"Mengagregasi (menyatukan) langkah yang sudah terpencar memang tidak mudah. Apalagi jika kita tidak tahu dimana langkah-langkah itu tercecer. Akhirnya, hanya bisa menatap kosong lintasan kaki dan tangan yang sepi jejak. Mencoba mengacau haluan waktu untuk temukan pusat pusarannya, tetapi yang tercipta hanya kekacauan saja. Terlalu banyak pusaran yang tercipta, tidak mampu mencari stressing dari sebuah pemaknaan"
Demikianlah salah satu sketsa kehidupan manusia. Banyak mimpi dan angan yang tanpa sengaja atau bahkan sangat sengaja ingin kita lambungkan. Kalau saja laci memori yang ada di otak kita bisa ditumpahkan, mungkin isinya terdiri dari ranum angan, sepi usaha, miskin doa, dan ujung-ujungnya hampa realitas. Semua berhenti hanya pada mimpi dan angan. "Jangan takut untuk bermimpi", mungkin kalimat ini yang mendukung seseorang untuk berani mengobral impian-impiannya. Namun perlu diingat, mimpi akan tetap bertahan sebagai mimpi jika kita tidak berani buat bangun dan mendudukkan mimpi itu sebagai sesuatu yang kasat mata. Memang mimpi lebih indah dari kenyataan, tetapi tetap saja itu sebuah impian. Dan yang namanya sebuah impian masih belum jelas perwujudannya. Maka lebih baik dibalik, kenyataan jauh lebih indah daripada mimpi. Walaupun kenyataan yang kita rasakan belum manis, tetapi itu nyata adanya.
Tiap detik selalu saja lahir sebuah mimpi, tiap menit selalu saja ada mimpi yang kita muntahkan, yang akhirnya dalam hitungan jam sudah banyak mimpi yang berserakan. Sehingga tak heran bila akhirnya, kita bermimpi tentang bagaimana caranya menyatukan mimpi-mimpi kecil ini menjadi sebuah pusaran yang menggelegar. Namun sayangnya niat suci itu sering terhadang pengejawantahannya dengan bingungisme yang tiba-tiba muncul di permukaan. Terjadi gagap mendadak saat dihadapkan untuk harus menata puzzle mimpi. Mana yang ingin dijadikan point utama dan mana yang akan berada di buntutnya, dan selanjutnya. Semua menjadi blur, karena kita belum tahu gambaran mimpi hakiki yang harus digenapkan. Semua gambaran mimpi ditarik dan ditancapkan. Hanya sekedar tarik dan tancap untuk menutupi lubang saja akhirnya. Dan gambaran kehakikian tetap tak terlukis...
Di atas adalah penggambaran manusia yang mudah membrojolkan mimpi, namun masih canggung untuk menghidupkannya sebagai sebuah kenyataan. Selayaknya kepingan CD yang mempunyai 2 penampang, ternyata ada manusia yang sudah lupa bagaimana caranya untuk bermimpi. Banyak faktor yang menyebabkan demikian, tetapi biasanya lebih cenderung karena bentuk protes terhadap kondisi pahit yang terus melekat padanya.
Terjadi konstriksi (mengkerut/menciut) terhadap mimpi. Mimpi yang awalnya besar lama kelamaan menjadi ciut, parsial, dan bahkan musnah. Tetapi apakah ini sebaik-baik penyikapan terhadap sebuah kondisi ? bukankah ini malahan memancing rasa tidak percaya bahwa ALLAH ada ? dan bukankah Hasan Al Banna juga pernah berkata : "kenyataan hari ini adalah mimpi kita di hari kemarin dan kenyataan hari esok adalah mimpi kita hari ini" ? Bermimpilah dengan manis dan bertanggung jawab, selagi mimpi masih gratis dan bebas pajak. Karena terkadang mimpi dapat membangkitkan semangat juang, menumbuhkan bunga-bunga optimistis di hati, dan jauh membuat dunia lebih berwarna. Jangan merasa diri susah dan terbebani dengan masalah yang ada, karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai masalah, hanya bentuk dan konsentratnya saja yang berbeda. Percayalah bahwa ALLAH telah menciptakan hardware, software, plus brainware yang mantabs pada setiap diri kita. Jadi tidak ada alasan untuk mengkerdilkan mimpi karena sebuah realitas yang hampa rasa. Semua hal pada dasarnya adalah zero point, karena kitalah sesungguhnya yang membawa, menempatkan, serta menancapkan point apapun ke hal tersebut. "Yesterday is history, tomorrow is mistery, and today is a gift" begitulah salah satu kalimat yang bisa disitir dari film Kungfu Panda.
Mungkin kalimat itulah yang bisa mendilatasi (melebarkan) langkah kita, bahwa harapan itu selalu ada kalau kita percaya bahwa memang masih ada secercah harapan yang menunggu kita. Mimpi adalah kunci untuk menaklukkan dunia (begitu kata nidji), dengan demikian jangan sampai dunia malah menaklukkan mimpi-mimpi kita, apalagi sampai membuat kita bertekuk lutut di hadapannya. Melompatlah lebih tinggi hingga kita bisa mengejar matahari, walaupun untuk itu kita mesti melepuh dan terbakar lebih dahulu. Kalah terhormat, jika kata tersebut ingin diekstimkan.
Jangan takut bermimpi karena mimpi milik semua orang, milik setiap jiwa-jiwa optimis, jiwa-jiwa yang mencoba menebarkan kalimat : "kejarlah akhirat seperti engkau akan mati esok dan kejarlah dunia seperti engkau akan mati seribu tahun lagi"
Mulailah mengup date mimpi-mimpi kita dari sekarang, tentunya disertai dengan mengup date usaha, mengup date doa, mengup date tawakal, dan mengup date sabar. InsyaALLAH semua akan berkembang menjadi baik dan indah....
>> Buat jiwaku : "Saatnya untuk mengup date kembali mimpi-mimpi yang mulai rodal-radil dimakan waktu. Semoga sukses..."
Tiap detik selalu saja lahir sebuah mimpi, tiap menit selalu saja ada mimpi yang kita muntahkan, yang akhirnya dalam hitungan jam sudah banyak mimpi yang berserakan. Sehingga tak heran bila akhirnya, kita bermimpi tentang bagaimana caranya menyatukan mimpi-mimpi kecil ini menjadi sebuah pusaran yang menggelegar. Namun sayangnya niat suci itu sering terhadang pengejawantahannya dengan bingungisme yang tiba-tiba muncul di permukaan. Terjadi gagap mendadak saat dihadapkan untuk harus menata puzzle mimpi. Mana yang ingin dijadikan point utama dan mana yang akan berada di buntutnya, dan selanjutnya. Semua menjadi blur, karena kita belum tahu gambaran mimpi hakiki yang harus digenapkan. Semua gambaran mimpi ditarik dan ditancapkan. Hanya sekedar tarik dan tancap untuk menutupi lubang saja akhirnya. Dan gambaran kehakikian tetap tak terlukis...
Di atas adalah penggambaran manusia yang mudah membrojolkan mimpi, namun masih canggung untuk menghidupkannya sebagai sebuah kenyataan. Selayaknya kepingan CD yang mempunyai 2 penampang, ternyata ada manusia yang sudah lupa bagaimana caranya untuk bermimpi. Banyak faktor yang menyebabkan demikian, tetapi biasanya lebih cenderung karena bentuk protes terhadap kondisi pahit yang terus melekat padanya.
Terjadi konstriksi (mengkerut/menciut) terhadap mimpi. Mimpi yang awalnya besar lama kelamaan menjadi ciut, parsial, dan bahkan musnah. Tetapi apakah ini sebaik-baik penyikapan terhadap sebuah kondisi ? bukankah ini malahan memancing rasa tidak percaya bahwa ALLAH ada ? dan bukankah Hasan Al Banna juga pernah berkata : "kenyataan hari ini adalah mimpi kita di hari kemarin dan kenyataan hari esok adalah mimpi kita hari ini" ? Bermimpilah dengan manis dan bertanggung jawab, selagi mimpi masih gratis dan bebas pajak. Karena terkadang mimpi dapat membangkitkan semangat juang, menumbuhkan bunga-bunga optimistis di hati, dan jauh membuat dunia lebih berwarna. Jangan merasa diri susah dan terbebani dengan masalah yang ada, karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai masalah, hanya bentuk dan konsentratnya saja yang berbeda. Percayalah bahwa ALLAH telah menciptakan hardware, software, plus brainware yang mantabs pada setiap diri kita. Jadi tidak ada alasan untuk mengkerdilkan mimpi karena sebuah realitas yang hampa rasa. Semua hal pada dasarnya adalah zero point, karena kitalah sesungguhnya yang membawa, menempatkan, serta menancapkan point apapun ke hal tersebut. "Yesterday is history, tomorrow is mistery, and today is a gift" begitulah salah satu kalimat yang bisa disitir dari film Kungfu Panda.
"Jadikan hari kemarin sebagai trampolin yang bisa melecut kita ke hari esok dan bersyukurlah dengan apapun yang kita dapat di hari ini, karena belum tentu kita bisa merasakannya di hari esok"
Mungkin kalimat itulah yang bisa mendilatasi (melebarkan) langkah kita, bahwa harapan itu selalu ada kalau kita percaya bahwa memang masih ada secercah harapan yang menunggu kita. Mimpi adalah kunci untuk menaklukkan dunia (begitu kata nidji), dengan demikian jangan sampai dunia malah menaklukkan mimpi-mimpi kita, apalagi sampai membuat kita bertekuk lutut di hadapannya. Melompatlah lebih tinggi hingga kita bisa mengejar matahari, walaupun untuk itu kita mesti melepuh dan terbakar lebih dahulu. Kalah terhormat, jika kata tersebut ingin diekstimkan.
Jangan takut bermimpi karena mimpi milik semua orang, milik setiap jiwa-jiwa optimis, jiwa-jiwa yang mencoba menebarkan kalimat : "kejarlah akhirat seperti engkau akan mati esok dan kejarlah dunia seperti engkau akan mati seribu tahun lagi"
Mulailah mengup date mimpi-mimpi kita dari sekarang, tentunya disertai dengan mengup date usaha, mengup date doa, mengup date tawakal, dan mengup date sabar. InsyaALLAH semua akan berkembang menjadi baik dan indah....
>> Buat jiwaku : "Saatnya untuk mengup date kembali mimpi-mimpi yang mulai rodal-radil dimakan waktu. Semoga sukses..."
oke deh mbak@
BalasHapussyukran
Oke juga deh De...
BalasHapusWaiyyaki... :)
sebelum mimpinya di-update, pastikan download-nya dari sumber yang terpercaya ya, he he he
BalasHapusemangnya software :D
mimpi dengan prinsip halalan thoyyiban yey... ;D
BalasHapus