Kalau sebelumnya saya pernah nyoret tentang guru, sekarang ini saya coba buat nyoret tentang dosen. Keinginan ini hadir begitu saja saat saya sedang beraktivitas dalam rangka membunuh rasa kantuk dan mengusir kebosanan yang sudah hampir terklimakskan kondisi. Dah tau kan aktivitas yang saya lakukan ??? hehehe... yups bener bangets, aktivitas yang saya lakukan ya gak jauh-jauh dari menggiatkan mata biar jarak pandangnya tidak semakin melemah. Nah, ternyata hasil keisengan itu membuahkan coretan seperti berikut.
Dosen adalah guru, tapi apakah guru itu dosen ???
Silahkan dijawab sendiri ya, karena saya lagi gak mau ngebahas tentang hal tersebut tuh. hehehe... Sekarang saya cuma pengen ngebahas tentang keberadaan dosen.
Dosen adalah pengajar di perguruan tinggi yang identik dengan seseorang yang pintar, cerdas, padat dan penuh dengan ilmu [saking padat dan penuhnya, jadi susah buat dicairin dan susah buat nyempilin yang baru ].
Entah gimana sejarahnya sehingga hal yang telah disebutkan itu bisa menempel dengan mesranya pada kata dosen. Gimana saya mau tahu sejarahnya kalau hal tersebut gak pernah masuk dalam buku sejarah. Mungkin hal tersebut termasuk kategori sejarah Indonesia yang tidak boleh ditayangkan dan diketahui umum kali. Sejarah yang merusak sejarah nih... Hihihi
Udah ah, jadi lari kemana-mana bahasannya... balik lagi yuks...
Kalau dosen diartikan sebagai pengajar di perguruan tinggi, okelah... saya bisa sepokat. Tapi, bila dosen diidentikkan dengan hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya... saya teramat sangat tidak sepokat sekali... Mengapa ??? pertama, bila di"iya"kan, khawatir akan muncul bibit-bibit kesombongan dan keegoan terhadap profesi. Yang efek ekstremnya adalah akan muncul pandangan tanpa mata dan hati terhadap profesi lain dan kedua, masih banyak orang di luar sana yang mempunyai kapasitas seperti yang telah disebutkan [bahkan lebih], tapi karena nasib dia tidak mendapatkan label sebagai dosen [mungkin hanya sebagai tukang ketoprak - misalnya]. Dengan kata lain, profesi tidak selalu berbanding lurus dengan kepadatan dan kedalaman ilmu seseorang [dalam hal ini dosen] dan satu yang perlu dicatet "Gak semua yang loe denger dan lihat itu bener... sebelum loe ngerasainnya sendiri"... hihihi
Dalam menjalankan profesinya, seorang dosen tidak bisa terlepas dengan namanya aktivitas mengajar, meneliti, dan mengabdi pada masyarakat [biasa disebut dengan Tridharma Perguruan Tinggi]. Bila ini dijalankan dengan baik, semestinya tidak akan ada perpecahan dalam profesi dosen. Tetapi kenyataan yang terjadi di lapangan adalah sebaliknya. Banyak timbul aliran dalam profesi ini. Malahan aliran-aliran ini semakin lama semakin solid, karena teraklamasikan oleh pelaku-pelakunya sendiri... Aliran-aliran itu adalah...
Dosen Biasa. Kalau aliran yang ini kayaknya gak perlu dibahaslah, karena individu yang termasuk dalam aliran ini cenderung untuk mentaati tridharma. Walaupun konsentrat ketaatannya juga tidak bisa dipukul rata [dimana-mana kalau dipukul itu gak rata, karena setelahnya bakal tumbuh benjol-benjol sih ]
Dosen Luar Biasa. Biasa dikenal juga dengan dosen tidak tetap [kadang-kadang pengen jadi dosen... kadang-kadang nggak... hihi]. SDM dari luar institusi yang diminta kesediaan untuk mentransfer ilmunya. Hal ini terjadi karena masih terbatasnya SDM di institusi yang dianggap dapat mengampu ilmu tersebut.
Dosen Biasa di Luar. Kalau aliran jenis ini, biasanya hinggap pada dosen yang dah terkenal atau dah banyak proyek di luar. Efeknya, prosentase berbagi ilmu di luar lebih banyak daripada prosentase berbagi ilmu di dalam. Institusinya cenderung sebagai transit untuk melepas lelah, kalau tidak mau dikatakan setor muka saja.
Aliran-aliran yang telah saya sebutkan di atas bukan menjadi rahasia lagi, karena dah banyak yang tahu apalagi orang yang kecemplung di dunia perkampusan. Namun, aliran yang akan saya sampaikan ini pasti belum ada yang dengar. Secara, baru kepikiran akan hal ini tadi siang. Jadi, masih "fresh from my brain". Aliran itu adalah...
Dosen Flexi. Salut dah buat para doseners yang masuk dalam wilayah aliran ini. Selayaknya motto flexi, maka hal inipun berlaku pada individu nih dosen. Yups... Dosen Flexi... bukan dosen biasa. Apa yang membuatnya tidak biasa ??? Nah, ini dia permasalahannya... dan alhamdulillah, saya menemukannya di ruang pelatihan tadi.
Beliau adalah dosen yang tawadhu, wajahnya cerah karena tersinari air wudhu, punya mad'u, dan ngejalanin tridharma mah kudu... Seorang aktivitis, agamis, mempunyai pemikiran yang kritis, bukan teroris, tapi bisa memposisikan diri secara strategis...
Yah... itulah dosen flexi... dosen dunia akhirat... dosen yang bisa menjalankan dua kendaraan dengan kelajuan deru yang sama kencang, namun tidak membuat orang lain menjadi pincang dan tertendang.
Dosen Flexi bukan manusia haram [red. meminjam istilah Cak Nun], yang tidak pernah dianggap kalau ada dan tidak pernah dicari saat dia menghilang. Astagfirullahal'adzim... Sebaliknya, dosen flexi adalah figur yang selalu dinanti kedatangannya dan dirindukan kepergiannya....
Dosen Flexi memang bukan dosen biasa... ALLAHU AKBAR...
"Takkan surut walau selangkah
Takkan henti walau sejenak
Cita kami hidup mulia
atau syahid mendapat syurga..."
Dosen lebih indah diartikan sebagai sosok yang penuh DOa dan SENyum... layaknya Guru yang diartikan sebagai sosok yang diGUgu dan ditiRU...
BalasHapus*istilah yang aneh... semoga diterima khalayak tidak ramai ^_^... abis kalau rame2 malu... serasa di Posyandu gitu loh... hehehe
wah makan-makan nih, proyekan dari flexi euy .... :P
BalasHapuswah...mba, sedang menjalankan salah satu tridharma perguruan tinggi nieh..meneliti..hehehe..meneliti lingkugan sekitar..salut euy...pemerhati sekali...
BalasHapussemoga dikau menjadi dosen luar biasa flexi ya...amiin...
^_^
wah...........jadi tipe dosen kek gitu namanya dosen fleksi ya mbak?saya punya tuh dua dosen tipikal kek gitu....orangnya tawadhu, wajahnya cerah karena tersinari air wudhu plus sangat berdedikasi, disiplin, bahkan sampai urusan pakaian pun beliau perhatikan, beliau paling pantang ngajar kalo ada yang pakainannya gak sopan...misalnya cewek yang rada ketat tuh di suruh out...katanya malaikat malas deket2 orang kek gitu...hehehe...saya suka pola ngajarnya...sayangnya seisi kampus nejudge beliau dosen paling galak...sampai di kasih julukan segala...hem...dasar mahasiswa..otaknya di taruh di dengkul kali yah...hehe
BalasHapusSemoga sntiasa jadi kriteria dosen yg terakhir. Yg dirindukan kehadiran nya slalu :)
BalasHapusiye bang... tapi situ yang bayar ye... ;D
BalasHapusamiin... iye penelitian yang gak genah dan tidak mendasar nih mba Ann... ;D
BalasHapusamiin... iye penelitian yang gak genah dan tidak mendasar nih mba Ann... ;D
BalasHapusamiin... iye penelitian yang gak genah dan tidak mendasar nih mba Ann... ;D
BalasHapuspenelitian yang rumit bukannya diawali dari yang sederhana mbak?
BalasHapus:)
itu mah... iseng-isengan saya aja mba... gak ada literatur yang membenarkan... ^_^
BalasHapusamin ya rabbal 'alamin... ^_^
BalasHapusiye ye... einstennya jadi penemu gara-gara apel... kalo saya neliti gara2 ngantuk... hehehe
BalasHapusngantuk aja detail begini..gimana kalo gak ngantuk ya...pasti lebih keren...
BalasHapushihihi... sebenarnya ini salah satu kebiasaan buruk saya kalo lagi terjerat bosan dan mulai2 ngantuk dalam satu acara. Salah duanya adalah nyoret2 or gambar2 gak jelas di kardus kue... hehehe
BalasHapus*siapa tau aja kita ada kesempatan buat datang di acara yg sama. Nah, kalo mba anni nemuin ada kardus yang tercoret moret gak jelas plus ada nama saya n tanda tangan saya. Berarti saya lagi angot tuh... hehehe