Lihatlah.. Jelagamu telah hamburkan kabur di mataku. Usir biar menyingkir.. Tampar biar menggelepar. Dan saksikanlah bahwa jelagamu itu tak arti
Lalu kau pun bisa tanya, mengapa jelagamu itu tak arti. Dan ku hanya bisa jawab karena memang aku tak mengingini tuk memberinya arti. Sederhana saja
Dan akhirnya sekilat matamu pun kerap bertamu ke mataku. Coba cari pecahan puzzle makna yang mungkin sempat kupajang di sana... Aaahh sampai kapan...
Ku pun tak duga, bahwa justru akulah yang berhasil lebih dulu temui puzzle kunci hatimu. Basaaahhh... Kau lukaaaa...
Kau tak pernah cerita... Ku pun bodoh tak mampu membaca. Kita mungkin sama. Tapi kita memang pasti beda. Siapa? Apa? Kenapa? Kapan? Dimana? Bagaimana?
Mari jawab, komparasikan, dan cerna. Harap bisa lihat irisan diantaranya. Bila tak teriris pun bukan soal, minimal kita telah berbagi
Lihatlah... Sekarang jelagamu beringsut pergi. Menyublim. Resleting bibirmu perlahan terbuka. Rekah... Sebab telah terasa bukan hanya kau yg basah
Kau handuki kesahmu hingga kering. Ku pun terpukau. Kau hebat. Bekas rasa itu tak lagi tegas mengeras. Lalu aku?
Aku hanya coba kelambui mataku agar kau tak mampu baca secara pasti apa yang terjadi. Gerbang bibir ku buka lebar, harap bisa ada indah yang tertebar
Dan kusiap campakkan air matamu, kugamit hatimu. Melulu... Lalu aku? Biar saja. Toh aku lagi tak terlalu cedera. Masih bisa mendera tawa
Pun bila sampai ku terkapar tak berkabar... Layangkan saja doamu... Cukup bagiku. Lagipula, tak tegalah aku menarikmu dalam dukaku
Jangan bersedih karena dukaku... Sebab masih ada lipatan duka yang butuh pancaran sedihmu. Simpan air matamu untuk hal yang perlu :)
Woww... dikau yg buat lus??
BalasHapusceritanya begitu yun. Emang nape? Gak gw bgt ye? Hehehe
BalasHapus