Semua Orang Mempunyai Hak Suara yang Sama Atas Diri Kita...

Memilih, dipilih, dan pilihan adalah tiga serangkai yang gak bisa dipisahkan [red. sudah satu paket], layaknya komputer dengan virus gitu deh....

Seorang melakukan aktivitas memilih, pastinya karena didepannya telah dihidangkan pilihan. Sesuatu dipilih pun karena memang ada subyek yang memilih. Berarti dengan kata lain, tidak akan pernah ada proses memilih dan dipilih sebelum ada pilihan dong ???

Bumi yang kita singgahi sampai detik inipun tidak lain adalah wadah tempat bergumulnya segala pilihan. Dan pilihan yang bergulir tidak saja lahir dari suatu hal yang bersifat kebendaan atau pure obyek, tapi subyekpun pada situasi tertentu dapat beralih menjadi pilihan juga. Contohnya saat kita sedang dipilih seseorang untuk menjadi kandidat pasangan hidupnya. Lho kenapa ngambil contohnya yang ini ya ???  bukannya masih banyak contoh yang lain ??  ya... namanya juga pilihan... jadi, tergantung yang milih dong... hehehe

Lalu... hubungannya dengan "Semua Orang Mempunyai Hak Suara yang Sama Atas Diri Kita"  apa ???

Sebagai manusia dengan segala keterbatasannya, tanpa disadari kita sering terjebak kondisi. Kondisi yang membuat hati bergembira ria atau bahkan kondisi yang bisa memojokkan benteng pertahanan sabar kita, sehingga tak jarang karenanya leher kita jadi ketarik buat bilang "gue nggak kayak gitu lagi [terkadang sampai ada oknum yang menambahkan dengan kata-kata dan reflek fisik yang gak bermakna banget]..." 

Sebenernya sah-sah aja sih, kita merespon seperti itu, apalagi emang yang diomongin itu memang bertolak belakang dengan kondisi sebenarnya. Walaupun sah, bukan berarti kita bisa semaunya juga dong buat mengkonfrontir opini-opini itu. Ya... disikapi dengan cantik dan santun sajalah. Karena bila disikapi dengan ke"lebay"an lagi, maka dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang diinginkan, seperti pertumpahan darah salah satunya [red. karena setting kejadiannya di PMI]    

Sekarang respon apa yang lahir dari diri kita saat banyak pujian ataupun sanjungan yang datang menghampiri. Apakah kita akan merespon secara frontal seperti itu juga atau malahan bersikap seperti ini ??? "Wah... gue banget tuh... tau aja lho, kalo gue kaya gitu"

Kalau kapasitasnya bercanda sih [sekali lagi] sah-sah saja, tapi hal tersebut mengurangi kesahannya kalau diresapi banget. Karena dikhawatirkan hal tersebut akan berpotensi untuk melambungkan diri kita dan ujung-ujungnya menjadi somse deh... "ih... sape loe ???''

Padahal Abu Bakar Shiddiq Ra saja, kalau disanjung beliau malah berdo'a seperti ini : "Ya ALLAH, jadikan daku lebih baik dari yang mereka sangka, jangan hukum daku lantaran ucapan mereka dan ampuni daku karena ketidaktahuan mereka"

Intinya... kalau menerima opini bagus jangan langsung ditelan, tapi kalau menerima opini jelek juga jangan langsung dimuntahin. Semuanya harus diproses dulu di dalam mixer otak dan dimatangkan dalam oven hati. Mudahnya jangan grabyak-grubyuk dalam menyikapi semua suara yang berhamburan menerpa diri kita. Be wise kali ye...

Dari beberapa alinea yang telah tertulis di atas dapat disintesiskan, bahwa kita gak ada hak secuilpun buat melarang seseorang beropini tentang diri kita. Dan kitapun gak punya wewenang buat menyetir segala hal yang bakal keluar dari mulut orang di luar diri kita secara pribadi [emang kita mau dan kuat buat nutupin semua mulut orang-orang itu... ogah banget kan... kurang kerjaan ]. Sebaliknya, kita hanya punya  kewajiban untuk mengontrol diri kita, agar semua orang dapat memfeedback hal-hal yang positif juga. Tetapi bila kita sudah berbuat baik, malahan mendapat feedback sebaliknya, maka yang perlu dilakukan adalah refleksi lagi aja [mungkin masih ada lini diri yang terlewati untuk dibenahi], tapi kalau gak ada masalah juga... ya terima sajalah dengan senyuman, mungkin ini sudah nasib... hehehehe

Jadi... nanti saat di jalan ada yang manggil kayak gini....

"Mba/mas... boleh minta tanda tangannya gak ?? saya ngefans banget lho...."

atau

"Mba/Mas... sombong banget sih jadi orang... masa setiap saya tegur gak pernah nengok dan setipa SMS gak pernah dibales... emang enak dianggurin" 

Jawabannya adalah...

Sekali lagi Be wise aja kali ye dan balik lagi ke teori di atas...

"Semua Orang Mempunyai Hak Suara yang Sama Atas Diri Kita"