahal sejatinya hati ini masih meranggas
Ada rasa yang belum tuntas
Bergegas kuangsurkan saja secarik hati ini
Bacalah... Pahamilah... Acclah... jika kau berkenan kita damai...

Bila tidak...
Maka ku kan tetap mendamaikan hati ini
Dan ku kan selalu mendandani ini hati sampai lembaran rekonsiliasi itu diakhiri dengan acc berukir senyuman...