.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Minggu, 16 Oktober 2011

Secangkir Kopi Perpisahan

berceritalah …..

tentang pagi beku berselimut kabut

tentang senandung gerimis malu-malu

bisa juga kau rajut kisah romantis kita dari lereng bukit seberang lembah

hari baru saja dimulai, tak usah sedih



setiaku tak perlu kau ragu

sepanjang lengkung garis cakrawala tanpa batas

hanya bias-bias sendu di matamu

mencubit perih hatiku dalam diam berkepanjangan



andai kata itu belum selesai kau gubah

andai bibir mungilmu enggan berucap

mata kita t’lah bicara dalam diam



saat ini mungkin milik kita

tiada lagi jeda, inilah akhir

berdua

bercengkrama

menggoda

merayumu dalam rintih jiwa meluruh

tapi, janji

aku takkan sedih

hanya bias-bias sendu di matamu

mencubit perih hatiku dalam diam berkepanjangan



taman hatiku kan indah abadi

ada senyum-tawamu terukir dengan manisnya

sebelum ragamu pergi dan takkan kembali

terakhir kali aku janji, aku takkan sedih

hanya bias-bias sendu di matamu, enggan berlalu dari benakku



Bukittinggi, September 2007


By: naldi nazir

----------------------------
Dan pergiku adalah keniscayaan. Ku sudah divonis, tinggal dieksekusi.
Ku tinggal dan tanggalkan semua, ku kan melangkah pergi menuju tempat hakiki dimana ku kan diadili. Maaf atas ucap yang telah lancang membeset hati. Terima kasih pada ALLAH kudisempatkan menimba ilmu dari orang2 terbaik. Semua orang di lingkaran hidupku, baik yang sudah bertemu muka, bertemu hati, atau hanya sekedar bertemu ideologi. Kutitipkan kalian pada Illahi, smoga ALLAH membahagiakan dan mengangkat derajat kalian dunia dan akhirat. Aamiin... :)

2 komentar:

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas