Jaman SD saya senang baca buku cerita rakyat atau cerita binatang bermajas personifikasi. Setiap ibu habis gajian, saya sering minta dibelikan minimal 1 buku dengan genre itu (selain minta dibelikan coklat tentunya :D). Ada salah satu cerita yang masih menempel di kepala, yaitu tentang burung murai dan burung gagak. Hikmah cerita ini menurut saya bagus diterapkan saat kita berproses dalam memunguti ilmu. Begini cerita singkatnya....
"Pada suatu hari gagak terbang melintasi sarang burung murai. Setelahnya dia terpana dengan kecantikan sarang murai tersebut. Spontan gagak langsung bilang ke murai: "murai cantik sekali sarangmu, bolehkah kau ajarkan aku untuk membuatnya?" Lalu murai menjawab "dengan senang hati gagak. Datanglah besok ke sini ya". Keesokan harinya gagak menemui murai. Tak lama kemudian, murai memberitahukan cara membuat sarangnya tahap demi tahap. Gagak memperhatikannya dengan seksama. Namun, saat murai baru selesai mempraktekkan setengah dari cara pembuatan sarangnya, gagak langsung bersuara "baik murai cukup sampai sini saja. Aku sudah tau cara membuat sarangmu". Kata murai, "tapi, aku belum tuntas memberitahukan semuanya". "Tak perlu lagi. Pasti caranya sama saja sampai akhir, karena dari tadi kan hanya menyusun ranting demi ranting saja. Baiklah aku pulang. Aku ingin segera membuat sarang cantik seperti milikmu". Lantas murai menjawab, "iya gagak, besok aku akan ke tempatmu untuk melihat sarang yang telah kau buat".
Keesokan harinya murai mendatangi gagak. "Gagak mana sarang baru yang kau buat?". Dengan wajah sedih dan menunduk gagak pun menjawab, "aku hanya bisa membuatnya sampai yang kau ajarkan. Telah ku coba berulang kali tuk selesaikannya, tapi tetap tak tak bisa. Ternyata tak semudah dugaanku. Aku terlalu sombong murai. Maafkan aku..."
Hikmahnya:
Dalam mempelajari sesuatu itu jangan setengah-setengah, harus tuntas. Selain itu, ternyata kesombongan dapat menghalangi kita dapat memperoleh suatu ilmu. Seperti perkataan Imam Mujahid rahimahullah berikut:
لاَ يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْيٍ وَلاَ مُسْتَكْبِـرٌ.
Artinya : “Orang yang malu dan orang yang sombong tidak akan mendapatkan ilmu.” [Atsar shahîh: Diriwayatkan oleh al-Bukhâri secara mu’allaq dalam Shahîh-nya kitab al-‘Ilmu bab al-Hayâ' fil ‘Ilmi dan Ibnu ‘Abdil Barr dalam al-Jâmi’ bayânil ‘Ilmi wa Fadhlihi (I/534-535, no. 879).]
Maksudnya, dijelaskan oleh Habib Zein bin Smith berikut: Seorang yang pemalu tidak dapat mempelajarinya karena ia tercegah oleh rasa malunya untuk mempelajari dan menanyakan apa yang tidak diketahuinya. Sedangkan, orang yang sombong tercegah oleh sikap takaburnya dari mengambil manfaat dan belajar kepada orang yang lebih rendah derajatnya. Tidaklah seseorang menjadi alim sampai ia mengambil ilmu dari orang yang berada diatasnya, dari orang yang sama dengannya, dan dari orang yang berada dibawahnya.
Karenanya perlu adab dalam mencari ilmu, kata Ibnu Al Mubarak “Kita lebih perlu kepada sedikit adab dari pada kepada banyak ilmu”. Abdurrahman bin al-Qasim berikut ini pun semakin menguatkan hal tersebut, “Aku mengabdi kepada Imam Malik selama 20 tahun, dua tahun diantaranya untuk mempelajari ilmu dan 18 tahun untuk mempelajari adab. Seandainya saja aku bisa jadikan seluruh waktu tersebut untuk mempelajari adab (tentu aku lakukan).”
Dan akhirnya, mari belajaaaarrr *gaya bunda Rita Sugiarto* :D
*dicuplik dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang keras berkomentar yang mengandung unsur saru dan sarkas