Meramu cinta mungkin tidak terlalu sulit bila dibandingkan dengan memformulasikan cemburu.
Mengapa ?
Cinta selalu hadir tiap detik, karena hati ini bagai breeder yang mampu membreeding cinta. Makanya, tidaklah heran semakin banyak cinta kita infaqkan, semakin banyak pula cinta yang kita tadah.
Dengan demikian bisa dikatakan, cinta pasti berbalas cinta ? Sejatinya memang demikian. Jika demikian adanya, mengapa kadang benci malah tertuai saat dengan tulus kita menyematkan cinta pada seseorang ?
Itulah uniknya cinta. Benci adalah cinta dalam bentuk yang lain, itu penghalusannya. Bukankah benci bagai tim advance untuk membuka jalan benar-benar cinta ???
Untuk mencintai kita tidak butuh alasan, tidak butuh penyebab, tidak butuh pemicu. Cinta hanya butuh hati dan rasa. Dengan itu saja, indera kita bisa terobrak-abrik hingga membiaskan spektrum rasa.
Dengan cinta, hati bisa menjadi tenang. Dengan cinta langkah bisa menjadi tegap. Dengan cinta, hidup bisa menjadi lebih ceria dan berwarna. Tetapi jangan lupa, cinta juga bisa membuat kita lupa diri, menangis, bahkan ada juga yang mengambil keputusan untuk mati (nau'udzubillah min dzalik)
Bisa mencintai sesama dan orang-orang terdekat adalah suatu anugrah, keindahan, dan salah satu pemasok kenyamanan dalam hidup. Bilakah cinta tercerabut dari diri ? Kira-kira apa yang akan tertinggal ?
Merindu cintaNya, begitu indah didengar, begitu nyaman dirasa, namun mengapa semua itu terkadang tercekat dilangkah ? Apakah formula ABC yang kita miliki sudah karam ?
Kala Affective (perilaku), Behavior (kebiasaan), dan Cognitive (pikiran) sudah tidak bisa bersanding secara ramah. Morat-marit diri, cermin ketidaktahuan dan ketidakberasaan dalam gerak. Hanya pelunasan gerak, tidak lebih, walaupu kadang berlebihan.
Apakah sudah terjadi kontraindikasi perwujudan cinta dalam hati kita ? Kala hati kita lebih mudah memerah secara horizontal daripada vertikal ?
Sudah lupakah kita siapa sejatinya Sang Penerima Cinta kita ? Sudah menipiskah rasa cinta kita padaNya ???
Ya ALLAH... ampuni hambaMu yang masih gagap untuk mencintaiMu di atas mencintai hamba-hambaMu yang lain...
mm..kalimat yang bagus...
BalasHapusataukah memang sebenarnya tidak terjadi kontradiksi dalam cinta...karena horizontal itu dapat juga menghantarkan pada vertikal?
hmmmm... begitu ya... :)
BalasHapushmmm... begitu ya :)
BalasHapusadu... du... duh.... jadi malu euy dibilang kayak gini sama dirimu...
BalasHapuscinta horizontal bisa mengantarkan ke cinta vertikal, dengan syarat jika cinta horizontal ntu tidak membuat kita lupa dengan cinta vertikal... cinta kepada ALLAH...
:)
kira-kira begitu deh... ;D
BalasHapuskira-kira begitu deh... ;D
BalasHapus*replynya mengikuti jumlah komeng... hehehe
T_T
BalasHapusmakasih ya mbak renungannya..
hehehe..ku baru nyadar salah baca kata "kontraindikasi" ku baca jadi "kontradiksi" hehehehe...maap2...
BalasHapusyo`i..jadi sebenernya inti cinta itu adalah tunggal ya ^.^
Makasih banget jg dek, kalo bisa diposisikan demikian... Ini semua lebih untuk pengingat diri sendiri kok... :)
BalasHapusAlhamdulillah dirimu dah sadar duluan, baru mau diambilin minyak kayu putih... Fiuuhhh... legaa.... ;D
BalasHapus