Proses.... merupakan kata sakral yang sering disebut-sebut dalam setiap momen. Rasanya tidak ada satu sisi kehidupanpun yang terlepas dari cengkraman kata "proses". Mulai dari menatap dunia sampai dengan menutup dunia pasti ada proses yang membackdropi semua cerita.
Kalau selama ini ada istilah ujian adalah garamnya kehidupan, nah proses bisa dianalogikan sebagai kokinya. Lho kok kenapa koki ?? yups, karena kokilah yang mempunyai peranan penting dalam mengeksekusi semua hal. Enak atau tidaknya suatu makanan tergantung kejelian, keahlian, ketangkasan, kekreatifan, dan kecerdasan koki dalam memformulasikan bumbu dengan bahan-bahan lainnya. Jadi bisa dikatakan, sebagus apapun input bila tidak diproses secara optimal akan menghasilkan suatu hal yang sama saja [bila tidak mau dikatakan tidak ada spesial-spesialnya sama sekali]. Dan sebaliknya, input yang biasa-biasa saja, namun sang koki mampu mentreatmentnya dengan benar dan sesuai akan menghasilkan output yang spesial juga.
Ilustrasi di atas dihadirkan tidak lain adalah untuk mengibarkan kalimat berikut : "Seinstan...instannya instan, tetap saja melewati fase proses". Contoh nyata dari kalimat ini adalah bayangkan kamu akan membuat secangkir kopi instan. Walaupun tuh kopi bertemakan instan, tetapi tetap saja untuk terwujud menjadi segelas kopi yang nikmat, [minimal] kita perlu menyediakan air panas dan gelas. Terus ngaduknya gimana ??? pakai jari tangan juga cukup... hehehe
Menikah Perlu Proses
Menikah... sebuah kata yang paling enak untuk dibicarin. Bener... [secara dah mupeng gitu loh... ]. Menikah adalah sebuah titik kulminasi bagi seorang hamba dalam rangka mengekspansi wilayah jajahan ibadahnya. Kompensasi setelahnya adalah akan menambah tanggung jawab yang dipikul. Mulai dari tanggung jawab menyayangi sampai dengan menafkahi. Nah, point terakhir inilah yang membuat seseorang mengulur waktu keberlangsungannya. Mulai dari finansial yang belum cukup sampai dengan banyak target yang belum terlunasi dijadikan alasan buat mengesahkannya. Padahal, kalau mau diobrolin semuanya juga akan baik-baik saja. Yang penting ada itikad baik serta kesungguhan untuk memulai prosesnya. Jadi deh... hehehe
Tetapi wajar saja sih ada pikiran dan kekhawatiran tentang : apakah si dia mampu menjadi imam yang baik atau apakah si dia mampu menjadi makmum yang baik ? Mampukah saya menafkahi keluarga saya kelak atau mampukah saya mengatur "kas negara" dan mencari sumber dana tambahan untuk kelangsungan keluarga saya ? Sederajatkah saya dengan dia atau maukah dia dengan saya yang memiliki derajat dibawahnya ? Sudikah kiranya keluarganya akan menerima keberadaan saya ? Maukah dia menerima saya sebagai pasangan ? kriteria apa yang membuat dia menerima saya ? terakhir siapa saya hingga bisa berdampingan dengan dia ?
Hal-hal tersebutlah yang sering berkecamuk di kepala orang-orang yang sudah kepikiran untuk melangkah ke dunia pernikahan. Yang akhirnya banyak alasan untuk menolak setiap orang yang datang. Disinilah letak kekuatan lelaki dan perempuan bermain, agar prosesi ke jenjang pernikahan termuluskan jalannya dan tidak menjadi kecut karenanya.
Kekuatan seorang lelaki adalah pada saat dia mampu memutuskan siapakah yang akan menjadi pendamping hidupnya. Dan letak kekuatan seorang perempuan adalah pada saat dia meng"i do"kan keputusan sang lelaki yang jatuh padanya.
Bagi seorang lelaki, berani menikahi perempuan adalah titik kulminasi seorang dikatakan pria sejati. Finansial dan kedudukan sang perempuan tidak menjadikan langkah pemberat seorang lelaki untuk menikahinya. Justru lelaki sejati adalah yang berani menerima tantangan itu dengan berpegang pada prinsip [selain Quran dan Hadis ya] : "Tetap berpenghasilan daripada berpenghasilan tetap". Dan sejatinya, titik kulminasi seorang perempuan adalah menerimanya dengan keikhlasan dan kesungguhan hati bahwa dialah seorang terbaik yang telah ALLAH pilihkan untuk menjadi imamnya.
*hasil obrolan selama proses perjalanan melihat kebakaran. semoga gak bingung lagi ya...
Kalau menurut saya baik laki-laki, walaupun dia seorang petarung MMA, atau perempuan sama-sama lemah sebab sama-sama punya kebutuhan. Masing2 ada kelebihan dan kekurangan tetapi yang namanya makhluk ya tetap lemah.
BalasHapusTFS ya
ini kan konteks pembicaraannya saat seseorang memilih pasangan hidup mas... pointnya kan disitu aja yaitu antara memutuskan dan menerima.
BalasHapusKalau masalah keterbatasan, pastilah baik lelaki atau perempuan memilikinya... secara mereka masih terdaftar sebagai manusia gitu loh...
Btw, TFR n TFCnya yow
OOT ya, he he he. maaf ya mbak, mungkin bacanya rada ngantuk
BalasHapustenang mas yang nyoret juga dah rada2 ngantuk juga... ;)
BalasHapusgak OOT2 bangets kok, buktinya masih ngomongin laki2 dan perempuan ;D...
Siiiiiiiiiiiiiiiiiiipp... ;-)
BalasHapussiiiiiiiiiiiiiiiiiiiipppppppppppppirilllliiiiiiii.... mba sovi ;D
BalasHapusduh pembahasan yg sensitif..
BalasHapus^_^
Duh makasih mba kesentil nie hehe.. (GR mode on).
BalasHapusNice thought, trlepas dari semua proses, entah yg mudah, atau ngejlimet nya naudzubillah, sampe jatuh bangun kejedot (kasian ya -p ). Hanya kepada Allah hasil akhir dan Final Result segalanya. Smg slalu dibimbingNya.
Tfs..
masa sih... kalo sensitif bacanya pake sensodyne aja. mudah2an ngilunya ilang.... hehehe
BalasHapusseps... sepokats bangets deks... ^_^
BalasHapusTFR & TFC yow dek
Sama2 mba sayaang..
BalasHapusKan dah berguru sama mba, jadi lumayan wise (atau sok wise ya hehe) ^.^v
MBAK...huhuh..jangan ngakak...tapi adikmu yang manis n imut ini mo nanya....apa sih TFS, TFR,dan TFC?saya gak tau...padahal banyak yang gunain tuh singkatan...
BalasHapusselamat amenikmati :)
BalasHapusHasrat Hatiku by Suara Persaudaraan
Apabila telah tiba masaku
Untuk segera mengakhiri lajangku
Dengan segenap kemampuan Allah berikan
Insya Allah janjiku segera kutunaikan
Tapi bila kuraba dalam hati
Kadang seruntun pertanyaan silih berganti
Adakah semua kulakukan terlalu dini
Berdegup jantung di dada kendalikan diri
Namun pernikahan begitu indah kudengar
Membuatku ingin segera melaksanakan
Namun bila kulihat aral melintang pukang
Hatiku selalu maju mundur dibuatnya
Akhirnya aku segera tersadar
Hanya pada Allah-lah tempat aku bersandar
Yang akan menguatkan hatiku yang terkapar
Insya Allah azzamku akan terwujud
kurang tepat dek, karena kata pepatah itu :
BalasHapus"berburu ke padang datar liat rusa belang kaki
berguru ke palang ajar bagai naik bajaj gak bajar..."
hehehe
jadi intinya, kalo berguru jangan ama saya... ntar jadi hancur dunia
tenang saya gak bakal ngakak kok tapi ngikik... kik... kik...
BalasHapusTFS = thanks for sharing
TFR = thanks for read
TFC = thanks for comment
kira2 gitu deh lebihnya tolong pulangin, kurangnya tolong tambahin... ;D
menikmati banget... makasih ya nih nasyid bisa jadi theme song coretan aye.... boleh request lagi ? tolong nyanyiin teman sejati ye ;D
BalasHapus