.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Jumat, 04 Juli 2008

Belajar dari Bajaj

BTW atau Bajaj to Work... kayaknya istilah ini yang paling cocok buat saya daripada diartikan sebagai Bike to Work.

Bajaj, siapa sih yang gak tau bajaj ??? kendaraan yang konon katanya berasal dari India ini adalah salah satu kendaraan yang kontroversial di Jakarta. Saking kontroversialnya, ada saja alasan untuk menggosipkan, merapatkan, sampai dengan memarginalkan keberadaannya.

Kalau selama ini banyak didengungkan tentang sisi negatif dari bajaj, maka saya mencoba untuk melihat dari sisi positifnya. Dan ternyata [menurut saya], sisi positif bajaj ini bisa diterapkan juga [mudah-mudahan] dalam hidup dan berkehidupan kita lho

Nah, hal berikut ini yang bisa kita pelajari dari bajaj. Baca bareng-bareng nyok....


Pede

Jalan raya ibu kota sudah tidak ubahnya bagai showroom berjalan. Kenapa demikian ? karena tiap hari ada aja mobil yang belum lama nongol di iklan tipi, tau-tau dah seliweran di jalan. Jadi, dah ketara banget bedanya mana mobil yang terawat dan tidak terawat, yang kinclong dan yang memble. Nah, bajaj mungkin bisa sedikit dimasukkan dalam kategori yang terakhir. Mengapa, karena selain bentuknya yang unik, bajaj [original] juga bisa menimbulkan polusi suara dan udara. Namun demikian, dia asyik-asyik aja tuh buat beradu jalan di tengah-tengah kehebohan jalan raya.

Bila dihubungkan dengan diri begini jadinya. "Kekuranganlah yang menandakan kita masih manusia", kalimat ini yang saya ingat dari film "Bicenential Man"nya Robbie Williams. Yah... memang begitulah sunnahnya. Dengan demikian, rasanya gak ada alasan lagi bagi kita buat malu bahkan minder atas keterbatasan diri. Justru dengan adanya keterbatasan, kemanusiaan kita menjadi lebih bermakna di mata manusia yang lain. Minimal dengan adanya kekurangan pada diri, dapat memancing seseorang buat berbuat baik pada kita, dan sebaliknya. Mudahnya kelemahan/keterbatasan adalah lahan empuk atau ladang dakwah bagi seseorang untuk bisa berbuat kebaikan [minimal dengannya kita jadi dinasehatin orang]... hihihi

Itu kalau dilihat dari segi fisik. Tapi kalau kita mau melihat dari segi kapasitas keilmuan, mungkin kalimat ini yang cocok untuk membangun rasa pede "Gak ada orang yang tahu semuanya dan gak ada orang yang tidak tahu sama sekali". Jadi... Pede aja lagi...


Berani berkompetisi di bidang yang tidak datar

Berkompetisi di bidang yang tidak datar maksudnya, secara perhitungan kertas kita sudah diadu dengan lawan yang secara kemampuan/performance sudah jelas-jelas di atas kita. Dengan kata lain, kita berkompetisi dengan lawan yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda alias heterogen [ditambah dengan kemampuan yang berada di atas kita semua]. Untuk dapat menang dalam berkompetisi di bidang yang tidak datar, setiap orang harus memiliki mental juara. Maksudnya, dalam kepala harus ada mindset seperti ini : "sebelum bendera finish berkibar kesempatan untuk menang masih ada". Dan tidak mudah untuk menumbuhkan mental ini, karena seringnya kita dah jiper duluan saat tahu dengan siapa kita akan berkompetisi. Padahal dengan jiper, sama halnya kita mengaku kalah sebelum berperang. "Menang bukanlah tujuan, namun menang adalah akibat dari proses yang direncanakan dan dijalankan secara baik dan benar"

Bajaj aja berani berkompetisi di bidang tidak datar, masa kita nggak ???


Tahu mencari celah dan tahu bagaimana cara melewatinya
Coba aja perhatiin cara bajaj mencari jalan untuk mengungguli posisi lawan-lawannya. Mantabs tenan deh pokoknya... saking mantabsnya malah terkadang sampai orang bisa berkulit putih mendadak alias pucat [baik yang lagi di dalam bajaj ataupun yang dilewati tuh bajaj] . Dengan hitungan detik saja, bajaj mampu bermanuver di antara ramainya kendaraan [yang secara fisik jauh lebih besar darinya]. Namun, dengan bermodalkan think fast dia mampu mencari, menghitung dan melewati celah diantara barisan mobil-mobil. Dan hasil dari think fast plus kenekadan [paduan yang sempurna nih] dapat menobatkan bajaj sebagai pemenang di jalan raya.


Berani menghadapi resiko
Setiap pilihan pasti diikuti dengan konsekuensi yang berbeda-beda. Dengan demikian pastinya, konsentrat resiko yang terciptapun juga akan berbeda. Tinggal berani tidaknya saja kita untuk mengambil resiko. Goal yang besar akan dikuntit oleh resiko yang besar, dan sebaliknya. Jadi, bila takut menghadapi resiko tidak usahlah bertarung dan tidak usahlah bermimpi untuk menjadi juara.

Lihat saja bajaj, untuk dapat meraih posisi pemenang banyak resiko yang dia terima. Mulai dari diteriakin penumpang sampai dengan diteriakin pengendara yang lain. Namun, karena bajaj cuek bebek, akhirnya keluarlah dia jadi pemenang.

Yang perlu distabilokan dari pernyataan di atas adalah "ada kalanya bersikap cuek atas ocehan orang lain itu perlu. Boleh dipikirkan, tapi jangan sampai mengekang pemikiran, sehingga menghambat langkah kita untuk menang. "Karena gak semua yang Loe denger itu bener" [begitu kata iklan permen]... hehehe


Langsung unjuk kerja tanpa perlu diiklankan lebih dahulu
"Hanya Abang bajaj dan Tuhan yang tahu", kalimat ini nih yang sering kita ujarin saat mengomentari lajunya bajaj di jalanan. Begitu tawadhunya abang bajaj, sampai dia gak mau ngasih tahu ke arah mana dia akan membawa tuh penumpang. Yang penumpang tahu, pokoknya pemberhentian akhirnya adalah lokasi yang dia tuju. Tidak ada sen, sebagai pertanda awal perilaku.

Begitupun semestinya dalam keseharian kita beramal. Mengiklankan kebaikan bukanlah suatu kesalahan, namun harus ada kehati-hatian dalam melakukannya. Bila tidak, khawatir sang pembuat kebaikan hanya mendapatkan efek nonprimer saja [berupa sanjungan dari target yang dia beri kebaikan].

Membangun "personal brand image" tidaklah dosa dan mengamalkan ilmu "how to sale your self" pun bukanlah satu kesalahan. Semua sah-sah saja dilakukan agar orang lain mau melakukan hal-hal yang baik tanpa doktrinisasi. Namun bila dosisnya tidak diatur, maka tidak mustahil akibat yang dihasilkan malah sebaiknya. Niatnya membangun citra diri yang baik... eh yang tercipta malah bunga citra lestari... "Orang letoy perutnya kembung... woy... kagak nyambung". hehehe...


Mampu membangunkan rohani yang dorman dengan kesan
Pada dasarnya setiap orang tidak mau di doktrin, tidak mau dinasehati, dan tidak mau diperintah. Karenanya memberikan kesan, jauh kebih bermakna dalam merubah sikap seseorang daripada kita hanya menjejalinya dengan trilyunan pesan.

Sama halnya dengan bajaj, saat naik bajaj tidak ada sedikitpun kalimat yang menyatakan kita harus berdo'a selama dalam perjalanan. Tapi, karena kesan yang ditimbulkan oleh lajunya bajaj, akhirnya dengan tanpa terpaksa kita rela-rela saja untuk mengumandangkan do'a dari awal naik sampai dengan turun. Naik bajaj, juga bisa dijadikan salah satu cara mudah untuk mengingat kematian selain melalui takziah dan mendatangi makam.


Ternyata, banyak juga ya pelajaran yang bisa dipipil dari sarana transportasi seperti bajaj. Tapi, bisa saja ini adalah akal-akalan saya dalam meningkatkan rating bajaj [secara dia setia banget nganterin saya, minimal sampai saya belum mendapatkan "abang ojek pribadi" hehehe]. Rumusan yang paling pas untuk membaca coretan saya adalah "kalau pahit jangan langsung dimuntahkan, tapi kalau manis juga jangan langsung ditelan", jadi semuanya harus diolah-alih semanis madu, tapi berbisa... eh, tapi berbisa [hihihi, jadi ngelantur nyanyi dangdut deh tuh ]



*Coretan di atas adalah hasil dari pengamatan yang saya lakukan secara iseng dan ala kadarnya. Jadi, bila sintesisnya agak-agak aneh... ya mohon dimangapkan... eh maafin aja yauw...

14 komentar:

  1. Waduh, pembela hak bapak bajaj ni.. Yupz, Bajaj is fenomena. Transport yg murah,cepat,fleksibel. Tp skrang ketat nya persaingan, kenaikan harga BBM harga bajaj ga semurah 10 tahun lalu (ya iya lah :)) nawar nya susaah bgt, pake rayuan pulau kelapa dulu :p

    Tp aku suka sedih liat supir bajaj yg dah tua, rambut sudah beruban, badan nya ringkih, kacamata tebel (mungkin sudah silinder), trus jalan bajaj nya lamaa bgt.. Hikz, bapak itu harus nya sudah pensiun menikmati masa tua dgn anak cucu, tp masih di jalan, bertarung dgn keras nya laju ibukota. Itulah salah satu kenangan indah ku bersama bapak bajaj. (nyambung ga si?) ^,^v
    whatever it is, bajaj is the best.. Hidup bajaj :D

    BalasHapus
  2. Hidup.... iye, tapi paling males kalo nawar yg bajaj BBG, suka rese'

    BalasHapus
  3. Bajaj BBG? Temen nya bajaj ABG? Hehe.. Tips tawar menawar, senyum, pasang muka melas, tawar stengah dari harga penawaran,0,0099% berhasil. Berhasil kabur en kesel abang nya :D

    BalasHapus
  4. ntu tuh.... bajaj yang gak berisik. Cuma banyak oknum yang suka bikin rese'. Masa dari kampus ke rumah 20 ribu, pas ditawar malah blg gini : "kalo gak mau ya udah naik bajaj yang biasa aja"... ye... mangkel gak sih

    padahal ke rumah ntu biasanya 10 rb paling banter 12 rb. Lagian diriku kan naek bajajnya berdua si abang, harusnya kan bayarnya patungan ya dek ??? hehehehe

    BalasHapus
  5. Gubrak.. Pantes abang nya segera jual mahal, krn tu abang sudah menangkap aroma tdk beres hehe.. Btw mba, klw bayar nya patungan brarti stengah jalan mba lussy yg nyupir dunk hehe.. Seru mba, klw belok rawasari mampir ke rumah ku ya.. :D

    BalasHapus
  6. wah... kalo saya yg nyupir mah kemanapun tujuannya, pasti nyampenya di IGD RSCM [malah bisa sampai akhirat segala kali] ;D

    BalasHapus
  7. Kalau saya dulu suka memperhatikan mesin bajaj kalau bajajnya mogok dan pak tukang bajaj harus buka tempat duduknya dan men-start ulang mesin itu.

    BalasHapus
  8. sama mas, saya juga suka gitu...

    eh, bukannya bantuin saya malah nanya2 doang.... tambah bikin ribet kayaknya tuh saya... [abis hobi sih... hehehe]

    BalasHapus
  9. Kalau kita coba bantuin nanti abang bajajnya malah tambah kerepotan dan bajajnya malah tambah rusak, he he he.

    BalasHapus
  10. iye, bener juga ye... kok saya bisa gak kepikiran ya ???

    *abis biasanya saya yang dipikirin sih... hehehe

    BalasHapus
  11. Ih statement terakhir mba lussy bgt sie hehe.. Mba tengkyu slalu buat aku nyengir lebar tiap baca komen2nya. Btw kefikiran buat Novel komedi ga mba? Pasti laris deh mba.. :p

    BalasHapus
  12. kalo lebar bukan nyengir lagi dek, tapi dah nyerempet alias ampir ketawa...

    Kagak kepikiran sama sekali, tapi kalo kepikiran beda dua kali, tiga sungai, empat laut.... [dah ah tambah ngaco aja... ;D]

    Iya, bakalan laris kalo di dalam novelnya ada voucher atau beasiswa gratis buat sekolah sampai ke PT... ^_^

    BalasHapus

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas