.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Minggu, 22 November 2009

Ditoyor Pulpen...

Sebenernya ini cerita dah lama banget kejadiannya. Sekitar dua tahun yang lalu gitu deh, cuma toyoran dan tohokannya itu loh masih membekas sampai sekarang. Gimana nggak tertoyor dan tertohok kalau saya diingatkan tentang betapa perlunya menenteng pulpen kemana-mana. Begini ceritanya...

Suatu sore dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada di badan, saya memasuki salah satu gedung di kampus yang tidak perlu disebutkan puskomnya . Bukannya ingin numpang ngadem ataupun sekedar iseng saya hinggap di gedung itu. Yoyoy... benar sekali sodara-sodara, saya ke tempat itu tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mendaftarkan kompie jinjing saya biar nantinya bisa ngepot di jalur hotspot. hehe

Pas masuk tuh gedung, perasaan biasa-biasa aja. Gak ada perasaan deg-degan, cemas, keringat dingin, ataupun sampai pipis di celana segala *sule (super lebay) ya*. Pokoknya nyantailah, secara saya memang dah temenan dan lumayan akrab sama tuh gedung. Tapi yang membedakan dari biasanya adalah orang-orang yang bertengger di front office itu kok tak ada yang saya kenal ya. Walhasil, dengan wajah yang kuyu, sayu, namun tetap menyimpan segudang rindu *cieee...* saya hampiri tuh mas-mas yang sedang berdiri manja di belakang meja yang sedang bekerja... *halah... apaan sih lussy*. Baru aja mulut ini mau menganga, tuh mas dah mengangakan mulutnya lebih dulu *keduluan deh*, selanjutnya obrolan-obrolan ini yang keluar...

"ada perlu apa mba?"

"mau daftar buat hotspot mas. Kok sepi ya mas, pada kemana yang biasa?"

"(sambil mengambilkan form hotspot) Iya, lagi pada rapat mba dari pagi. Saya ngejagain sebentar karena yang seharusnya jaga di sini lagi ke belakang"

"ooo... mas boleh pinjam pulpennya gak? (saat itu kebetulan saya lagi gak bawa pulpen)"

"(sambil menyodorkan pulpen yang nyangkut di saku bajunya) wah, masa gak bawa pulpen sih mba. Saya aja yang tukang rumput kemana-mana bawa pulpen. Pulpen itu kan sama aja kayak cangkul, mba. Gimana coba ke kebon kalo gak bawa cangkul? Gak bisa ngapa-ngapainkan?"

"(sambil nyengir) hehehe... iya juga sih mas. makasih ya"

Belum selesai saya ngisi form yang seiprit itu, datanglah seorang pegawai yang saya kenal. Tanpa ba bi bu lagi, beliau langsung bicara...

"lagi ada perlu apa bu ke sini?"

"eh iya pak, lagi ngisi form buat daftar hotspotan"

"(sambil melirik ke arah form yang saya tulis) wah, formnya salah nih bu. Untuk ibu bukan yang ini (sambil memberikan form yang baru)"

Dengan wajah setengah bingung, Mas yang sebelumnya berbincang dengan saya sontak menoleh ke wajah saya dan bapak tersebut bergantian *kayak gerakan nengok pas mau nyebrang gitu deh*...

"Lain kali, kalau mau memberikan form buat hotspot itu ditanya dulu, mahasiswa apa bukan?"

"(dengan mimik wajah salting) iya pak"

Dan akhirnya mas itupun berkata ke saya...

"maaf ya bu. Saya gak tau"

"Gak papa lagi mas. Saya yang salah dan lagian di form itu kan emang gak ada tulisan buat siapanya (ternyata tuh tulisan cuma nempel di tempat form itu disimpan). (setelah selesai mengisi form) Makasih ya mas buat pulpennya (sambil menyerahkan pulpen)"

"iya bu sama-sama"

Sambil menebar senyum sayapun ngeloyor dari gedung tersebut "Pak, mas, saya duluan ya. makasih"

Selama perjalanan balik ke rumah satu pikiran yang sempat bertengger di kepala saya, semoga tuh mas baik-baik alias aman-aman saja setelah saya hengkang dari tuh gedung. Dan yang membuat saya menjadi lebih tenang adalah karena petugas aslinya gak tau persis ini jalan cerita lengkapnya... hehehe

*Makasih sangat mas sudah diingatkan tentang pentingnya menenteng pulpen kemana-mana. Dan sekarang, bukan cuma pulpen yang saya tenteng kemana-mana, tapi juga kertas serta kalkulator *yaaaahhh... jadi gak beda jauhlah sama tukang kredit panci... hahaha 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas