.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Minggu, 20 Juli 2008

Sendal Jepit dan Tas Gemblok

Dua benda yang mempunyai bentuk dan fungsi berbeda. Yang satu sebagai alas kaki dan yang satunya lagi sebagai alas punggung... malah tas gemblok juga bisa jadi alas kepala, kalau sedang berada di daerah antah berantah... hehehe...

Kira-kira aja nih, label apa yang tepat untuk mendeskripsikan kedua benda ini ? Bentar.. bentar... ngomongnya jangan berebutan, sayakan jadi susah nyatetnya... Yups mulai...

Sederhana, minimalis, membumi, praktis, simple, nyantai, tidak formil, dan....

Hmmm... ternyata kata-kata yang berhasil terlist  serupa tapi tidak beda alias mirip-mirip gitu deh ya...

Tapi biar struktur nih coretan gak amburadul, maka akan dijabarkan mulai dari yang pertama kali disebut dalam judul.


Sendal Jepit
Pernah lihat tulisan seperti ini : "Dilarang Masuk untuk yang Bersendal Jepit" atau seperti ini : "Dilarang Menggunakan Sendal Jepit". Kalau pernah, coba ingat-ingat dimana pertama kali baca tuh tulisan [jangan bilang di coretan saya ya ]

Kesan apa yang pertama kali tertangkap setelah membaca tulisan itu ??? Yups bener banget, sendal jepit identik dengan ketidakformilan. Sedemikian sehingga efeknya jadi seperti termaktub dalam tulisan  tadi, secara implisit sendal seperti kaum yang termarjinalkan saat berada di tempat-tempat formal. Namun begitu, tidak sedikit pula tempat formal yang dalam aktivitas kerjanya menggunakan sendal, salah satunya adalah IGD [Instalasi Gawat Darurat].

Banyak value menurut saya yang bisa diambil dari seonggok sendal jepit, paling tidak menurut saya.

Sendal jepit bisa dikatakan alas kaki yang setia diinjak dalam medan apapun juga, mulai dari medan becek sampai medan bersih, dari yang berstruktur rata sampai yang berstruktur bergelombang. Semua bisa terlewati dengan segala konsekuensinya. Tapi paling nggak dari sini sudah sedikit tergambar, sebenernya sendal jepit bisa masuk ke kondisi apa aja. Beda dengan sepatu, yang sudah bilang "emoh" duluan bila diajak masuk ke pasar tradisional.

Walaupun terkesan sederhana dan berbentuk minimalis, bila dibandingkan dengan alas kaki yang lain, sendal mampu mengikat hati dan perasaan pemiliknya secara mendalam lho. Percaya gak ??? Ini bukti tentang keterikatan itu, kayaknya cuma sendal yang mampu menggerakkan hati pemiliknya untuk memberikan tanda di sendalnya tersebut. Yups, hal ini dilakukan, salah satunya karena sang pemilik gak rela kalau si sendalnya tertukar atau berganti kepemilikan. Apakah orang akan melakukan hal yang sama pada sepatunya ???

Bila ditempelkan dengan kehidupan sehari-hari rasanya bisa dikonklusikan seperti ini : untuk bisa masuk ke berbagai kondisi dan mengikat hati orang-orang di sekitar tidak melulu harus dengan kemewahan. Justru kesederhanaan dan kebermanfaatanlah yang cenderung lebih bermakna, mengena dan bertahan lama dihati. Sederhana, bermanfaat, dan bermakna cuma itu passwordnya.


Tas Gemblok
Atau backpack identik dengan anak gunung dan anak sekolahan, ya karena yang biasa menggunakannya adalah 2 kelompok itu. Dengan berbagai bentuk, ukuran, dan gayanya tas gemblok hadir. Tapi satu hal yang membenangmerahi semua genrenya, yaitu : praktis dan simple.

Praktis dan simple, karena dengan sekali angkut semua barang bisa masuk [sesuai dengan kapasitas tas tentunya]. Kalau dilihat dari sini, mungkin tidak terlalu banyak value yang bisa diambil. Tapi coba lihatlah secara keseluruhan dari cara penggunaannya...

Lagi-lagi bila hal ini disandarkan pada keseharian banyak kebermaknaan yang bisa diseruput darinya.

Dalam satu tas gemblok banyak barang yang bisa masuk, setelahnya direkatkan pada kedua bahu kita dalam membawanya, yang membuat kedua tangan kita masih bisa bebas bergerak, disertai dengan badan tegap dan pandangan lurus ke depan.

Apa jadinya, jika tas gemblok dianalogikan sebagai diri kita dan barang bawaan yang ada didalamnya adalah berbagai ujian dan pernik hidup ???

Pada dasarnya manusia hidup untuk menyelesaikan sebuah permasalahan. Satu permasalahan selesai, akan datang kembali seribu permasalahan bersayap. Permasalahan berat terkadang bisa kita selesaikan dengan sekali senyuman, tapi tidak sedikit persoalan ringan hanya bisa kita sikapi dengan berurai air mata. Tidak bisa terselesaikan. Fluktuasi pertahanan dirilah yang membuatnya seperti itu. Iman saja bisa turun naik, apalagi yang lebih rendah dari itu.

Untuk itulah, perlunya katarsis atau berbagi dengan yang lain. Walaupun tujuan kita melakukan itu terkadang tidak untuk mendapatkan sebuah solusi, tapi minimal beban di rongga dada sudah sedikit terplongkan. Karena setuju tidak setuju, menurut saya sebenarnya solusi dari sebuah masalah itu ada di diri kita sendiri, orang lain hanya sekedar membantu menongolkannya saja.

Beban berat yang kita pikul, bukan berarti kita tidak bisa menolong meringankan beban orang lain. Hal inilah yang tergambarkan pada saat kita menggunakan backpack. Yang dibawa boleh berat, tapi kedua tangan kita masih bebas terbuka untuk melakukan apa saja. Bandingkan saat kita menggunakan selain tas gemblok. Beban ditanggung hanya sebelah tangan dan terkadang jadi riweuh sendiri untuk membenahi beban sendiri saat tuh tas melorot dari tangan [padahal beban yang dibawa ringan banget ]. Selain itu, seberat apapun beban yang disandang, kita diajarkan untuk terus bisa tegap berdiri dengan pandangan lurus ke depan. Dengan catatan, kalau kita masih mau tetap keluar jadi pemenang dari setiap pemasalahan dan pernik hidup. Tapi, tidak jarang yang menyikapi beban berat tersebut dengan membuangnya. Padahal dengan membuangnya bukan berarti permasalahan itu hilang, karena pastinya beban itu akan terus menghadang dan bisa menyengkat kaki-kaki kita kapan saja, yang malah akhirnya menimbulkan efek sakitnya menjadi lebih besar dan luar biasa. Jadi pilih mana, fight or flight reaction dalam menyikapi sebuah permasalahan ???


Sendal jepit dan tas gemblok bukanlah barang yang bisa dikategorikan mewah. Mereka hadir tidak terlepas dari perdebatan atau kontroversi. Jarang-jarangkan ada benda yang sederhana mampu menarik minat kaum di atasnya [sampai dibuatkan peraturan segala lagi]. Namun demikian [sekali lagi menurut saya] tetap saja mereka jauh lebih berguna dan bernilai bila dibandingkan dengan alas-alas sejenisnya.


12 komentar:

  1. Ternyata byk hikmah yg dapat diambil dari 'hal hal kecil' dalam hidup ya.

    Sendal jepit, tas gemblok, duo serasi peneman dalam perjalanan. Dulu jaman SMP dua benda itu adalah 'teman' wajib saya. Bener mba, simple en really helpfull. Tp tranyata sendal jepit ku lbh sering putus..Huhu..

    Waktu di asrama sendal jepit slalu saya beri nama,plus gambar muka :) tp teteup sendal jepit saya slalu ilang..Hikz. Trgantung amal kali y mba.. @_@

    tfs mba..

    BalasHapus
  2. kalo bagi saya, tuh dua barang masih dicinta sampai sekarang...

    Itulah efek magis yang dihasilkan dari sebuah sendal, walau sederhana dan biasa tapi teteup banyak yang menyukai dan ingin memilikinya... hehehe

    sami2 dek...

    *jangan terlalu semangat njepitnya dek

    BalasHapus
  3. wah, siip.. bener, mbak. :) tfs, ya..
    nih daku emang gak suka yg berbau 'formal'.

    BalasHapus
  4. sami2 mba... emang enakan nyantai kayak di pantai sambil nyatai [baca :nyate]...

    btw, kalo boleh tau formal ntu baunya kayak apa ya mba ? hehehe

    TFR yow...

    BalasHapus
  5. Benar sekali mbak, paling gak nyaman kalau lagi ada acara di luar rumah mau sholat gak ada sendal jepit utk berwudhu.

    BalasHapus
  6. iya mas... makanya saya suka nenteng2 sendal jepit dalam tas dan kalo angotnya lagi kumat gantian sepatu yang saya masukin dalam tas [jadi pas pulang dari kampus saya pake sendal].... Berangkat pake sepatu, pulang pake sendal... hehehe

    *alhamdulillah angotnya gak sering... ;D

    BalasHapus
  7. pecinta tas gemblok ya,mbak?..saya malah sedang belajar meninggalkan tas gemblok, banyak yang komplain..ngantor kok pake tas gemblok, meski berat tapi musti belajar...

    BalasHapus
  8. iya... awalnya ada yg complain, tapi lama2 ada yg mendukung sekaligus mengikutinya... ;D

    *Jadi legal deh...

    BalasHapus
  9. Keren bgt...
    Emg perlu melihat segala sesuatu dr sisi lain y mbak..
    Oya, leni juga pengguna tas gemblok kok...
    ada komunitasnya ga ya? hehehe :P

    BalasHapus
  10. kayaknya perlu ada ya mba...
    komunitas woody backpacker... [saingannya woody woodpecker ;D]

    BalasHapus
  11. semua hal itu ada maknanya ya mbak...bahkan si sandal jepit pun juga punya pesan n makna...berbahagialah orang yang berfikir....mbak masuk kategori itu...kalo saya...weleh2...(@#$%$#^^)

    BalasHapus
  12. maksud dari titik2 itu adalah termasuk orang yang berfikirnya gak jelaskan mba ??? jangan gitu ah mba aqla, saya aja gak bisa bahasa isyarat kayak mba aqla : (@#$%$#^^) ^_^

    BalasHapus

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas