Pernahkah kau tau apa yang kupikirkan saat termangu?
Saat kuingin berkalut dengan pikiran usang dan baruku
Saat kuingin menyendawakan segala pikiran yang berjejal di sudut-sudut masa
Masa yang tak pernah luput dari mimpi yang mengerucut jadi cita dan akhirnya mewujud setets nuansa
Ah... Semuanya telah mewujud jutaan varian mural di dinding-dinding jiwaku
Pernahkah terbersit di hatimu keinginan untuk mengetahui apa yang tengah lengket di kepalaku?
Jika iya, ku kan menjawabnya dengan sekali hempasan nafas saja
Bila tidak, ku kan coba merasuki hati dan kepalamu hingga kutemukan apa yang tengah lengket di kepalamu
Ku takkan egois untuk hal semacam ini
Ku kan bermusyawarah dengan hatimu untuk bisa memufakati langkah berpikirmu
Ternyata cuma 3 spot yang suka terpampang dalam slide lamunku
Setelah nanti kuujarkan
Mungkin kau akan menyoraki dan lantas mencapku dengan orang yang berpikiran sederhana
Ya, memang begitulah aku
Cara berpikirku memang sederhana
Tapi satu hal yang bisa kau gambar, ku tidak suka melihat hal secara analog
Mengeja, menata, dan menyeka
Hanya sekali nafas dalam penyebutannya bukan???
Namun, bila kau ingin tau lebih dalam tentang ketiga hal tersebut
Kurelakan beberapa kali nafasku terhempas untuk menebalkan itu semua
Dalam diam, kucoba mengeja segala hal yang telah melayang di lingkaran hidupku
Kucoba baca dan maknai hal yang belum tersembul secara nyata
Dengan mengeja, ku coba memahami ujung hingga pangkal dari sebuah cerita
Mengeja cerita untuk meretas makna
Makna yang sejatinya sudah tersangkut di lauhul mahfudz
Dalam kesendirian renung, ku coba menata
Menata langkah yang sudah terkocar-kaciri oleh tarikan berbagai kepentingan
Mencoba menelanjangi diri
Mencoba mengobyektifi rasa
Mencoba mensubyektifi pikir
Semua formula kucoba sampai mendekati seleraNya
Karena sejatinya, Dialah muara segala penataan ini
Dalam kesoliteran raga, kucoba untuk menyeka
Menyeka segala ego kemanusiaanku
Menyeka segala emosi yang telah mengacaukan jarak pandangku dalam menelusuri kilometer hati orang lain
Menyeka segala sangka yang sudah beranak pinak di lembaran hari hidupku
Menyeka segala rasa yang sudah terhipnotis kesemuan warna
Kucoba seka walau ku yakin pasti masih banyak sisa
Namun cuma satu yang membuatku tida berputus asa karenanya
Kuingin sekali merebut cintaNya
Sudah kunarasikan semuanya
Dan memang hanya hal sesederhana itu yang ku punya
Ku bukan orang yang luber ilmu
Tapi jika diizinkan, biarlah kucoba memewahkan itu semua dengan kata: "aku dilahirkan ke dunia bukan sebagai penjaja kepandaian dan pengasong kesombongan"
Walau kata yang tersebut terakhir ini membuatku terpeleset dalam sumur beraroma kesombongan
Ku beringsut dari ruang diam ke ruang gerak
Ku gelar selembar kain di sudut ruang
Ku basah, ku banjir, ku tenggelam di atasnya
Eranganpun keluar saat kutemukan hatiku yang kelam
Jiwaku yang hampir karam
Parauku menyurut
Kesadarankupun tersundut
Ternyata memang belum ada hal yang telah kulakukan hingga cintaNya bisa terpungut
: Allahumma a inni 'alaa dzikrika wa syukrika wa husni ibaadatika ( Ya ALLAH berikanlah kami kekuatan untuk selalu mengingatMu, mensyukuriMu, dan perbaikilah segala ibadahku kepadaMu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas