.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Selasa, 10 Januari 2012

Yudi Siuman #095

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh...


Satu semester bukan waktu yang singkat untuk belajar dan juga bukan waktu yang lama pula untuk dapat saling menyelami satu sama lain. Banyak hal yang sudah terlewati, baik suka, duka, kecewa, ataupun luka. Semua terbungkus jadi satu dalam satuan waktu. Tinggallah kita bersama memilih manakah yang akan lebih kita tonjolkan dalam bungkusan tersebut.

Tak usahlah diungkap di sini tentang bahagia ataupun suka yang terasa. Namun, duka, kecewa, dan lukalah yang coba akan saya basuh di sini. Walaupun pastinya takkan sembuh benar, paling tidak ada perih yang sudah terkurangi. Semoga...

Kecewa muncul karena ekspektasi yang berlebihan akan suatu hal. Selain itu, kecewa juga muncul karena kita terlalu berharap ataupun menyandarkan harap kepada orang lain. Semakin besar jarak antara harap/ekspektasi dengan kenyataan, maka akan semakin besarlah rasa kecewa yang terentang. Cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan kecewa adalah dengan berekpektasi secara proporsional, tidak terlalu/banyak menggantungkan harap kepada orang lain, dan coba "membaca" segala sesuatunya secara komprehensif, tidak parsial. Selain itu, juga perlu adanya pelurusan, hingga makna yang tergembol tidak berbentuk diagonal, kurva, ataupun zigzag. Berikut beberapa hal yang ingin saya luruskan terkait dengan isi laporan (untuk 2 makul) yang telah terbaca (dan lainnya):

  1. Konstruksi tes memang hanya membahas tentang tes hasil/prestasi belajar karena yang pengukuran psikologis terdapat pada makul lain. Terkesan pendidikan sekali memang. Namun bukanlah hal yang haram bila psikologi memahami pendidikan karena dalam pembuatan tes hasil/prestasi belajarpun diperlukan psikolog/ahli psikologi juga. Dan apa jadinya bila sang ahli tidak memahami hal yang orang lain mintakan konsultasi. Apakah hasil/prestasi belajar di sini memiliki arti sempit, hanya seputar jenjang pendidikan formal? Tidak, makanya dari awal sudah disampaikan tidak harus materi dari jenjang pendidikan formal, pelatihanpun tak apa. Prosedur pengerjaannya sama.
  2. Bila semua responden bisa menjawab soal, lalu mengapa soal itu malah harus didrop? Jawabannya iya. Mengapa demikian, karena soal itu tidak bisa membedakan mana anak yang "pandai/bisa mengerjakan soal" dan mana anak yang "kurang pandai/tidak bisa mengerjakan soal". Dan itulah mengapa dalam menghitung daya pembeda soal harus dibagi dulu ke dalam dua kelompok (atas dan bawah).
  3. Apakah dalam membuat tes hasil/prestasi belajar harus mengikuti semua langkah yang telah dikerjakan? Seperti yang sebelumnya telah disampaikan, prosedur yang kita lakukan adalah prosedur untuk pembakuan tes. Untuk tes yang sifatnya hanya untuk digunakan sesaat, maka tidak melewati prosedur pengujian di lapangan. Dibuat dan langsung diberikan kepada peserta tes untuk dikerjakan.
  4. Keputusan yang telah disepakati bersama, itulah yang coba saya jalankan. Tidaklah ada niatan untuk ingin menyulitkan. Saya hanya mencoba menjalankan aturan dan juga ingin coba menghadirkan realitas. Bahwa di luar sana, tidak semua hal bisa dikontrol semau kita. Tidak semua orang mau mentolerir kesalahan kita yang terkesan kecil ataupun sedikit. Tidak semua hal mudah dan tidak pula semua hal sulit. Namun yakinlah, bersama kesulitan pasti ada kemudahan.
  5. Kelompok dibuat tidak hanya sekedar untuk memudahkan dan berbagi beban (bukan untuk membebani), tetapi sejatinya untuk mempercepat proses pemahaman dan pergerakan. 
  6. Rekapitulasi nilai dapat dilihat pada attachment di akhir tulisan ini.
  7. Nilai yang diberi stabilo biru adalah nilai tertinggi. Stabilo kuning untuk menandakan yang nilainya tidak lengkap.
  8. Untuk yang mendapat nilai tertinggi dan peje akan mendapatkan "sesuatu" dari saya. Waktu pengambilannya akan saya kabari kemudian melalui peje.
  9. Bagi yang mendapat nilai  lebih kecil atau sama dengan C dan berkeinginan menaikkannya satu tingkat di atasnya, dipersilakan. Caranya dengan membuat makalah atau paper sebanyak 10 halaman yang bertemakan "Mencari Makna yang Hilang: Hubungan antara Mata Kuliah (Kontes atau Evdindut), Psikologi, dan Pendidikan". Dikumpulkan paling lambat hari Rabu, 11 Januari 2011 Pukul 12.00 WIB. Lewat dari waktu tersebut, TIDAK AKAN DIPROSES.

Terakhir, maaf bila banyak sakit yang telah saya torehkan di hati kalian. Banyak hak-hak kalian yang sudah saya lompati. Banyak keinginan kalian yang tak mampu saya wujudkan. Banyak harap yang telah saya nelangsakan. Dan banyak lagi hal yang telah kalian bangun di awal ternyata rontok satu persatu karena dilucuti oleh saya, baik sengaja ataupun tidak. 

Sebelum yudisium 095 ini benar-benar di akhiri,  lagi-lagi saya ingin ucapkan maaf tak terhingga atas kekhilafan yang telah saya lakukan. Semoga kata-kata yang terurai di sini tidak malah menambahkan luka. Terima kasih sangat atas segala pembelajaran, perhatian, bantuan, kerja sama, serta doa yang telah sempat kalian lantunkan untuk saya. Khususnya untuk peje yang sudah sering terepoti oleh saya. Sekali lagi terima kasih. Semoga segala hal yang telah terajut dan teruntai, tak lepas dan bubar sampai di sini. Semoga ALLAH membalas kalian dengan segala kebaikan. Aamiin....


Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh



Jakarta, 10 Januari 2011



Sf. Lussy Dwiutami Wahyuni


---------------------------------
sumber gambar: dickryant.blogspot.com

Attachment: 095.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas