Iya... itu jawabannya saya. Mengapa saya berpendapat demikian ???
Tidak sedikit perempuan yang sebelum menikah adalah anak gunung atau walaupun bukan anak gunung, tapi mempunyai kebiasaan yang mirip dengan anak gunung. Seperti, biasa pergi ke tempat yang jauh letaknya sendiri [kadang-kadang karena suatu urusan sampai malam pula], ngegotong barang-barang berat sendiri, bahkan biasa mengambil keputusan sendiri.
Tapi, ternyata setelah nikah kebiasaan tersebut bisa melorot drastis, sehingga menjadi seperti berikut :
Minta diantar walau jaraknya dekat [padahal acara tersebut gak harus ada peran suami didalamnya], minta tolong dibantuin bawa-bawa, dan menjadi ketergantungan dalam mengambil keputusan untuk hal sepele sekalipun [misalnya mau ganti neon aja nunggu suami pulang, karena dari tadi nelpon nggak diangkat-angkat katanya].
Bila semua itu tidak diturutin kejadiannya akan menimbulkan kemanyunan dan kegondogan pada diri istri. Dengan berbagai alasan yang bisa mengesahkannya, salah satunya adalah menurutnya suaminya tidak perhatian [padahal suaminya sedang mengerjakan hal yang lebih penting dari itu].
Yang paling bahaya adalah masalah pengambilan keputusan, jika istri selalu tergantung sekali pada suami. Padahal suamikan gak selalu berada disisi kita, nah kalau harus butuh segera diputuskan gimana ??? Kalau ini terus dibudidayakan, khawatir jika usia suami lebih sedikit daripada kita apa yang akan terjadi. Yang ada langsung down dan bingung mau ngapain lagi, karena sang pengambil keputusan sudah tiada [dan ini banyak sekali contohnya].
Tapi, kalau mau dilihat dari segi positifnya adalah mungkin hal tersebut merupakan salah satu sarana istri untuk bisa bermanja-manja dengan suaminya. Yah... selain dalam rangka memanfaatkan lebar lapangan gitu loh alias memanfaatkan fasilitas yang ada daripada dianggurin. Lagian pastinya sang suami juga seneng-seneng aja buat direpotin [malah bisa-bisa nagih buat direpotin]...
*coretan ini dibuat dengan sudut pandang penceritaan sok tau... hehehe
justru akan bertambah keperkasaannya..
BalasHapusdia punya kelembutan..
itulah keperkasaannya..
buka di sini http://ibnubakri.multiply.com/journal/item/40
hmmm... kelembutan = keperkasaan wanita ya ???
BalasHapusmakasih masukannya mas ^_^
*menuju TKP
hal yang saya coretkan di atas merupakan hasil pengamatan iseng2an dari beberapa orang [yang diintip secara diam2... hehehe]
BalasHapus*jadi, pastinya hasilnya tidak bisa digeneralisasikan karena bersifat kualitatif sekali yang didalamnya menggunakan perspektif emik [pemaknaan realitas sesuai dengan pemahaman partisipan]
sepertinya betul begitu lo mbak.......ibu saya pun mengakuinya......dulu ibu saya pemberani sekali...suka naek gunung.,...tapi sekarang...khawatir terus bawaannya......mungkin karena sudah punya tanggungan suami dan anak2 ya...jadi perasaan takut berpisah dan kehilangan itu sangat besar..
BalasHapusBukankah di hadapan Alloh SWT tidak ada satupun yang perkasa?
BalasHapusTFS ya mbak
mungkin itu juga sebagai salah satu faktor penyebabnya mba...
BalasHapusya iyalah mas...
BalasHapustapi yang saya coret ini hanya mengambil skup kecilnya saja kok... hanya hubungan diantara manusia [habluminannas]
btw, TFR ya mas
tapi, memang ada benarnya juga ukhti......
BalasHapushmmm...bagi para istri atau calon istri jangan terlalu bergantung pada suami ya....hmmm ^_^
sipps... itu maksudnya mas... hehehe
BalasHapus*apalagi untuk hal yang remeh
oh...keperkasaan kan gak harus diukur dari sudut itu mbak?itu mah namanya pinter memanfaatkan keadaan...hehehe...selagi masih ada yang anter2...bisa ditempati manja2...(duile...kek sudah nikah aja...makanya mbak nikah dong cepat...biar bisa ngebuktiin kalo apa yang mbak tulis di atas gak tepat....hehehe...)
BalasHapuskeperkasaan diukur dari massa otot dengan sudut kemiringan 45 derajat dari rata-rata ombak ya mba ? hehehe
BalasHapusiye deh... sarannya diikutin dan makasih buat opininya ye...
setuju...daripada cuma sok tau
BalasHapusxixi
Setujuh... Sedelapan... Sesembilan... Sesepuluh...
BalasHapusIye drpd sok tengkyu gni y... ;D