Kita tak akan pernah tau pasti kan kemana kaki ini melangkah dan terhenti. Yang kita tahu hanya bagaimana berusaha agar kaki ini tak terhenti. Walaupun untuk itu kita harus merelakan diri untuk terseok dan jatuh. Walaupun tubuh ini harus memar, terluka, dan bahkan teramputasi. Semua itu tidak lain (lagi-lagi) agar kaki ini terus melaju sampai temui tempat yang sejatinya dituju.
Diantara itu, tidak jarang (bahkan sering) lelah hati mendahului lelah kaki. Kaki masih kuat melangkah, tapi nyatanya lelah hati sudah mampu lebih dulu menyerimpung kaki hingga mampu mematahkan langkahnya. Dari situ, tak ada pembahasan emosi selain dengan cucuran air yang memancar dari mata. Yang entah hadirnya untuk membahasakan apa. Menahan pedih karena kebodohan diri, tak mampu membawa berat beban hidup, atau memang hanya itu satu-satunya pembahasaan jiwa yang ditahui. Lemah, kerdil, dan entah apalagi yang cocok untuk melabel itu semua.
Kita tak akan pernah tahu pasti kan kemana kaki ini melangkah dan terhenti. Yang kita tahu hanya bagaimana berusaha agar kaki ini tak terhenti. Dan satu yang mesti tercatat dalam diri agar janganlah sampai kaki yang tergerak adalah hanya sekedar gerak pemenuh mau. Tak ada sejatinya rencana tuk sampai ke sebuah tujuan hakiki. Hanya sekedar mengikuti kemana arah angin kan berhembus. Melulu kita harus tanya pada hati, mau dibawa kemana lelah ini? Mau diganjar kesan apa lelah ini? Mau disandarkan dimana lelah ini? Kita hanya punya satu jawab (semestinya), jika semua langkah timbulkan lelah, maka marilah kita hembuskan harap atas segala usaha agar semua itu dapat menjadi bata-bata pembangun istana di surga. Jika semua langkah menimbulkan "basah", marilah kita berharap agar semua itu tidak hanya berhenti di atas tanah. Biarlah itu semua terus mengepul dan mengalir hingga alam barzah...
Dan (lagi-lagi) kita tak akan pernah tahu pasti kan kemana kaki ini melangkah dan terhenti. Yang kita tahu hanya bagaimana berusaha agar kaki ini tak terhenti. Terhenti sebelum mati.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas