.post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Kamis, 31 Juli 2008

Letak Kekuatan Lelaki dan Perempuan

Proses.... merupakan kata sakral yang sering disebut-sebut dalam setiap momen. Rasanya tidak ada satu sisi kehidupanpun yang terlepas dari cengkraman kata "proses". Mulai dari menatap dunia sampai dengan menutup dunia pasti ada proses yang membackdropi semua cerita.

Kalau selama ini ada istilah ujian adalah garamnya kehidupan, nah proses bisa dianalogikan sebagai kokinya. Lho kok kenapa koki ?? yups, karena kokilah yang mempunyai peranan penting dalam mengeksekusi semua hal. Enak atau tidaknya suatu makanan tergantung kejelian, keahlian, ketangkasan, kekreatifan, dan kecerdasan koki dalam memformulasikan bumbu dengan bahan-bahan lainnya. Jadi bisa dikatakan, sebagus apapun input bila tidak diproses secara optimal akan menghasilkan suatu hal yang sama saja [bila tidak mau dikatakan tidak ada spesial-spesialnya sama sekali]. Dan sebaliknya, input yang biasa-biasa saja, namun sang koki mampu mentreatmentnya dengan benar dan sesuai akan menghasilkan output yang spesial juga.

Ilustrasi di atas dihadirkan tidak lain adalah untuk mengibarkan kalimat berikut : "Seinstan...instannya instan, tetap saja melewati fase proses". Contoh nyata dari kalimat ini adalah bayangkan kamu akan membuat secangkir kopi instan. Walaupun tuh kopi bertemakan instan, tetapi tetap saja untuk terwujud menjadi segelas kopi yang nikmat, [minimal] kita perlu menyediakan air panas dan gelas. Terus ngaduknya gimana ??? pakai jari tangan juga cukup... hehehe


Menikah Perlu Proses
Menikah... sebuah kata yang paling enak untuk dibicarin. Bener... [secara dah mupeng gitu loh... ]. Menikah adalah sebuah titik kulminasi bagi seorang hamba dalam rangka mengekspansi wilayah jajahan ibadahnya. Kompensasi setelahnya adalah akan menambah tanggung jawab yang dipikul. Mulai dari tanggung jawab menyayangi sampai dengan menafkahi. Nah, point terakhir inilah yang membuat seseorang mengulur waktu keberlangsungannya. Mulai dari finansial yang belum cukup sampai dengan banyak target yang belum terlunasi dijadikan alasan buat mengesahkannya. Padahal, kalau mau diobrolin semuanya juga akan baik-baik saja. Yang penting ada itikad baik serta kesungguhan untuk memulai prosesnya. Jadi deh... hehehe

Tetapi wajar saja sih ada pikiran dan kekhawatiran tentang : apakah si dia mampu menjadi imam yang baik atau apakah si dia mampu menjadi makmum yang baik ? Mampukah saya menafkahi keluarga saya kelak atau mampukah saya mengatur "kas negara" dan mencari sumber dana tambahan untuk kelangsungan keluarga saya ? Sederajatkah saya dengan dia atau maukah dia dengan saya yang memiliki derajat dibawahnya ? Sudikah kiranya keluarganya akan menerima keberadaan saya ? Maukah dia menerima saya sebagai pasangan ? kriteria apa yang membuat dia menerima saya ? terakhir siapa saya hingga bisa berdampingan dengan dia ?

Hal-hal tersebutlah yang sering berkecamuk di kepala orang-orang yang sudah kepikiran untuk melangkah ke dunia pernikahan. Yang akhirnya banyak alasan untuk menolak setiap orang yang datang. Disinilah letak kekuatan lelaki dan perempuan bermain, agar prosesi ke jenjang pernikahan termuluskan jalannya dan tidak menjadi kecut karenanya.

Kekuatan seorang lelaki adalah pada saat dia mampu memutuskan siapakah yang akan menjadi pendamping hidupnya. Dan letak kekuatan seorang perempuan adalah pada saat dia meng"i do"kan keputusan sang lelaki yang jatuh padanya.

Bagi seorang lelaki, berani menikahi perempuan adalah titik kulminasi seorang dikatakan pria sejati. Finansial dan kedudukan sang perempuan tidak menjadikan langkah pemberat seorang lelaki untuk menikahinya. Justru lelaki sejati adalah yang berani menerima tantangan itu dengan berpegang pada prinsip [selain Quran dan Hadis ya] : "Tetap berpenghasilan daripada berpenghasilan tetap". Dan sejatinya, titik kulminasi seorang perempuan adalah menerimanya dengan keikhlasan dan kesungguhan hati bahwa dialah seorang terbaik yang telah ALLAH pilihkan untuk menjadi imamnya.




*hasil obrolan selama proses perjalanan melihat kebakaran. semoga gak bingung lagi ya...

16 komentar:

  1. Kalau menurut saya baik laki-laki, walaupun dia seorang petarung MMA, atau perempuan sama-sama lemah sebab sama-sama punya kebutuhan. Masing2 ada kelebihan dan kekurangan tetapi yang namanya makhluk ya tetap lemah.

    TFS ya

    BalasHapus
  2. ini kan konteks pembicaraannya saat seseorang memilih pasangan hidup mas... pointnya kan disitu aja yaitu antara memutuskan dan menerima.

    Kalau masalah keterbatasan, pastilah baik lelaki atau perempuan memilikinya... secara mereka masih terdaftar sebagai manusia gitu loh...

    Btw, TFR n TFCnya yow

    BalasHapus
  3. OOT ya, he he he. maaf ya mbak, mungkin bacanya rada ngantuk

    BalasHapus
  4. tenang mas yang nyoret juga dah rada2 ngantuk juga... ;)

    gak OOT2 bangets kok, buktinya masih ngomongin laki2 dan perempuan ;D...

    BalasHapus
  5. Siiiiiiiiiiiiiiiiiiipp... ;-)

    BalasHapus
  6. siiiiiiiiiiiiiiiiiiiipppppppppppppirilllliiiiiiii.... mba sovi ;D

    BalasHapus
  7. Duh makasih mba kesentil nie hehe.. (GR mode on).
    Nice thought, trlepas dari semua proses, entah yg mudah, atau ngejlimet nya naudzubillah, sampe jatuh bangun kejedot (kasian ya -p ). Hanya kepada Allah hasil akhir dan Final Result segalanya. Smg slalu dibimbingNya.

    Tfs..

    BalasHapus
  8. masa sih... kalo sensitif bacanya pake sensodyne aja. mudah2an ngilunya ilang.... hehehe

    BalasHapus
  9. seps... sepokats bangets deks... ^_^


    TFR & TFC yow dek

    BalasHapus
  10. Sama2 mba sayaang..
    Kan dah berguru sama mba, jadi lumayan wise (atau sok wise ya hehe) ^.^v

    BalasHapus
  11. MBAK...huhuh..jangan ngakak...tapi adikmu yang manis n imut ini mo nanya....apa sih TFS, TFR,dan TFC?saya gak tau...padahal banyak yang gunain tuh singkatan...

    BalasHapus
  12. selamat amenikmati :)

    Hasrat Hatiku by Suara Persaudaraan

    Apabila telah tiba masaku
    Untuk segera mengakhiri lajangku
    Dengan segenap kemampuan Allah berikan
    Insya Allah janjiku segera kutunaikan

    Tapi bila kuraba dalam hati
    Kadang seruntun pertanyaan silih berganti
    Adakah semua kulakukan terlalu dini
    Berdegup jantung di dada kendalikan diri

    Namun pernikahan begitu indah kudengar
    Membuatku ingin segera melaksanakan
    Namun bila kulihat aral melintang pukang
    Hatiku selalu maju mundur dibuatnya

    Akhirnya aku segera tersadar
    Hanya pada Allah-lah tempat aku bersandar
    Yang akan menguatkan hatiku yang terkapar
    Insya Allah azzamku akan terwujud

    BalasHapus
  13. kurang tepat dek, karena kata pepatah itu :
    "berburu ke padang datar liat rusa belang kaki
    berguru ke palang ajar bagai naik bajaj gak bajar..."

    hehehe

    jadi intinya, kalo berguru jangan ama saya... ntar jadi hancur dunia

    BalasHapus
  14. tenang saya gak bakal ngakak kok tapi ngikik... kik... kik...

    TFS = thanks for sharing
    TFR = thanks for read
    TFC = thanks for comment

    kira2 gitu deh lebihnya tolong pulangin, kurangnya tolong tambahin... ;D

    BalasHapus
  15. menikmati banget... makasih ya nih nasyid bisa jadi theme song coretan aye.... boleh request lagi ? tolong nyanyiin teman sejati ye ;D

    BalasHapus

Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas