.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Rabu, 02 April 2008

Nontes

Kalau hasil belajar identik dengan tes, itu salah banget. Kenapa salah ? karena ada zona-zona yang tidak bisa tertangkap secara "realtime" dengan hanya menggunakan tes. Contoh pada mata pelajaran olah raga. Pada tes siswa dapat menjawab dengan tepat kala diberi pertanyaan tentang langkah-langkah renang gaya bebas, tapi waktu di ajak ke kolam siswa yang menjawab tepat tersebut ternyata langsung keleleup... hehehe. Jadi intinye, dengan menggunakan nontes guru bisa menilai siswa secara komprehensif, dalam artian tidak kognitifnya saja, tetapi juga afektif dan psikomotornya juga.

Nah, alat-alat nontes yang sering digunakan antara lain ialah kuesioner dan wawancara, skala, observasi, studi kasus, dan sosiometri.

  1. Wawancara dan Kuesioner
    Sebagai alat penilaian yang digunakan untuk mengetahui pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan, dll sebagai hasil belajar. Cara yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan beberapa cara. Apabila pertanyaan yang diajukan dijawab oleh siswa secara lisan, maka cara ini disebut wawancara. Bila pertanyaan yang diajukan dijawab oleh siswa secara tertulis,maka disebut kuesioner. Bentuk pertanyaannya bisa obyektif bisa pula esai.
  2. Skala
    Adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, dan perrhatian, dll yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
  3. Observasi
    Digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Ada 3 jenis observasi, yakni observasi langsung (pengamatan dilakukan secara apa adanya, bahkan yang diamati tidak tahu bahwa sedang diamati), observasi dengan alat (tidak langsung), dan observasi partisipasi (pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati).
  4. Studi Kasus
    Pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu. Misalnya: mempelajari secara khusus anak nakal, dll. Kasus-kasus tersebut (pilih salah satu yang paling diperlukan) dipelajarinya secara mendalam dan dalam kurun waktu yang cukup lama. Mendalam artinya mengungkapkan semua variabel yang menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek yang mempengaruhi. Tekanan utama dalam studi kasus adalah mengapa individu melakukan apa yang dilakukannya dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
  5. Sosiometri
    Adalah salah satu cara untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyesuaikan dirinya, terutama hubungan sosial peserta didik dengan teman sekelasnya. Dengan teknik sosiometri, dapat diketahui posisi seorang peserta didik dalam hubungan sosialnya dengan peserta didik yang lain. Sosiometri dapat dilakukan dengan cara menugaskan kepada semua peserta didik di kelas tersebut untuk memilih satau atau dua temannya yang paling dekat atau paling akrab. Usahakan dalam kesempatan memilih tersebut agar tidak ada peserta didik yang berusaha melakukan kompromi untuk saling memilih supaya pilihan tersebut bersifat netral, tidak diatur sebelumnya.


Dicuplik dari :
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001

2 komentar:

  1. ehm....nontes sih mang enak tapi kaya-y ga mewakili aspek psikologis siswa secara keseluruhan, iya ga seh? apa gw yang so you know???

    BalasHapus
  2. wuaduh nih tulisan kepotong lagi...
    Kebalik La... itu buat tes kali yang lebih gampang konstruksi dan krg mewakili psikologis siswa. Psikologis yg terwakili dari tes cuma stress doang ... hehehe

    Nontes lebih komprehensif penilaiannya dan lebih "have fun go mad" dalam pelaksanaanya... tapi dalam membuat alat ukurnya alias asesmenya... wuidih... bikin mabok...

    Sekarang jadi gw yang sotoy....
    ntar kita tanya ama dosennya bareng2 ya La... hwahaha...

    BalasHapus

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas